Tel Aviv, MINA – Situasi di Israel semakin tidak terkendali setelah para pengunjuk rasa di negeri Zionis itu mulai turun ke jalan-jalan Tel Aviv pada Selasa (18/7).
Sumber media setempat menilai, situasi chaos disebabkan pemungutan suara parlemen untuk RUU Reformasi Peradilan.
RUU yang diusulkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu itu dianggap melukai demokrasi dan memasung Mahkamah Agung (MA).
Sejak pagi, demonstran telah berkumpul di pusat komersial kota pesisir itu. Mereka berkumpul hingga sore.
Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel
Mereka menyerukan “Hari Perlawanan Nasional” dan akan berunjuk rasa di stasiun kereta api, alun-alun kota dan bundaran di seluruh negeri.
Demonstran berkumpul dengan memegang bendera Israel dan meneriakkan “demokrasi, demokrasi”.
Massa juga dilaporkan memasuki gedung bursa saham di Tel Aviv dan menggelar rapat umum di sana.
“Menghadapi pemerintah yang … terburu-buru membongkar demokrasi, hanya kita, warga negara, yang dapat menghentikan rangkaian kediktatoran,” kata penyelenggara dalam sebuah pernyataan, Selasa (18/7).
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti
Inisiator gerakan protes, Josh Drill, mengatakan tekanan pada pemerintah akan berlanjut dengan melakukan tindakan pembangkangan sipil meski tanpa kekerasan.
“Kami akan terus memprotes di jalan-jalan sampai perombakan yudisial dibatalkan sepenuhnya,” katanya.
Sebelumnya, proposal reformasi peradilan pemerintah dianggap memecah belah bangsa. Ini juga memicu gerakan protes terbesar dalam sejarah Israel sejak diresmikan oleh pemerintah sayap kanan Netanyahu pada Januari lalu.
Demonstrasi mingguan di seluruh Israel telah menarik puluhan ribu pengunjuk rasa. Mereka bertujuan untuk mencegah terbukanya jalan bagi pemerintahan yang lebih otoriter. (T/R2/P2)
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Mi’raj News Agency (MINA)