Johannesburg, 29 Jumadil Akhir 1436/18 April 2015 (MINA) – Warga kota Johannesburg di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, bersiap-siap menghadapi meningkatnya kekerasan anti-imigran setelah hari kedua berlangsungnya kekerasan, Jumat (17/4).
Kekerasan di kota bisnis itu menargetkan warga asing dari negara Afrika lainnya, di mana polisi membantu keselamatan mereka di Alexandra, di utara Johannesburg.
Jumat malam, penjarahan dan penutupan jalan dilakukan oleh demonstran anti-imigran di Alexandra, Malvern, Thokoza dan Cleveland di kota Johannesburg hingga hari Sabtu.
“Kami percaya ini adalah tindak pidana murni. Orang-orang mengambil keuntungan dari situasi dan kemudian mereka merampok usaha kecil,” kata Juru Bicara Polisi Provinsi Gauteng, Kolonel Dlamini kepada Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Jumat, sekelompok demonstran menutup jalan raya M2 dengan batu dan sampah, polisi terpaksa menembakkan peluru karet untuk membubarkan massa.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Ada masalah di Cleveland tadi malam (Jumat) di mana penduduk dari permukiman informal menyerang warga negara asing, namun polisi telah datang ke lokasi,” kata Dlamini.
Dlamini mengatakan, lebih dari 30 orang ditangkap pada Jumat malam di wilayah kepolisian Cleveland dan Thokoza, sementara lima lainnya ditangkap di Alexandra.
Sementara itu di kota pelabuhan Durban, Provinsi KwaZulu-Natal, tidak ada insiden kekerasan baru terhadap orang asing dilaporkan terjadi. Namun kepolisian menemukan mayat orang asing keenam yang tewas. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza