Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wartawan MINA Bagikan Pengalaman Misi Kemanusiaan di Palu

sajadi - Ahad, 21 Oktober 2018 - 08:03 WIB

Ahad, 21 Oktober 2018 - 08:03 WIB

0 Views


Jakarta, MINA – Salah satu Wartawan MINA, Widi Kusnadi membagikan pengalamannya saat menjadi relawan kemanusiaan meliput di daerah terdampak bencana Palu, Sigi dan Donggala Sulawesi Tengah.

MINA bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan MER-C, Radio Silahturahmi (Rasil) dan Ukhuwah Al-Fatah Rescue berada di Palu sejak hari kedua setelah gempa (Ahad, 30/9) hingga saat ini. Menurut rencana,  tim akan membuat kegiatan jangka panjang dengan program desa binaan.

“Ada tiga jenis bencana yang menelan korban manusia, tanah dan bangunan yaitu gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi” jelas Widi kepada Jamaah Masjid Silaturahim Cibubur, Jakarta, Ahad (21/10) bakda Shubuh.

Dari ketiga bencana tersebut,likuifaksi menjadi yang teranyar, meskipun sudah pernah terjadi di beberapa negara.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Secara istilah, likuifaksi adalah tanah yang kehilangan kekuatannya. Beberapa saksi menjelaskan, saat terjadi likuifaksi, tanah seolah-olah hidup menelan apa saja yang di atasnya kemudian berputar-putar kadang muncul kembali ke atas.

Menurut Widi, ada beberapa desa terdampak cukup parah oleh bencana likufaksi tersebut hingga menyebabkan bergesernya posisi tanah sampai dua km seperti di Petobo, Jono Oge, Balaroa dan Sibalaya.

Dampak terparah terjadi di desa Petobo dari 13.000 jiwa penduduknya hanya 4.000 jiwa yang selamat. Sedangkan, desa Jono Oge dengan luas 104 hektar 690 jiwa dinyatakan hilang.

Sementara itu, dalam proses penanganan pasca bencana, pemerintah di bantu oleh ribuan relawan yang berasal dari dalam maupun luar negeri saat ini masih bekerja.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Menurutnya, bantuan berupa makanan dan air sangat melimpah akan tetapi terjadi kendala di pendistribusiannya. Beberapa desa terpencil belum bisa tersentuh bantuan karena selain tempat terpelosok, juga akses jalan banyak yang rusak dan hanya tranportasi udara yang bisa menjangkaunya.

“Bencana di Palu ini harusnya menjadi pelajaran bagi kita yang ada di sini agar mempersiapkan diri sedini mungkin sebelum bencana menimpa kita baik dengan mitigasi maupun perbanyak amal sholeh dan sedekah,” ujar Widi. (L/Sj/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia