Jakarta, MINA – Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia (Japelidi) juga dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Jakarta Gilang Jiwana Adikara mengungkapkan, lima tips cara mengamankan game dari anak.
Menurutnya tahapan ini yang perlu dilakukan orang tua saat merebaknya kecanduan game saat disrupsi teknologi yang tak terelakkan ini.
Hal itu ia sampaikan dalam Webinar Nasional Studenesia Speak Up Volume 3 dengan tema “Kecanduan Game Mengakibatkan Kematian?” yang digelar Studensia pada Jumat (12/3).
Webinar ini juga menghadirkan narasumber antara lain Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat HJ Siti Muntamah, SAP; pengurus Kajian Internet Gaming Disorder Dr dr Cempaka Thursina, SpS(K); Dosen Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Sidiq Setyawan MIKom, dan dimoderatori Founder Studenesia Dendy Alghifary.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Gilang Jiwana menjelaskan, Pertama, memperhatikan rating game yang dimana elektronik software ini adalah sebuah lembaga rating bagi perangkat-perangkat dan aplikasi-aplikasi elektronik yang terdapat beberapa klasifikasi terhadap umur.
Ia mengatakan, rating di Indonesia sendiri ada dalam peraturan Menteri Kominfo nomor 11 tahuun 2016 tentang klasifikasi permainan interaktif elektronik sekaligus pengenalan Indonesia Game Rating System (IGRS) kepada masyarakat dengan kalisifikasi rating IGRS 3+, IGRS 7+, IGRS 13+, IGRS 18+ dan IGRS SU.
Kedua, pilih game yang memberi manfaat dan membatu proses belajar anak terutama untuk anak usia dini. Melatih kordinasi motorik untuk anak usia dini, melatih kemampuan memecahkan masalah untuk anak dan remaja, melatih kerja sama tim, dan memberikan kesempatan relaksasi
Ketiga, hindari game yang bermuatan kekerasan dan biasanya sudah diatur untuk dikonsumsi dewasa dan secara empiris ada perdebatan terkait pengaruh konten sadis atau kekerasan terhadap sikap anak menjadi agresif. Namun gambaran kekejaman tetap bisa mengganggu perkembangan kognitif anak. Jika tidak mampu mendampingi anak secara intensif sebaiknya jangan memberikan game tersebut kepada anak.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Keempat, memahami resiko bermain game yang perlu kita sadari bahwa game bisa menciptakan adiksi dan jika berlebihan dapat mengganggu kesehatan dan terpisah dari lingkungan sosial, boros adalah salah satu pemain saat pembelajaan gambar atau kartu dengan membayar dan akhirnya akan menjadi pemborosan jika tidak terkontrol, dan resiko yang paling parah dari game adalah terpapar perilaku toxic atau merusak.
Kelima, cari bantuan jika menemui kendala sebaiknya segera karena sebagai salah satu masalah kesehatan mental jadi jangan disepelekan Kalau lebih dari lima jam sehari megang HP sama sekali nggak bisa ketik aja marah-marah karena itu.
Dia juga menekankan pentingnya evaluasi keluarga, karena keluarga merupakan lingkaran terkecil yang bisa mendeteksi adanya perilaku yang sedikit menggeser terhadap anak.
Untuk itu, orang tua harus beradaptasi dengan apa yang terjadi di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan dunia digital.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
“Apa yang bisa kita lakukan supaya kita bisa mengontrol terhadap berbagai macam media (digital) yang kita miliki, bukan manusia yang dikontrol media tapi kita sebagai manusia harus mengontrol media,” pungkasnya. (L/SH/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis