Jenewa, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (25/12) mengatakan, sekitar 130.000 warga sipil mengungsi dari provinsi Idlib di barat laut Suriah.
WHO juga mengungkapkan, sekitar 12 juta orang membutuhkan bantuan medis di Suriah ketika serangan udara Pemerintahnya dan Jet Rusia mengenai pemukiman sipil, Anadolu Agency melaporkan.
Sejauh ini, 14 apotik dan dua rumah sakit telah ditutup, sedangkan 42 fasilitas kesehatan lainnya berisiko ditutup jika serangan berlanjut di wilayah tersebut.
“Ketegangan militer baru-baru ini di wilayah itu telah menyebabkan banyak korban sipil cedera dan meningkatkan penderitaan penduduk,” kata Direktur Tindakan Darurat Regional WHO Richard Brennan, Anadolu Agency melaporkan.
Baca Juga: Dua Tentara Cadangan Israel Ditangkap Atas Dugaan ‘Mata-Mata Iran’
Ketika Pemerintah Suriah dan pasukan Rusia mengintensifkan serangan, lebih dari 2.000 warga sipil telah melarikan diri dari Idlib dalam 24 jam terakhir, menurut sumber di lapangan yang meminta tidak disebutkan namanya.
Pada bulan September 2018, Turki dan Rusia sepakat mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Sejak saat itu, lebih dari 1.300 warga sipil tewas dalam serangan pasukan Suriah dan Rusia di zona de-eskalasi ketika gencatan senjata terus dilanggar.
Sejak meletusnya perang saudara di Suriah pada 2011, Turki telah menampung sekitar 3,7 juta warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka, menjadikan Turki sebagai negara yang menampung pengungsi terbanyak di dunia.
Baca Juga: POPULER MINA] Trump Usul Relokasi Warga Gaza ke Indonesia dan Pertukaran Sandera
Ankara sejauh ini menghabiskan 40 Miliar Dolar Amerika untuk para pengungsi, menurut angka resmi. (T/NZ/Ast/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkish Airlines Kembali Terbang ke Suriah setelah 11 Tahun