WHO Ajak Masyarakat Usulkan Nama Baru Cacar Monyet

Jenewa, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengajak masyarakat mengusulkan nama baru untuk , setelah sekelompok ilmuwan mengatakan nama saat ini menunjukkan penyakit itu adalah masalah Afrika.

“WHO mengadakan konsultasi terbuka untuk nama penyakit baru cacar monyet,” kata Juru Bicara WHO Fadela Chaib pada konferensi pers yang mencatat tanggal akhir untuk penggantian nama belum ditetapkan, Anadolu melaporkan, Kamis (18/8).

“Siapa pun dari masyarakat, akademisi, atau masyarakat sipil dipersilakan mengusulkan nama baru. Ada platform di situs web WHO di mana orang dapat menyarankan nama,” katanya, menjelaskan bahwa pemerintah juga dapat memberikan saran.

“Sangat penting bagi kita menemukan nama baru untuk cacar monyet karena ini adalah praktik terbaik agar tidak menimbulkan pelanggaran terhadap kelompok etnis, wilayah, negara, hewan, dll,” tambahnya.

Pekan lalu, pertemuan para ahli global yang diadakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia menyetujui nama baru varian virus cacar monyet untuk menyelaraskan istilah penyakit, virus, dan varian atau clades “dengan praktik terbaik saat ini.”

Para ahli sepakat untuk menamai clades atau variannya menggunakan angka Romawi.

Mantan clade cacar monyet Lembah Kongo (Afrika Tengah) sekarang akan dikenal sebagai Clade I dan bekas clade Afrika Barat sebagai Clade II. Selain itu, disepakati bahwa Clade II terdiri dari dua subclade, kata WHO.

“Virus cacar monyet dinamai berdasarkan penemuan pertama pada tahun 1958 sebelum praktik terbaik saat ini dalam penamaan penyakit dan virus diadopsi,” kata WHO.

Pada briefing media terakhirnya pada 27 Juli, Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus berbicara tentang monkeypox.

“Meskipun 98% kasus sejauh ini di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, siapa pun yang terpapar bisa terkena cacar monyet, itulah sebabnya WHO merekomendasikan agar negara-negara mengambil tindakan untuk mengurangi risiko penularan ke kelompok rentan lainnya, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan mereka yang mengalami imunosupresi,” katanya.

“Selain penularan melalui kontak seksual, monkeypox dapat menyebar di rumah tangga melalui kontak dekat antar manusia, seperti berpelukan dan berciuman, serta pada handuk atau tempat tidur yang terkontaminasi,” tambah Tedros. (T/R7/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.