New York, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (20/11) mengumumkan, tidak ditemukan adanya bukti Rumah Sakit Al-Syifa di Jalur Gaza digunakan sebagai markas militer oleh gerakan Hamas.
Pengumuman WHO tersebut disampaikan dalam konferensi pers secara daring dari New York, Amerika Serikat. Konferensi diadakan oleh Direktur Eksekutif Program Darurat, Mike Ryan, yang berpartisipasi dari Jenewa. Diikuti pula pejabat situasi darurat WHO di Gaza, Rob Holden, yang berpartisipasi secara daring pula dari Gaza.
Holden mengatakan, Tim WHO memasuki Rumah Sakit Al-Syifa dalam kondisi yang sangat sulit, menunjukkan berlanjutnya serangan terhadap rumah sakit tersebut.
“Fokus utama kami adalah pada pasien dan dokter. Kami fokus untuk mengeluarkan pasien dari rumah sakit. Kami hanya melihat warga sipil,” katanya.
Baca Juga: Rudal Balistik, Roket, dan Drone Hezbollah Hujani Tel Aviv
Holden menjelaskan bahwa Rumah Sakit Al-Syifa sangat besar, timnya datang ke sana untuk meneliti atau mempelajari hal lain. Tim hanya datang untuk mendukung pasien yang berisiko kehilangan nyawa.
“Tugas kami untuk mengeluarkan mereka dari rumah sakit dengan aman,” katanya seperti dikutip Quds Press.
Holden mengindikasikan, tim WHO belum bertemu dengan siapa pun mengenai masalah lain.
Direktur Eksekutif Program Darurat, Mike Ryan mengatakan, situasi sistem layanan kesehatan primer di Gaza sangat mengerikan, ahkan di Gaza utara situasinya jauh lebih buruk dari yang dibayangkan.
Baca Juga: Kurang Ajar! Tentara Zionis Israel Kencingi Al-Quran
Dia menunjukkan sulitnya mencapai angka akurat mengenai korban dan yang terluka. Timnya tidak mengetahui angka pastinya, karena angka tersebut masih terus bertambah.
“Kami yakin angka tersebut jauh lebih tinggi daripada angka yang dilaporkan oleh pemerintah pejabat kesehatan setempat,” katanya.
Dia juga menyebutkan masih banyak orang yang hilang dan belum diketahui keberadaan serta jumlahnya.
Ryan membenarkan, pusat kesehatan di Gaza telah menjadi sasaran 350 serangan sejak 7 Oktober, dan pernyataan dari jaminan Israel bahwa Gaza selatan akan aman ternyata bohong.
Baca Juga: Brigade Al-Qassam dan Al-Aqsa Hancurkan Tank dan Markas Israel
“Operasi pengeboman terberat terjadi dalam beberapa hari terakhir di Gaza selatan,” ujar Ryan.
Saat fajar pada hari Rabu pekan kemarin, tentara Israel menyerbu kompleks Al-Shifa setelah mengepungnya selama berhari-hari, karena di sana terdapat warga sipil yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat pemboman Israel yang sedang berlangsung di daerah tersebut.
Pada hari Sabtu, WHO mengumumkan telah memimpin misi ke Rumah Sakit Al-Shifa, yang menjadi target serangan Israel, menunjukkan bahwa pihaknya sedang mengembangkan rencana untuk mengevakuasi rumah sakit tersebut.
Organisasi tersebut mengatakan, dalam sebuah pernyataan di platform “X”, pada Sabtu/Ahad malam, bahwa timnya memimpin misi kemanusiaan gabungan yang sangat berbahaya bagi lembaga-lembaga internasional yang menuju ke Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. (T/B04/RI-1)
Baca Juga: Tolak Wajib Militer, Yahudi Ultra-Ortodoks Bentrok dengan Polisi Israel
Mi’raj News Agency (MINA)