Jenewa, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tidak ada penurunan tingkat kelaparan di Jalur Gaza sejak diberlakukannya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. WHO juga menegaskan bahwa jumlah bantuan yang masuk ke wilayah tersebut belum menunjukkan peningkatan signifikan.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan situasi kemanusiaan di Gaza masih bersifat katastrofik. “Bantuan yang masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar warga,” ujarnya dalam pernyataan yang dikutip dari Al Arabiya, Jumat (24/10).
Tedros menjelaskan, gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat mulai berlaku pada 10 Oktober. Namun, hingga saat ini, kondisi kelaparan di Gaza tidak menunjukkan perbaikan berarti karena jumlah pasokan makanan yang masuk sangat terbatas.
Selama masa perang, Israel berulang kali memblokir aliran bantuan ke Gaza, memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat parah. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya memperingatkan bahwa tindakan Israel telah menyebabkan kelaparan meluas di beberapa bagian wilayah Palestina.
Baca Juga: Komisaris Tinggi HAM PBB Desak Israel Patuhi Putusan ICJ Terkait Gaza
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Presiden AS Donald Trump, seharusnya 600 truk bantuan diizinkan masuk ke Gaza setiap hari. Namun, menurut Tedros, hanya sekitar 200 hingga 300 truk yang benar-benar tiba di wilayah tersebut setiap harinya.
“Sebagian besar dari truk itu membawa barang-barang komersial, bukan bantuan kemanusiaan. Banyak warga Gaza yang tidak memiliki sumber daya untuk membeli barang-barang itu, sehingga jumlah penerima manfaat sangat terbatas,” jelasnya.
Tedros menambahkan, meskipun gencatan senjata sejauh ini masih bertahan meski disertai sejumlah pelanggaran, krisis di Gaza masih jauh dari berakhir. “Kebutuhan di lapangan sangat besar, sementara aliran bantuan yang ada masih jauh dari yang dibutuhkan,” katanya.
Ia juga menyoroti keruntuhan sistem kesehatan di Gaza akibat perang dua tahun terakhir. “Tidak ada rumah sakit yang berfungsi penuh di Gaza. Dari 36 rumah sakit, hanya 14 yang masih beroperasi sebagian. Ada kekurangan kritis obat-obatan, peralatan medis, dan tenaga kesehatan,” ujar Tedros. []
Baca Juga: Pakar: Butuh hingga 30 Tahun untuk Bersihkan Bom di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
















Mina Indonesia
Mina Arabic