Tel Aviv, MINA – Puluhan Yahudi ultra-Ortodoks kembali menggelar aksi protes di luar pangkalan perekrutan di dekat Tel Aviv pada hari Senin (28/4) untuk menentang wajib militer, Anadolu Agency melaporkan.
Menurut penyiar publik Israel, KAN, protes tersebut terjadi di lingkungan Tel Hashomer untuk menentang wajib militer bagi para siswa lembaga keagamaan.
KAN mengatakan bahwa tentara Israel menurunkan ekspektasinya terhadap perekrutan Yahudi ultra-Ortodoks seminimal mungkin, karena hanya kurang dari 1.000 siswa Haredi yang menanggapi lebih dari 10.000 perintah wajib militer.
Militer Israel berencana untuk mendaftarkan 280 tentara dalam Brigade Hashmonaim, unit infanteri khusus untuk Haredi, tetapi mengurangi jumlahnya menjadi hanya 80 karena kurangnya sukarelawan.
Baca Juga: Ben-Gvir Perintahkan Penutupan Kantor Dana dan Wakaf Yerusalem
Komunitas Haredi, yang mencakup sekitar 13 persen dari 10 juta penduduk Israel, terus memprotes wajib militer menyusul putusan Mahkamah Agung pada 25 Juni 2024, yang mengamanatkan pendaftaran mereka dan menghentikan pendanaan untuk yeshiva (sekolah agama) yang siswanya menolak wajib militer.
Haredim berpendapat bahwa studi Taurat adalah tugas utama mereka dan bahwa integrasi ke dalam masyarakat sekuler mengancam identitas agama mereka.
Selama beberapa dekade, pria Haredi telah menghindari wajib militer pada usia 18 tahun melalui penangguhan berulang yang terkait dengan pendaftaran yeshiva, hingga mencapai usia pengecualian 26 tahun.
Pihak oposisi menuduh Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu, mendorong undang-undang baru untuk memulihkan pengecualian Haredi guna memuaskan mitra koalisi Shas dan United Torah Judaism, yang berisiko menyebabkan keruntuhan pemerintah.
Baca Juga: 1,2 Juta Siswa Gaza dan Tepi Barat Gunakan Pembelajaran Elektronik Gratis dari Yordania
Penghindaran wajib militer itu terjadi saat tentara Israel melanjutkan serangannya di Gaza pada 18 Maret, yang menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada 19 Januari.
Israel telah membunuh lebih dari 52.200 warga Palestina di daerah kantong itu sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Erdogan: Gaza Milik Rakyat Palestina Selamanya
Baca Juga: Penjajah Israel Tutup Mata Air Palestina di Lembah Yordan