Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yahya Al-Sinwar, Pejuang Tempur yang Ditakuti Israel dan AS

Ali Farkhan Tsani Editor : Zaenal Muttaqin - Rabu, 7 Agustus 2024 - 04:10 WIB

Rabu, 7 Agustus 2024 - 04:10 WIB

199 Views

Yahya Al-Sinwar (Quds Press)

Kota Al-Majdal Ashkelon dianggap sebagai salah satu kota tertua di Palestina. Kota ini terletak di timur laut Gaza.

Kota ini jatuh ke tangan tentara pendudukan pada tahun 1948, yang kemudian berganti nama menjadi “Ashkelon.”

Di kota inilah keluarga Yahya Al-Sinwar awalnya menetap, sebelum mengungsi ke Khan Yunis. Al-Sinwar pun lahir di kamp pengungsi Khan Yunis pada tahun 1962.

Seperti anak-anak lainnya di kamp tersebut, kemiskinan dan kehidupan yang keras meninggalkan dampak yang besar pada masa kecil Al-Sinwar.

Baca Juga: Buya Hamka, Ulama Produktif Penulis Lebih dari 100 Buku

Sejak kecil, ia menyaksikan penyerangan yang dilakukan oleh pasukan zionis Israel terhadap penghuni kamp.

Dalam pendidikan, Al-Sanwar belajar di Universitas Islam Gaza, dan memperoleh gelar sarjana dalam bahasa Arab. Semasa kuliahnya, ia memimpin Al-Katlah Al-Islamiyyah (Blok Islam), yang merupakan cabang mahasiswa Ikhwanul Muslimin di Palestina.

Periode ini menjadi sangat penting dalam hidupnya, karena mendorong pemimpin Palestina tersebut mempersiapkan peran dalam gerakan Hamas.

Meskipun pria tersebut bukan salah satu pendiri pertama gerakan tersebut (Hamas berdiri 1987), tapi ia menjadi salah satu kader yang menentukan arah dan fondasi Hamas selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Teuku Muhammad Hasan, Pejuang Kemerdekaan Asal Aceh

Al-Sinwar muda pernah mengusulkan kepada Syaikh Ahmed Yassin, pendiri Hamas, beberapa ide yang akan memperkuat aspek keamanan perlawanan, terutama pembentukan Layanan Keamanan dan Propaganda “Majd”, yang menangani arsip keamanan internal.

Sinwar kemudian mampu memimpin sekelompok kader keamanan dan melacak sejumlah oknum yang bekerja untuk pendudukan Israel.

Seiring berjalannya waktu, “Majd” menjadi inti pertama yang membangun sistem keamanan internal Hamas, dan perannya, selain melakukan penyelidikan siapa agen-agen Israel, adalah melacak jejak para perwira intelijen dan dinas keamanan Israel itu sendiri.

Gerakan internal Sinwar tidak bisa lepas dari pelacakan intelijen militer Israel. Militer Israel kemudian menangkap Al-Sinwar tahun 1982. Dia dijatuhi hukuman 6 bulan penjara atas tuduhan berpartisipasi dalam kegiatan keamanan melawan Israel.

Baca Juga: Jejak Dakwah Ustaz Wahyudi KS, Merajut Ukhuwah Menyatukan Umat

Setelah bebas, Al-Sinwar kembali dipenjara, tanggal 20 Januari 1988. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, selain hukuman penjara 30 tahun. Dia didakwa membentuk aparat keamanan dan turut serta dalam pembentukan aparat militer, yang dikenal sebagai “Mujahidin Palestina”.

AL-Sinwar menghabiskan 23 tahun di balik jeruji besi penjara Israel sebagai tawanan, sampai ia dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian pertukaran tahanan pada tahun 2011, yang dikenal di media sebagai “Kesepakatan Shalit.”

Berperan di Hamas

Selama bertahun-tahun di penjara Israel, Al-Sinwar terus mengikuti apa yang dipublikasikan di media Ibrani. Dia pun kemudian menguasi bahasa Ibrani, dan itu digunakan untuk membaca banyak penelitian yang ditulis dalam bahasa Ibrani yang berhubungan dengan situasi internal Israel.

Baca Juga: Cut Nyak Dien, Ibu Perbu Orang Sumedang

Setelah dibebaskan dari penjara, Al-Sinwar berpartisipasi dalam pemilihan internal Hamas pada tahun 2012. Dia kemudian masuk menjadi anggota di biro politik gerakan tersebut.

Ia mendapat tanggung jawab untuk mengawasi aparat militer Brigade Izzuddin Al-Qassam.

Gerakan Hamas pun semakin kuat dalam aksi-aksi perlawanan bersenjatanya, terutama melalui Brigade Izzuddin Al-Qassam.

Amerika Serikat pun menekan untuk memasukkan Al-Sinwar dan dua pemimpin Hamas ke dalam daftar tokoh teroris internasional. Dua yang lainnya adalah  Muhammad Al-Deif, panglima tertinggi Al-Qassam, dan Rawhi Mushtaha, anggota biro politik gerakan Hamas.

Baca Juga: Sa’ad bin Rabi, Inspirasi Persaudaraan dan Solidaritas Muslim

Israel juga memasukkan Al-Sinwar ke dalam daftar tokoh teroris internasional.

Kepala Biro Politik Hamas

Terlepas dari pelebelan teroris tersebut, Yahya Al-Sinwar kini terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas di Gaza, menggantikan pendahulunya, Ismail Haniyeh.

Menurut beberapa pengamat, seperti disebutkan Surat kabar The Guardian, keberadaan Al-Sinwar akan mengakhiri persaingan internal di Hamas antara sayap politik dan militer, dan mendefinisikan kembali kebijakan gerakan tersebut, terutama mengingat tantangan yang dihadapi Gaza.

Baca Juga: Dua Emas Olimpiade 2024 Persembahan Pemuda Muslim Pontianak dan Serang

Terpilihnya Al-Sinwar merupakan indikasi jelas akan prioritas Gaza, karena dia memandang Jalur Gaza sebagai prioritas aktivitas politik dan militer, berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang berupaya melakukan pemulihan hubungan dengan kepemimpinan Otoritas Palestina.

Para analis juga mengatakan, pengaruh Al-Sinwar di dalam Hamas, dan posisinya yang penting di antara tokoh-tokoh paling menonjol dalam gerakan tersebut, memberinya banyak kebebasan untuk memimpin kebijakan perlawanan terhadap bidang-bidang tertentu.

Beberapa pemimpin Fatah memuji Al-Sinwar dan menganggapnya sebagai mujahid keras kepala yang jujur ​​​​terhadap rakyatnya dan perjuangannya.

Hal ini dilakukan oleh faksi-faksi di Gaza dalam perang baru-baru ini dengan Israel pada tahun 2021, setelah mereka mampu membuktikan kemampuannya untuk merespons dengan tegas dalam menghadapi serangan Israel di Yerusalem.

Baca Juga: Izzuddin Al-Qassam Ulama Pelopor Perlawanan Bersenjata Palestina

Kerasnya posisi Al-Sinwar terlihat jelas dalam pidatonya, saat ia menyerang otoritas pendudukan dan memperingatkan akan terjadinya “Perang Agama” besar di wilayah tersebut jika pelanggaran Israel terus berlanjut dan keheningan internasional terus berlanjut.

Eskalasi AL-Sinwar tidak berhenti pada titik ini, namun lebih dari sekedar ancaman terhadap kehancuran Israel, jika Israel melanjutkan rencananya untuk melakukan yahudisasi terhadap Masjid Al-Aqsha dan Kota Al-Quds (Yerusalem).

Paling Ditakuti Israel

Bukan rahasia lagi bahwa pendudukan Israel menganggap Yahya Al-Sinwar sebagai musuh paling berbahaya dan ditakuti. Otoritas Israel menggambarkan Al-Sinwar sebagai orang yang keras kepala dan tidak bisa ditundukkan dengan negosiasi.

Baca Juga: Tukul Sunarto, “Mendidik  dengan Ikhlas Jembatan Menuju Surga”

Pemerintah Israel bahkan melihatnya sebagai versi “ekstremis” dibandingkan dengan para pemimpin Hamas lainnya.

Institut Kebijakan dan Strategi Israel, yang berafiliasi dengan Herzliya Center, menerbitkan sebuah laporan tentang sosok AL-Sinwar, yang menganggap bahwa Sinwar mampu mengubah aturan main dengan Israel, dan arah gerakannya tidak dapat dibaca di dunia.

Pelanggaran Israel terhadap garis merah Masjid Al-Aqsha telah menggerakkan Hamas dan kepemimpinannya, termasuk peran Yahya Al-Sinwar untuk melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa. Termasuk aksi infiltrasi ke wilayah pendudukan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Operasi seketika yang  membuat petinggi Israel sock, karena mampu menewaskan lebih dari 1.200 orang Israel. Sebuah korban tewas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Israel masih terus menanggapi gerakan perlawanan Hamas dengan terus menerus membombardir seluruh Jalur Gaza, dengan menyasar warga sipil, terutama anak-anak dan kaum perempuan.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Mas’ud, Dari Musibah Menjadi Berkah

Israel dalam kelapnya terus mengancam melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza, dan mengancam akan menargetkan para pemimpin Hamas, termasuk Yahya Al-Sinwar yang paling mereka takuti, karena aksi-aksinya yang tak terprediksi.

Meskipun demikian, petigngi Israel tampkanya harus berhati-hati dalam responsnya terhadap Al-Sinwar, jika ingin memulihkan puluhan sandera yang ditahan oleh Hamas hingga saat ini. Dan itu semua kini dalam kendali Al-Sinwar, pemimpin baru Hamas.

Yahya Al-Sinwar sebelumnya pernah menyatakan, dapat saja melepaskan semua tahanan Israel, tapi dengan imbalan pembebasan seluruh tahanan warga Palestina, baik yang berasal dari Jalur Gaza maupun Tapi Barat, laki-laki maupun perempuan, orang tua dan anak-anak, yang masih berada di penjara-penjara Israel.

Pernyataan ini akan memberi tahu Kepala Biro Politik Hamas yang baru saaat ini, Yahya Al-Sinwar, tentang sifat pria pejuang tersebut dan pendekatan gerakan di bawah kepemimpinannya nanti.

Baca Juga: Delapan Tokoh Syuhada Palestina yang Dibunuh Israel

Posisi Al-Sinwar memperingatkan pemerintah di Tel Aviv tentang akan semakin sulitnya Israel dalam menghadapi Hamas ke depan. []

Sumber: Al Jazeera

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Eropa
Palestina