Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Tawakal adalah kata yang mudah diucapkan tapi tak semudah mengamalkannya. Orang boleh saja mengatakan dia sudah bertawakal kepada Allah, tapi bagaimana menurut Allah…apakah dia sudah benar tawakalnya?
Tulisan berikut ini sekedar berbagi tentang apa itu tawakal, baik secara bahasa maupun istilah. Juga akan dibahas tentang beberapa keutamaannya dan buah dari tawakal itu sendiri. Semoga bermanfaat.
Menurut Syaikh Muhammad Shalih Al Munajid, secara bahasa tawakal berarti menampakkan kelemahan dan bersandar kepada yang lain. Sedangkan secara istilah para ulama memberikan definisi yang bermacam –macam.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ibnu Rajab rh. mengatakan tawakal adalah benarnya ketergantungan hati kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam rangka mendapatkan berbagai manfaat dan menghindarkan dari berbagai madharat baik urusan dunia maupun akhirat seluruhnya.” [Jami’ul Ulum wal Hikam: 436]
Al-Hasan rh. berkata, “Tawakal seorang hamba kepada Tuhannya itu berarti dia mengetahui bahwa Allah itulah kepercayaannya.” [Jami’ul Ulum wal Hikam: 437]
Az-Zubaidi rh. berkata, “Tawakal adalah tsiqah (percaya penuh) dengan apa yang ada di sisi Allah serta berputus asa terhadap apa yang ada di tangan manusia.” [Tajul ‘Arus, Madah (wakala)]
Hukum Tawakal
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid menegaskan, Tawakal kepada Allah itu hukumnya wajib. Ia merupakan salah satu kewajiban yang agung dalam syariat Islam. bahkan, tawakal merupakan syarat iman. Hal ini merupakan kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُواْ عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ –
“Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” [Qs. Al-Maidah: 23]
Maka sebaliknya, jika rasa tawakal itu telah hilang, maka hilang pula imannya. Sebab Tawakal merupakan salah satu pondasi tauhid uluhiyah sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ -٥-
Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. [Qs. Al-Fatihah: 5]
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kedudukan Tawakal
Tawakal memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Keagungan kedudukan tawakal ini digambarkan dengan jelas dan menarik oleh Dr. Sulaiman bin Qasim bin Muhammad Al-‘id, katanya, “Tawakal kepada Allah merupakan akhlak Islam yang agung. Ia merupakan tingkatan yakin yang paling tinggi dan keadaan para muqarrabin yang paling mulia. Tawakal merupakan setengah dari agama sedangkan setengah sisanya adalah ibadah kepada Allah.”
Tawakal merupakan kunci segala kebaikan karena ia merupakan maqam atau kedudukan tauhid yang paling tinggi serta ibadah yang paling agung. Tawakal adalah kewajiban yang harus dilakukan ikhlas karena Allah Ta’ala dan keyakinan Islam berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman. [Qs. Al-Maidah: 23]
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Tawakal merupakan salah satu syarat iman, keharusan iman dan tuntutan keimanan. Setiap kali iman seorang hamba bertambah kuat maka tawakalnya bertambah besar. Bila imannya melemah maka tawakalnya juga melemah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Dan kepada Allah saja hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal. [Qs. Ali Imran: 122].
Dalam ayat lainnya Allah berfirman,
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ
“Dan Musa berkata, “Wahai kaumku! Bila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang Muslim (berserah diri).” [Qs. Yunus: 84]
Tawakal merupakan jenis ibadah yang paling agung dan paling mencakup banyak hal karena dari tawakallah tumbuh berbagai amal shaleh. Tawakal itu diiringkan dengan tiga tingkatan agama, yaitu Islam, Iman dan Ihsan serta syiar-syiar agama yang agung.
Tawakal merupakan salah satu prinsip ibadah. Tauhid seorang hamba tidak akan sempurna tanpa tawakal. Perintah untuk bertawakal begitu banyak dalam Al-Quran. Di antaranya adalah ayat berikut:
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” [Qs. Hud: 123]
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
dan juga firman-Nya,
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati,” [Qs. Al-Furqan: 58]
Tawakal merupakan ciri khas orang mukmin yang benar-benar jujur dalam imannya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” [Qs. Al-Anfal: 2]
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada empat perkara yang tidak Allah berikan kecuali kepada orang yang Allah cintai yaitu sikap diam yang merupakan permulaan ibadah, tawakal kepada Allah, tawadhu’ dan zuhud di dunia.” [Hadits riwayat Ath-Thabrani di dalam Ithaafus Saadah]
Urgensi Tawakal
Ada beberapa hal yang menunjukkan betapa urgennya tawakal ini dalam Islam. Di antara urgensi tawakal adalah:
Pertama, Allah telah memerintahkan nabi-Nya SAW dan para nabi sebelum beliau untuk bertawakal kepada-Nya dan menjadikan tawakal sebagai syiar bagi para hamba-Nya yang beriman dan menjadi pujian buat mereka. Allah telah memerintahkan Rasul-Nya SAW untuk bertawakal kepada-Nya dalam 9 ayat. Demikian pula Allah memerintahkan orang-orang mukmin secara umum untuk bertawakal.
Kedua, tawakal merupakan akhlak para rasul seluruhnya dan juga merupakan sifat agung yang paling menonjol dari orang-orang yang beriman. Ini karena ketergantungan hati kepada sebab-sebab yang zhahir dan meyakini bahwa sebab-sebab zhahir tersebutlah yang memiliki pengaruh berarti menodai kebenaran iman dan kebersihannya. Bahkan hal itu pada hakikatnya merupakan sebuah bentuk kemusyrikan kepada Allah Ta’ala.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Ketiga, tawakal itu amat sangat dibutuhkan oleh setiap muslim khususnya dalam masalah rezeki, atau juga oleh para pelaku dakwah dan pengemban risalah serta para pelaku perbaikan masyarakat yaitu muslihun atau pembaharu menuju kebaikan.
Keempat, Ibnu ‘Abbas ra berkata, “Tawakal itu mencakup iman secara keseluruhan.” Kelima, Sa’id bin Jubair rh berkata, ”Tawakal kepada Allah itu setengah dari iman.”
Keenam, Abu Darda’ ra berkata, ”Puncak iman itu adalah ikhlas, tawakal serta berserah diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” Keenam, Sahl bin Abdullah At-Tustari rh berkata, “Siapa yang mencela usaha ikhtiyari berarti telah mencela sunnah dan siapa yang mencela tawakal maka dia telah mencela iman.”
Keutamaan Tawakal
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Dalil dari Al-Quran menurut Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengatakan lafazh tawakal di dalam Al-Quran ada di 42 tempat. Gaya Al-Quran dalam menjelaskan keutamaan tawakal dan dorongan untuk bertawakal itu bermacam -macam. Di antaranya adalah sebagai berikut,
Dalil dari al Qur’an
Pertama, Allah ‘Azza wa Jalla memerintah Nabi-Nya SAW untuk bertawakal kepada-Nya. Misalnya dalam firman Allah,
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ -٧٩-
“Maka bertawakallah kamu kepada Allah. Sesungguhnya kamu di atas kebenaran yang nyata.” [Qs. An-Naml: 79]
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً -٥٨-
“Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati,” [Qs. Al-Furqan: 58]
Dan firman Allah Ta’ala,
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ -١٥٩-
“Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah Mencintai orang yang bertawakal.” [Qs. Ali Imran: 159]
Kedua, Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk bertawakal kepada-Nya. Ini sebagaimana firman Allah,
إِذْ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمْ أَن تَفْشَلاَ وَاللّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ -١٢٢-
“ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah Penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal.” [Qs. Ali Imran: 122]
Ketiga, Allah mensifati orang-orang mukmin sebagai orang-orang yang bertawakal kepada Tuhannya. Tawakal kepada Allah merupakan sifat yang tinggi, syiar yang khas yang membedakannya dari yang lain serta tanda yang paling menonjol dari orang mukmin. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” [Qs. Al-Anfal: 2]
Keempat, menyebutkan contoh-contoh tawakal para Nabi AS di antaranya Nabi Ibrahim AS. Allah telah memerintah kita untuk menjadikan Ibrahim AS dan orang-orang mukmin yang bersamanya sebagai suri teladan. Allah Ta’ala berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ ٤-
“Sungguh telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.” [Qs. Al-Mumtahanah: 4].
Saat Nabi Ibrahim AS dilempar ke dalam api yang sangat besar dengan sebuah alat pelontar, ia mengucapkan kalimat, ”Hasbiyallahu wa ni’mal wakil.” (Cukuplah Allah bagiku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.)
Sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Abbas ra., dia berkata, “Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ” ini diucapkan oleh Ibrahim saat dilemparkan ke dalam api.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (4563)]
Dalil dari As-Sunnah
Pertama, Imam Al-Bukhari meriwayatka dari Ibnu ‘Abbas ra, dia berkata,
’Rasulullah SAW bersabda, ”Ditampakkan kepadaku beberapa umat. Ada nabi yang berjalan dengan diikuti oleh satu umat. Ada nabi yang diikuti oleh beberapa orang. Ada nabi yang diikuti oleh sepuluh orang.
Ada nabi yang diikuti oleh lima orang, dan ada nabi yang berjalan sendiri (tanpa pengikut). Aku memperhatikan ada sekumpulan orang dalam jumlah besar. Aku berkata, ‘Wahai Jibril, apakah mereka itu umatku?”
Jibril menjawab, ‘Bukan, tapi lihatlah ke ufuk!” Aku pun melihat ternyata ada sejumlah besar manusia. Jibril berkata, ‘Mereka adalah umatmu, 70.000 orang di depan mereka itu tidak akan dihisab dan tidak akan diazab.’
Aku berkata, ‘Mengapa?’ Dia menjawab, ‘Mereka tidak minta diobati dengan cara kay (menggunakan besi panas), tidak minta diruqyah, dan tidak melakukan tathayyur (meyakini tertimpa sial karena sesuatu hal), serta hanya kepada Allah mereka bertawakal.’ [HR. Al- Bukhari 6059]
Kedua, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Umar radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, “Andaikan kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal kepada-Nya, Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Burung pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.”
Ketiga, di dalam Sunan, dari Anas ra, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengucapkan – ketika keluar dari rumahnya- Bismillah tawakaltu ‘alallahi wa laa haula wa laa quwwata illa bilaah, maka akan dikatakan kepadanya, “Kamu diberi petunjuk, dipelihara dan dicukupi. Lalu setan berkata kepada setan lainnya, bagaimana kamu menghadapi orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi dan dijaga?”
Buah Tawakal
Ada banyak buah tawakal. Namun setidaknya ada beberapa yang bisa disebutkan dalam tulisan singkat ini, antara lain sebagai berikut. Buah yang agung dari bertawakal kepada Allah SWT sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid.
Pertama, siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya. Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (keperluan)nya.” [Qs. Ath-Thalaq: 3]
Kedua, merasakan kebersamaan Allah. Ini karena ketika seseorang bertawakal kepada Allah dan bersandar kepada-Nya, dia akan merasakan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla itu dekat kepadanya. Allah itu yang menolongnya untuk meraih tujuannya. Dengan demikian dia merasakan bersama Allah Ta’ala di setiap waktu dan keadaan.
Ketiga, meraih keridaan Allah Ta’ala. Allah menyintai orang yang bertawakal kepada-Nya dengan sebenar-benar tawakal karena orang yang bertawakal ini mengamalkan perintah-perintah-Nya dan mengambil sebab-sebab yang Allah syariatkan serta hatinya terus bergantung kepada Allah Ta’ala.
Keempat, mendapatkan pertolongan atas musuh. Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menolongnya atas musuhnya dan menyediakan sebab-sebab pertolongan untuk mengalahkan musuh tersebut. Para sahabat mengetahui hal tersebut.
Oleh karena itu mereka berkata, sebagaimana dikisahkan oleh Allah Ta’ala,
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ -١٧٣- فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ -١٧٤-
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi Penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung.”
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Allah Mempunyai karunia yang besar.” [Qs. Ali Imran: 173-174]
Kelima, masuk surga tanpa hisab. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari yang menegaskan adanya 70 ribu orang dari umat Muhammad SAW yang akan masuk surga tanpa hisab.
Keenam, mendapatkan rezeki. Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2344), Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, kalia pasti akan diberi rezeki sebagaimana burung telah diberi rezeki. Burung pergi dipagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.”
Ketujuh, terjaga dirinya, keluarganya dan anaknya. Hal ini sebagaimana dilakukan Ya’qub AS. Ia memberikan sejumlah nasehat kepada anak-anaknya untuk menjaga mereka setelah itu ia menyerahkan urusannya kepada Allah Ta’ala.
Ya’qub berkata sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,
وَقَالَ يَا بَنِيَّ لاَ تَدْخُلُواْ مِن بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُواْ مِنْ أَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍ وَمَا أُغْنِي عَنكُم مِّنَ اللّهِ مِن شَيْءٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ -٦٧-
“Dan dia (Ya‘qub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.” [Qs. Yusuf: 67]
Kedelapan, dijaga dari setan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW , “Siapa yang keluar dari rumahnya lalu membaca Bismillah tawakkaltu ‘alallahi Laa haula wa laa quwwata illa billaah, maka aka dikatakan kepadanya, kamuakan dicukupi, dan dipelihara dan setan menyingkit dari dirinya.” [HR. At-Tirmidzi (3426) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu]
Semoga Allah Ta’ala memudahkan setiap urusan kaum muslimin, selama mereka berusaha maksimal untuk benar-benar bertawakal kepada Allah Ta’ala, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)