Kyiv, MINA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak tawaran gencatan senjata tiga hari yang diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tanggal 8 hingga 11 Mei 2025 mendatang.
Zelensky menilai tawaran tersebut sebagai langkah manipulatif dan tidak cukup untuk membuka jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan. Anadolu melaporkan.
Putin mengusulkan gencatan senjata sepihak selama tiga hari untuk memperingati 80 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman, bertepatan dengan perayaan Hari Kemenangan Rusia pada 9 Mei.
Namun, Zelensky menegaskan bahwa Ukraina hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata yang berlangsung minimal 30 hari dan tanpa prasyarat, sebagai langkah awal menuju penyelesaian damai.
Baca Juga: Netanyahu Tunda Kunjungan ke Azerbaijan Setelah Turkiye Tolak Akses Wilayah Udara
Dalam pidato malamnya, Zelensky menyatakan bahwa nyawa manusia lebih berharga daripada parade simbolis, merujuk pada perayaan militer Rusia. Ia juga menyoroti bahwa tawaran gencatan senjata jangka pendek sebelumnya, seperti pada perayaan Paskah, tidak efektif karena pelanggaran yang terus terjadi.
Pemerintah Ukraina menyatakan bahwa tawaran Putin dirancang untuk menyesatkan komunitas internasional dan melemahkan upaya diplomatik yang bertujuan mencapai perdamaian yang adil. Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyebut tawaran tersebut sebagai “standar agresor” yang sudah sering terdengar.
Sementara itu, Kremlin menanggapi penolakan Ukraina dengan menyebutnya sebagai respons yang ambigu dan historis tidak menghormati.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menekankan bahwa tawaran gencatan senjata bertujuan untuk menguji kesediaan Kyiv dalam mencapai perdamaian dan menuduh kepemimpinan Ukraina mempromosikan neo-Nazisme serta meremehkan signifikansi kemenangan Perang Dunia II. []
Baca Juga: Trump Akan Pangkas Anggaran Non-Pertahanan US$163 Miliar
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Enam Orang Tewas Terinjak-injak dalam Insiden di Perayaan Lairai Zatra di India