Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zionisme dan Runtuhnya Kemanusiaan

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 21 detik yang lalu

21 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi bendera Israel dengan BIntang David persegi enam yang dominan di latar kain berwarna putih. Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel karena praktik politik zionismenya. Negara-negara Asia Tengah dan Timur Tengah termasuk negara-negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. (Foto: Reuters/Ammar Awad)

ZIONISME, sebagai sebuah gerakan ideologis dan politis, sejak awal kelahirannya pada akhir abad ke-19 telah membawa dampak besar dalam peta geopolitik dunia, khususnya di Timur Tengah. Didorong oleh semangat nasionalisme Yahudi untuk mendirikan negara sendiri, Zionisme pada awalnya tampak sebagai bentuk perjuangan kemerdekaan. Namun, ketika diterapkan dalam bentuk penjajahan tanah Palestina dan penyingkiran penduduk aslinya, Zionisme bertransformasi menjadi alat kolonialisme modern.

Sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, yang oleh bangsa Palestina disebut sebagai “Nakbah” (malapetaka), konflik tak pernah berhenti. Zionisme tidak hanya membentuk entitas politik, tetapi juga telah mengorbankan jutaan jiwa dan mengabaikan nilai-nilai universal kemanusiaan. Dalam upaya membangun “tanah yang dijanjikan”, hak-palestina/">hak rakyat Palestina, baik sipil maupun asasi, dihancurkan secara sistematis.

Zionisme telah melahirkan berbagai kebijakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Pemukiman ilegal, blokade ekonomi, penggusuran paksa, hingga agresi militer terhadap wilayah sipil, menjadi wajah nyata dari penindasan yang dilegalkan oleh negara. Dunia internasional berulang kali mengecam tindakan ini, tetapi banyak kekuatan besar yang memilih bungkam atau bahkan menjadi pendukung kebijakan tersebut.

Di sinilah letak runtuhnya kemanusiaan. Ketika dunia membiarkan penjajahan terjadi di era modern, ketika anak-anak kehilangan nyawa dan pendidikan, ketika keluarga terpisah oleh tembok dan senjata, maka nilai-nilai luhur kemanusiaan menjadi hancur. Zionisme telah menjadikan penderitaan manusia sebagai harga yang harus dibayar demi ideologi dan ekspansi kekuasaan.

Baca Juga: Makna dan Hikmah di Balik Setiap Prosesi Haji

Kemanusiaan seharusnya melampaui batas identitas agama dan ras. Namun, dalam narasi Zionis, identitas Yahudi dijadikan dasar eksklusivitas politik dan teritorial, sehingga meminggirkan eksistensi non-Yahudi, khususnya warga Palestina Muslim dan Kristen. Narasi ini menciptakan polarisasi dan justifikasi untuk kekerasan yang terus berlangsung.

Zionisme juga menyuburkan islamofobia secara global. Dalam upaya mempertahankan hegemoni, banyak propaganda yang menyudutkan perlawanan rakyat Palestina sebagai bentuk ekstremisme, padahal banyak dari mereka hanyalah rakyat biasa yang mempertahankan rumah dan tanah leluhur mereka. Media massa arus utama kerap memperkuat narasi ini, sehingga membentuk opini publik yang bias.

Secara ilmiah, konsep Zionisme bertentangan dengan prinsip keadilan sosial dan hak atas penentuan nasib sendiri sebagaimana dijamin dalam Piagam PBB. Hak-hak kolektif bangsa Palestina tidak hanya dilanggar, tetapi juga didelegitimasi. Dalam banyak kasus, hukum internasional diabaikan oleh Israel dengan dalih keamanan nasional, sementara tindakan-tindakan represif terus berlangsung.

Zionisme juga menjadi akar dari krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Ribuan warga Palestina hidup sebagai pengungsi di berbagai negara tanpa kewarganegaraan tetap. Anak-anak tumbuh dalam kamp pengungsian dengan masa depan yang tak pasti, dan banyak yang mengalami trauma psikologis akibat kekerasan yang mereka saksikan sejak kecil.

Baca Juga: Barang Bawaan Haji, Mana yang Boleh, Mana yang Sebaiknya Ditinggal?

Dalam perspektif Islam, kezaliman yang dilakukan atas suatu bangsa sangat ditentang. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Ma’idah: 8). Zionisme, yang merampas hak, tanah, dan nyawa, jelas berada pada posisi kezaliman yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan universal.

Di sisi lain, banyak kaum Yahudi yang justru menentang Zionisme. Kelompok-kelompok seperti Neturei Karta secara terbuka menyatakan bahwa Zionisme bukanlah representasi agama Yahudi, tetapi sebuah proyek politik sekuler. Hal ini membuktikan bahwa penolakan terhadap Zionisme bukan bentuk anti-Semitisme, melainkan perjuangan menegakkan keadilan dan kemanusiaan.

Krisis yang ditimbulkan Zionisme juga memicu instabilitas regional dan global. Konflik Palestina-Israel memicu radikalisasi, eksodus warga, dan mempersulit perdamaian dunia. Dunia internasional tidak bisa terus bersikap netral terhadap kejahatan kemanusiaan. Ketika kemanusiaan dibungkam atas nama diplomasi, maka peradaban pun akan mundur.

Kesadaran global harus dibangun melalui pendidikan dan informasi yang benar. Masyarakat dunia perlu memahami bahwa perjuangan rakyat Palestina bukan hanya isu agama, tetapi juga perjuangan melawan kolonialisme, apartheid, dan pelanggaran HAM. Ini adalah perjuangan untuk menegakkan kembali martabat manusia.

Baca Juga: Haji di Era Digital, Teknologi dan Aplikasi Canggih dari Pemerintah

Zionisme telah mengguncang fondasi moral umat manusia. Ketika penderitaan menjadi pemandangan sehari-hari dan tidak memantik empati global, maka kita semua sebenarnya telah menjadi korban dari keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan. Dunia harus kembali memanusiakan manusia tanpa pandang bulu.

Sudah saatnya dunia bersatu bukan dalam kepentingan ekonomi dan politik semata, tetapi dalam semangat membela hak hidup dan kebebasan rakyat yang tertindas. Kemanusiaan yang runtuh akibat Zionisme harus dibangun kembali dengan kejujuran sejarah, keberanian moral, dan ketegasan hukum internasional.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Memperingati 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika: Dukungan Palestina Untuk Kemerdekaan Indonesia

Rekomendasi untuk Anda