Jangan Jadi Akhwat Narsis

Oleh Bahron Ansori, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan seorang ustad tentang ‘Akhwat Narsis’. Mulanya saya bertanya kepada sang ustad tentang apa hukumnya seorang akhwat yang senang pamer foto-foto narsisnya di dumay alias dunia maya. Saya terus bertanya supaya mendapat pemahaman yang lengkap tentang foto ‘Akhwat Narsis’ tersebut dari si ustad. Walhasil, ustad itu menyimpulkan tentu akan lebih mudaratnya jika seorang akhwat suka tebar pesona lewat dumay seperti di facebook, twiter, instagram dll.

Dari diskusi itu, saya mendapat pencerahan ilmu sekaligus wawasan dalam menilai sebuah pokok permasalahan. Baik, kembali ke masalah si ‘Akhwat Narsis’ tadi.Dulu kala, jaman jahiliyah, jauh sebelum datang cahaya Islam, nilai seorang wanita tak lebih dari seekor hewan tunggangan.Bahkan bisa jadi seokor kuda di masa itu jauh lebih punya nilai dibanding kehormatan seorang wanita.Artinya, harga diri seorang wanita di masa kebodohan dan kegelapan itu benar-benar tak berarti.

Tak heran, jika lahir dari rahim seorang wanita anak perempuan, maka anak itu akan segera dikubur hidup-hidup oleh ayahnya, sadis bukan? Ya, begitulah kondisi manusia-manusia yang hidup di era jahiliyah yang sudah tentu tidak mengenal mana yang baik dan mana yang benar sesuai hukum Ilahi.Itulah yang pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab saat belum mendapatkan hidayah Islam.

Hal serupa pun terjadi di zaman Cina kuno, wanita yang selalu menjadi objek penumbalan kepada para dewa demi menyenangkan sang dewa. Bahkan, dalam setiap peradaban kuno, derajat wanita selalu saja diletakan dalam level yang sama: sama-sama hina, dan sama-sama hanya dianggap simbol pelampiasan hasrat seksual kaum pria. Benar-benar miris bukan? “Pokoknya, masa itu benar-benar masa yang penuh dengan keburukan,” jelas seorang ustad dalam sebuah majelis taklim.

Islam Agent of Change

So, atas kehendak Allah, maka turunlah agama Islam yang mulia.Islam datang membawa kabar baik untuk semua wanita di seluruh alam. Kehadiran Islam mampu meletakkan derajat wanita sedemikian tinggi dan terhormat. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saja sampai tiga kali mengatakan, “Ibumu…Ibumu…Ibumu…” Ini artinya wanita sangat mulia dalam kehidupan ini. Dalam sabda yang lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengatakan surga itu di bawah telapak kaki ibu. Luar biasa. Ya, ibu adalah seorang wanita.

Tak berhenti di situ, Islam pula yang mampu melindungi kaum wanita dari tatapan mata liar dan buas kaum lelaki, dengan menerangkan dan memerintahkan syariat menutup aurat kepada seluruh wanita.Menurut hemat penulis, hanya Islamlah satu-satunya agama yang menempatkan seorang wanita pada tempat terhormat.Islam adalah satu-satunya agama yang mampu menyelamatkan dan mengangkat kemuliaan seorang wanita.Islam pula yang mampu menempatkan posisi seorang wanita sederajat dengan kaum lelaki.

Seiring perkembangan jaman, wanita semakin mendapatkan kesempatan untuk dikenal dan mengenal dunia.Bahkan banyak organisasi-organisasi kelas dunia yang kebanyakan anggotanya adalah kaum wanita.Wanita benar-benar semakin dihormati, dikagumi dan tak sedikit yang menjadi teladan kebaikan atas keberhasilannya dalam berbagai disiplin ilmu. Hebatnya lagi, tak sedikit wanita yang menjadi pemimpin dalam sebuah negara.Bahkan mulai banyak wanita yang mempunyai peran strategis pada sebuah perusahan di mana bisa jadi karyawannya adalah kebanyakan kaum pria.

Waktu terus berjalan. Persepsi kebebasan wanita untuk mendapatkan hak dan perlakuan yang sama seperti kaum pria pun mulai bermunculan. Satu per satu persepsi itu semakin bias dan liar seiring ada kebebasan berpendapat dan berekspresi. Atas nama kebebasan, kaum wanita yang menganggap dirinya sudah modern sesuka hatinya menggunakan pakaian, aurat diumbar ke mana-mana, dan saat ada orang yang mengingatkan, mereka akan berkata, “Apa hak Anda melarang saya?.” Atas nama kebebasan berekspresi itu pula, banyak wanita yang tanpa risih berjoget ria mengumbar syahwat di berbagai tempat umum, termasuk di televisi, dan memberi julukan joget atau goyangannya dengan berbagai nama yang seronok seperti goyang itik, goyang ngebor, goyang patah-patah dan sebagainya.

Istilah Narsis

Konsep dan istilah narsisisme atau narsisistik berawal dari mitologi Yunani kuno tentang seorang pemuda tampan yang bernama Narsisus. Narsisus adalah putra dewa sungai, Cephissus. Pada saat itu Echo, seorang dewi yang tidak bisa berbicara, jatuh cinta kepadanya. Namun Narcisus bertindak kejam dan menolak cinta Echo. Pada suatu hari, Narsisus melewati sebuah danau yang sangat bening airnya dan melihat pantulan dirinya sendiri. Narsisus sangat mengagumi dan jatuh cinta pada pantulan itu. Narsisus sangat ingin menjamah dan memiliki wajah yang dilihatnya, tapi setiap kali mengulurkan tangannya untuk meraih pantulan itu, bayangan itu kemudian menghilang.

Narsisus tetap menunggu di tepi danau untuk mendapatkan bayangan yang menjadi obyek kekagumannya sampai mau menceburkan dirinya sendiri ke dalam danau dan akhirnya mati. Para dewa merasa kasihan padanya, sehingga Narsisus ditranformasikan menjadi tumbuhan berbunga yang diberi nama Narsisus berwarna kuning cerah, dan dikenal juga dengan nama Yellow Daffodil. Mitologi ini digunakan dalam Psikologi pertama kalinya oleh Sigmund Freud (1856-1939) untuk menggambarkan individu-individu yang menunjukkan cinta diri yang berlebihan. Freud menamakan “The narsissists” dan pelakunya disebut individu narsisistik atau seorang narsisis. (http://psikologiums.net).

akhwat narsis2Sebab dan Tanda Narsis

Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Menurut Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian (Kompas, Jumat, 01 April 2005).

Lebih lanjut menurut Menurut Sadarjoen (2003) yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya,The Natural Limitations of Youth, ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang berefek gawat.

Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsissistik jika ia sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) dari 9 (sembilan) ciri kepribadian sebagai berikut:

Pertama, Grandiose view of one’s importance, arrogance; Merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki dan ia senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar (prestasi) dan harta benda.

Kedua, Preoccupation with one’s success, beauty, brilliance; Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati.

Ketiga, Extreme need of admiration; Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi. Keempat, Strong sense of entitlement; Merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa.

Keempat, Lacks of empathy; Kurang empati. Kelima, Tendency to exploit others; Mengeksploitasi hubungan interpersonal. Keenam, Envy of others; Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap bahwa orang lain iri kepadanya.

Ketujuh, Shows arrogant, haughty behavior or attitudes; Angkuh. Kedelapan, Believe that she or he is special and unique; Percaya bahwa dirinya adalah spesial dan unik.

Mengapa Narsis ?

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku narsistik  ditandai dengan: 1) merasa diri paling hebat, senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar (prestasi) dan harta benda, 2) dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati, 3) menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian, selain itu juga merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa, 4) kecenderungan untuk memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, 5) tumbuh perasaan paling mampu, paling unik.

Dalam ajaran syari’at perilaku tersebut memiliki istilah. Merasa diri paling mampu dan hebat (memandang dirinya dengan cara yang berlebihan) diistilahkan ’ujub. Menyombongkan dengan apa yang ada pada dirinya diistilahkan takabbur. Berharap pujian dan perlakuan istimewa diistilahkan riya’.  Semua perilaku ini temasuk perilaku madzmumah (tercela).

Perilaku-perilaku di atas bisa terwujud dengan sikap, ucap, dan juga pose. Sikap dan ucap mungkin bentuk praktiknya sudah diketahui dan hukumnya pun sangat dipahami. Sekarang yang akan dibahas tentang narsis yang berbentuk pose. Pose adalah suatu gaya atau sikap yang ditampilkan ketika dipotret atau dilukis. Narsis seperti ini bisa ditemukan di media-media. Yang paling sering nongol di facebook dan twitter.

Narsis yang berbentuk pose ini -sepertinya menurut mereka yang melakukan- merupakan kelakuan yang tidak berkaitan dengan hukum. Para perempuan yang mengenakan pakaian yang serba menutupi tubuhnya pun merasa kelakuan itu lepas dari hukum. Karena dalam pikiran mereka, kan yang penting tubuhku sudah ditutupin; aku sudah pake jilab dan jubah. Padahal yang dimaksud dengan sesuatu yang dapat mengundang hasrat seorang laki-laki tidak hanya dengan memamerkan auratnya, menunjukkan perilaku narsis juga akan mengundang hasrat. bahkan ini yang lebih parah.

Yang dimaksud perilaku narsis yang mengundang hasrat, semisal perempuan berpose dengan menjulurkan lidahnya, memanyutkan bibirnya, berpose miring yang menonjolkan kesemokannya, dan lain sebagainya. Biasanya perempuan yang berpose begitu yang fotonya ditampilkan di facebook bertujuan; 1. Memamerkan kecerdesannya dalam berpose, 2. Berharap banyak yang like dan komentar, 3. Ingin mendapatkan pujian. Ketiga ini merupakan tanda perilaku narsis. Pose-pose yang seperti itu akan mengundang hasrat seorang laki-laki. Mengundang hasrat hukumnya haram.

Obyek opini ini dikhususkan kepada perempuan yang mengenakan pakaian busana muslimah tapi memiliki hobi pose narsis. Lalu bagaimana perempuan yang mengenakan busana minimalis plus pose narsis? Perempuan yang seperti ini dihukumi haram kuadrat; selain memamerkan auratnya yang pasti mengundang hasrat, juga dengan pose narsis yang menambah menarik hasrat.

Secara sosial, perilaku narsis sebenarnya membuat pribadi kita akan memiliki nilai rendah di mata publik. Sebab, perilaku narsis menunjukkan kekanak-kanakan, kemanjaan, bahkan kenakalan diri kita. Oleh sebab itu, orang yang sering kali menunjukkan perilaku narsis tidak akan disegani bahkan bisa-bisa tidak dihormati.(R02/P2)

(sumber:cyberdakwah.com).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

 

 

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.