Ramallah, MINA – Kesehatan tahanan Palestina Walid Daqqa, yang telah berada di penjara Israel selama 38 tahun, secara bertahap memburuk, menurut Perhimpunan Tahanan Palestina (PPS).
Hasan Abed Rabbo, juru bicara PPS, mengatakan kepada WAFA bahwa Daqqa menjalani operasi paru-paru Rabu lalu (12/4/2023) di Rumah Sakit Barzilai di Ashkelon setelah mengalami kemunduran baru.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar paru-paru kanan Daqqa diangkat, dan dia saat ini berada di unit perawatan intensif.
Abed Rabbo mengatakan, semua upaya untuk membebaskan Daqqa, yang kini berjuang melawan maut, sejauh ini gagal.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Selama beberapa bulan, Daqqa berada dalam kondisi tidak stabil akibat pneumonia berat. Bulan lalu, dia dirawat di rumah sakit karena menderita pusing dan penurunan hemoglobin.
Daqqa adalah seorang penulis dan aktivis Palestina yang telah dipenjara oleh Israel sejak 1986 karena perlawanannya terhadap pendudukan Israel.
Tahun lalu, dia didiagnosis menderita Myelofibrosis – suatu bentuk langka dari kanker sumsum tulang yang mengganggu produksi sel darah normal tubuh.
Addameer, sebuah kelompok hak asasi yang mendukung tahanan Palestina, mengatakan bulan lalu, pria berusia 61 tahun itu “sangat membutuhkan perhatian medis yang mendesak”.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Kelompok itu menuduh otoritas Israel menolak Daqqa untuk mendapat pengobatan yang diresepkan dan menyerukan “pembebasan segera”.
Jika tidak diobati, Myelofibrosis menyebabkan jaringan parut yang luas di sumsum tulang, menyebabkan anemia berat yang dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan.
Pada bulan Februari, Daqqa menderita stroke yang disebabkan oleh gumpalan darah, menurut kelompok HAM tersebut.
Daqqa adalah salah satu tahanan Palestina yang paling menonjol dan lama berada dalam tahanan Israel. Selama di penjara, ia telah menulis beberapa buku, termasuk buku anak-anak.
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Pada 1999, Daqqa menikah saat berada di balik jeruji besi. Bersama istrinya, Sana Salameh, dia menyambut seorang putri – Milad – pada tahun 2020, yang dikandung setelah spermanya diselundupkan keluar dari penjara. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam