PESANTREN Al-Fatah Al-Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, meluluskan 101 santri darI 165 jumlah keseluruhan atau sekitar 61% ke berbagai Peguruan Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta tahun 2025.
Kepala Madrasah Aliyah Al-Fatah Lampung, Misbahuddin Nur dalam komentarnya mengucapkan rasa syukur atas santri-santrinya yang terus bersemangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, baik melalui jalur prestasi maupun tes.
“Kami berharap para alumni bisa mengambil ilmu dan manfaat sebanyak-banyaknya di perguruan tinggi, hingga bisa lebih bermanfaat di masyarakat banyak,” ujarnya saat dihubungi MINA, Kamis, 19 Juni 2025.
Beberapa santri yang diterima di Perguruan Tinggi memberikan apresiasinya kepada almamaternya atas pendidikan yang diterimanya saat ini, dan akan menjadikan semua pembelajaran selama mondok sebagai bekal kuliah.
Baca Juga: Integritas Fondasi Utama bagi Dosen dan Guru
Salah satunya, santri bernama Ananda Syakiraa Raudhoh Mustofa binti Rahmat Hasbi, asal Bandar Lampung. Ia diterima dI Program Studi Akuntansi Syariah UIN Raden Intan Lampung.
“Cita-cita saya mulai terwujud. Saya ingin menjadi seorang yang bisa berperan dalam dunia ekonomi Islam. Bukan sekadar ahli ekonomi, tapi saya ingin menjadi pelayan umat lewat sistem keuangan yang bersih dan berkeadilan,” ujarnya.
Ditanya tentang nilai-nilai yang bisa diperoleh selama mondok di Pesantren Al-Fatah, menurutnya, dari pondok banyak belajar untuk mandiri, disiplin, dan tidak mudah mengeluh.
“Kebiasaan bangun sebelum subuh, dan hidup teratur, semua sangat terasa manfaatnya sekarang,” lanjut santri yang punya motto hidup, “Melangkah dengan niat baik, sisanya serahkan pada Allah. Hidup berakal, mati beriman.”
Baca Juga: An-Nuaimy Lepas 33 Dai Nusantara dan Luncurkan STIT: Dakwah Tak Boleh Menyendiri
Bagi teman seangkatannya, Azzah Aliyyah Mubaarokah binti Sumaji, yang diterima di jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, kuliah harapannya menjadikan kampus sebagai ladang dakwah.
“Dengan kuliah saya akan berusaha mengamalkan ilmu, menjaga identitas santri, dan berkontribusi untuk umat dengan keahlian yang saya miliki kelak,” ujar santri yang bercita-cita menjadi psikiater tersebut.
Motto santriwati asal Pagaralam, Sumatera Selatan itu, “Belajar karena Allah, berjuang dengan akhlak, dan hidup untuk memberi manfaat.”
Nilai-nilai pondok yang bisa diterapkan saat kuliah, menurutnya, antara lain disiplin dan mandiri, adab dan akhlak, serta semangat belajar.
Baca Juga: Dapat Biaya Hidup, Pendaftaran Program Magang Berdampak 2025 Sudah Dibuka
Bagi Hanin Kamilah binti Irwan Fikri, santri asal Baturaja, Sumsel, yang diterima di Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sumatera (Itera), kuliah menjadi kesempatan untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai pribadi.
“Aku bisa menemukan passion dan minatku yang sebenarnya selama kuliah, dan dapat memiliki jaringan yang luas serta koneksi yang bermanfaat selama kuliah,” ujar santri yang memiliki motto, “Be the change.”
Tentang nilai-nilai pondok yang ia rasakan, santri yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik itu merasakan, sudah terbiasa dengan kehidupan yang disiplin, terutama disiplin waktu.
“Jadi, di kuliah nanti kita udah terbiasa untuk ngerjain sesuatu dengan tepat waktu, tidak mengulur ulur,” imbuhnya.
Baca Juga: 325 Mahasiswa Penerima Beasiswa Garuda Lanjutkan Studi ke Mancanegara
Hanin juga merasa sudah terbiasa mandiri, jauh dari orang tua, jadi pas kuliah nanti, sudah terbiasa menyelesaikannya sendiri.
Tantowi Yahya bin Ahmadsyah, santri asal Singkawang, Kalimantan Barat, bersyukur diterima di Jurusan Manajemen Bisnis Internasional, Institut Sains dan Bisnis Internasional Singkawang, Kalbar.
Jurusannya sesuai dengan cita-citanya menjadi pengusaha Muslim yang sukses dan berkontribusi untuk pembebasan Al-Aqsa dan Palestina.
“Teruslah berusaha menjadi manusia yang bermnafaat untuk sesama,”ujarnya.
Baca Juga: Ilmuwan Muslim Asia Tenggara Serukan Kebangkitan Peradaban Berbasis Sains dan Etika
Harapannya dengan kuliah ingin memperluas releasi dan mengubah pola pikir agar bisa lebih baik lagi.
Begitulah, dari Pondok Pesantren Islam Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, begitu nama lengkapnya, yang terletak di area seluas sekitar 100 ha, di Kampung Al-Muhajirun, Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, terlahir para alumni yang setiap tahun diterima di berbagai perguruan tinggi ternama.
Para alumninya saat ini ada yang menjadi doktor, magister dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu agama Islam, bahasa Arab, polisi, TNI, hingga kedokteran, teknik, IT, akuntansi, dan komunikasi.
Baca Juga: Mendidik Anak di Ambang Fitnah Akhir Zaman
Pesantren yang awalnya berdiri tahun 1976, dan membuka program Madrasah tahun 1993-1994, yang terletak sekitar 7 km dari Bandara Raden Intan, memiliki misi mewujudkan generasi Qur’ani pewaris perjuangan risalah para Nabi.
Misi yang dikerjakan untuk generasi adalah memberikan bekal pengetahuan untuk memahami syari’at Islam, meningkatkan kemampuan berkomunikasi bahasa internasional (Bahasa Arab dan Inggris) serta memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan Tauhid kepada Allah agar dapat mengoptimalkan fungsi kekhalifahan di muka bumi. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pesantren Shuffah Hizbullah Al-Fatah Cikampek Ajarkan Pengetahuan Al-Quds wal Maqdisiyah