Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AKTIVIS: DUNIA KURANG MEMERHATIKAN BANGSA ROHINGYA

Admin - Senin, 4 Januari 2016 - 13:50 WIB

Senin, 4 Januari 2016 - 13:50 WIB

620 Views ㅤ

Bangsa Rohingya menadahi air hujan di tempat penampuangan pengungsi di Myanmar. Sumber foto: The Star/Ye aung thu/AFP/Getty Image)

Rohingya-The-Star-Ye-aung-thu-AFP-Getty-Image-300x201.jpg" alt="Bangsa Rohingya menadahi air hujan di tempat penampuangan pengungsi di Myanmar. Sumber foto: The Star/Ye aung thu/AFP/Getty Image)" width="494" height="331" /> Bangsa Rohingya menadahi air hujan di tempat penampungan pengungsi di Myanmar. Sumber foto: The Star/Ye aung thu/AFP/Getty Image)

Bangkok, 24 Rabi’ul Awwal 1437/4 Januari 2016 (MINA) – Puluhan ribu pengungsi Rohingya di Myanmar dilaporkan akan kembali berupaya menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu menuju Thailand dan Malaysia menyusul stabilnya gelombang laut.

Seperti dilaporkan The Star, bangsa Rohingya ingin hidup lebih baik. Namun, perjalanan laut dengan menggunakan perahu tua sangat berbahaya. Banyak bangsa Rohingya yang meninggal di perjalanan atau terjebak dalam pemerasan para sindikat perdagangan manusia.

Bagi bangsa Rohingya, tantangan itu masih lebih ringan daripada menetap di Myanmar. Faktanya, selain terancam kelaparan, eksistensi mereka di Myanmar juga berada di ujung tanduk sejak tragedi pembantaian orang Rohingya pada tahun 2012.

“Hal ini terjadi bertahun-tahun. Tapi, dunia kurang memerhatikan mereka,” ujar aktivis Rohingya, Khin Maung Myint. “Situasinya tidak terkendali. Mereka dipaksa melarikan diri dari tanah leluhur. Pihak keamanan Myanmar juga mirip Gestapo Nazi,” tambahnya.

Baca Juga: Sejumlah Poin Gencatan Senjata Israel-Hezbollah

Juru bicara (jubir) UNHCR, Vivian Tan, mengatakan musim penghujan di zona rute pelarian bangsa Rohingya di Teluk Bengala sudah reda. Sebanyak 1.000 orang Rohingya telah berlayar dari Myanmar sejak September. Angkanya diprediksi akan meningkat pada bulan depan.

Pemerhati keamanan di Asia, Anthony Davis, mengaku tidak terkejut jika bangsa Rohingya melarikan diri karena mereka menjadi target semua pihak di Myanmar. “Tapi, tidak ada bukti jika mereka ingin memberontak. Sebab, pada dasarnya, mereka hanya ingin hidup lebih baik,” katanya.

Senada dengan Davis, pemerhati yang lain, Sidney Jones dari Institute for Policy Analysis of Conflict, juga mengatakan jika pemberontakan terjadi, mujahid Indonesia pasti sudah ada di Myanmar. “Tapi, itu tidak terjadi. Dunia hanya menekan pemerintah Myanmar agar berlaku adil,” katanya. (T/P020/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: WHO Sambut Baik Gencatan Senjata Lebanon, Serukan Perdamaian di Gaza

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Internasional
Wapres RI Ma'ruf Aamiin menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-44 dan ke-45 di Vientiane, Laos, Rabu (9/10/2024) (Foto: Setwapres RI)
Asia
Internasional
Asia
Internasional