Banda Aceh, 28 Rabi’ul Awwal 1437/8 Januari 2016 (MINA) – Ulama Mesir yang kini mengabdi di Aceh, Syaikh Abu Muaz Muhammed Abdul Hay Al-Uwenah, mengatakan, tidak semestinya seorang muslim belajar ilmu agama Islam pada non muslim.
Pengajar pada Universitas Al- Azhar Cairo itu mengatakan, pelajar Aceh sebaiknya belajar Islam di negeri-negeri Islam, pada guru-guru yang jelas memiliki loyalitas terhadap Islam dan kaum muslimin, demikian keterangan pers Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Hal itu disampaikan Syaikh Abu Muaz saat mengisi pengajian rutin KWPSI di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke Banda Aceh, Rabu (6/1) malam.
Menurutnya, seorang muslim hendaknya tidak mempelajari ilmu-ilmu Islam seperti ilmu-ilmu syariah dan lain-lain kepada non muslim, karena Islam adalah agama yang berkaitan erat dengan akidah, maka bagaimana mempelajari Islam dari orang yang tidak memiliki akidah Islam.
Baca Juga: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah MTQ Tunanetra Internasional
“Yahudi dan Nasrani ingin agar kaum muslimin mengikuti jalan hidup mereka. Maka Islam apa yang akan kita pelajari dari mereka yang menginginkan agar kita mengikuti jalan hidup mereka. Begitu juga dengan ilmu metodologi, karena ilmu ini akan memberi hasil atas ilmu-ilmu yang lain,” ujar Syaikh Abu Muaz.
Ulama yang juga Staf Pengajar Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu, mengusulkan sebaiknya belajar Islam di negeri Islam karena itu akan memperkuat penegakan syariat Islam di Aceh.
Sebaliknya, belajar Islam di barat memiliki peluang untuk memperlemah penegakan Islam di Aceh.
“Karena mereka-mereka yang belajar di sana dan tidak memiliki nilai-nilai keislaman yang kuat, dikhawatirkan akan membawa pemikiran-pemikiran yang menentang penegakan syariat Islam, yang pada akhirnya akan memperlemah penegakan syariat Islam di Aceh,” jelasnya.
Baca Juga: Sejumlah Wilayah di Banyumas, Jateng Terendam Banjir
Kendati demikian, menurut Syaikh Abu Muaz yang didampingi penerjemah Ustaz Muakhir Zakaria, tidak mempermasalahkan belajar di negara barat jika tidak ada ilmu tersebut di dunia Islam, dengan syarat menjaga nilai-nilai Islam.
“Boleh saja belajar di negara-negara barat dengan beberapa syarat, misalnya ilmu yang dipelajari adalah ilmu-ilmu yang bukan ilmu keislaman, seperti kedokteran, sains, teknologi, biologi, dan lainnya, karena ilmu-ilmu tersebut pada prinsipnya adalah ilmu-ilmu Islam yang dikembangkan oleh mereka,” katanya.
“Mereka dulu mempelajari ilmu-ilmu tersebut di Andalusia (Spanyol) ketika Islam masih kuat di sana, ketika berbicara bahasa Arab pada saat itu dianggap sebagai seorang berperadaban,“ ujar Abu Muaz yang merupakan seorang Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di Mesir.
Abu Muaz yang diundang mengajar di Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee Aceh Besar ini menambahkan, boleh juga mempelajari ilmu-ilmu umum di negara-negara barat (Eropa atau Amerika) yang mereka ciptakan sendiri, seperti ilmu komputer dan lain-lain.
Baca Juga: BNPB Pastikan Tanggap Darurat Sukabumi Berjalan Cepat dan Tepat
Namun sebelum belajar di barat, menurut Abu Muaz, seorang yang akan belajar ke barat meskipun jurusan umum hendaknya harus memiliki latar belakang akidah keislaman yang cukup agar memiliki pegangan yang cukup dan tidak terjebak dalam kehidupan barat yang bertentangan dengan dunia Islam.
Setelah itu, kata Abu Muaz, seorang muslim yang belajar di barat agar tetaplah berpegang pada nilai-nilai Islam ketika berada di negara-negara barat.
Dalam pengajian yang turut dihadiri Kepala Biro Humas Setda Aceh, Frans Dellian, Anggota DPRA, Bardan Sahidi, para wartawan anggota KWPSI, santri, ormas, mahasiswa dan akademisi ini, Abu Muaz juga menyinggung umat Islam di Aceh agar tidak menyerupai (tasyabbuh) jalan hidup orang barat (non muslim) khususnya yang bisa merusak akidah dan ketauhidan.
“Dalam hal ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan akidah dan agama mereka, seperti ikut ke gereja pada saat Natal atau waktu lainnya, pergaulan bebas, khamar, menghadiri perayaan-perayaan keagamaan mereka, dan lain-lain,” terangnya.
Baca Juga: Jelang Nataru, Pertamina Pastikan Stok BBM dan LPG Aman
Dikatakannya, saat ini, tidak bisa dipungkiri umat Islam sedang terpuruk. Salah satunya disebabkan karena penyakit tasyabbuh (menyerupai orang kafir) yang mewabah dengan sangat cepat di kalangan kaum muslimin. Karena perbuatan tasyabbuh, umat Islam secara otomatis menjadi semakin lemah karena semakin jauh dari sunnah, kian terasing dari akidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang baik.
“Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam telah mengingatkan bahayanya. Orang Islam lemah jika meninggalkan ajaran agamanya. Dulu orang Islam melarang yahudi dan nasrani menyerupai orang Islam. Tapi sekarang justru orang Islam sendiri yang menyerupai orang kafir dan mengikuti ajaran mereka,” ungkapnya.(T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi