Anggota Parlemen Sunni Irak Protes Kekerasan Yang Menyasar Komunitas Mereka

Parlemen Irak (Dok. MEMO)
Parlemen (Dok. MEMO)

Baghdad, 11 Rabi’ul Akhir 1437/21 Januari 2016 (MINA) – Parlemen Irak menangguhkan pertemuan pada Selasa (19/1) di tengah protes yang diajukan oleh para anggota parlemen Muslim Sunni atas kekerasan yang menargetkan komunitas mereka di Irak Timur.

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan, anggota legislatif Sunni mendesak Perdana Menteri Haider Al Abadi untuk membubarkan dan melucuti milisi Syiah yang disebut berada di balik serangan terbaru yang menargetkan Kota Muqdadiyah.

Dua anggota parlemen dari kalangan Sunni, Raad Al Dahlaki dan Nahida Al Daini dari Provinsi Diyala tempat Muqdadiyah terletak, mengatakan 43 orang telah tewas selama sepekan terakhir di kota itu dan sembilan masjid dibom, The Nation melaporkan.

Angota parlemen yang lain, Salah Muzahim, mengatakan korban yang tewas akibat serangan yang dilancarkan milisi Syiah mencapai 40 orang.

Meningkatnya kekerasan sektarian di Irak menjadi tantangan lebih lanjut untuk PM Al Abadi, pemimpin dari kalangan Syiah yang dikenal moderat. Ketegangan juga diperparah oleh kemunculan kelompok militan Islamic State (ISIS/Daesh).

“Koalisi kekuatan Irak, sebagai perwakilan dari komponen Sunni di Irak, mengumumkan aksi boikot anggota mereka untuk dua sesi parlemen berikutnya dan pemerintah mengecam apa yang terjadi di Muqdadiya,” kata pernyataan yang dibacakan oleh anggota parlemen Ahmed Masari, mengacu pada serangan warga di kota yang berjarak 80 kilometer timur laut Baghdad.

“Kami menuntut pembubaran dan pelucutan senjata milisi (Syiah),” kata pernyataan itu, seperti dikutip M’raj islamic News Agency (MINA) dari The Nation. Anggota memutuskan untuk menunda pertemuan sampai Kamis (21/1).

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Irak belum menerbitkan jumlah korban resmi dari pihak Sunni di Muqdadiya dan desa-desa tetangga di Provinsi Diyala.

Organisasi Badr, yaitu milisi Syiah sokongan Iran yang dominan di Diyala, mengatakan jumlah korban yang dikutip oleh anggota parlemen Sunni tidak tepat. “Ya, ada orang yang tewas tetapi jumlahnya tidak sebesar itu,” kata Mohammed Naji, seorang asisten untuk pemimpin Badr Hadi Al Amiri.

Organisasi Badr telah memantapkan dirinya sebagai milisi berpengaruh di wilayah itu sejak kebangkitan ISIS pada 2014. Pekan lalu, Amiri menyatakan penyesalan atas kekerasan sektarian dan menawarkan untuk membangun kembali masjid-masjid Sunni yang hancur.

Banyak komunitas Sunni meninggalkan rumah mereka di kota itu ketika Badr bergerak untuk memukul mundur ISIS. (P022/P4)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.