Sanaa, MINA – Perang saudara Yaman telah menewaskan sedikitnya 91.600 orang sejauh ini sejak 2015 menurut lembaga Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED) yang melacak kekerasan di negara itu, Rabu (19/6).
Konflik dimulai pada 2014 dengan pengambilalihan atas Yaman utara dan tengah oleh pemberontak Houthi, mengusir pemerintah yang diakui secara internasional dari ibu kota, Sanaa.
Beberapa bulan kemudian, pada Maret 2015, sebuah koalisi yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan operasi udara untuk mencegah kemajuan Houthi dari menduduki selatan negara itu.
Dalam operasi tanpa henti, serangan udara yang dipimpin Saudi telah menghancurkan sekolah, rumah sakit, pesta pernikahan dan menewaskan ribuan warga sipil Yaman.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sementara kelompok Houthi menggunakan pesawat tanpa awak dan rudal untuk menyerang Arab Saudi dan menargetkan kapal-kapal yang melintas di Laut Merah.
Warga sipil menanggung beban konflik yang telah menciptakan kondisi krisis kemanusiaan terburuk di dunia, menurut PBB.
ACLED mengatakan bahwa pada 2015, sekitar 17.100 orang dilaporkan terbunuh. Itu menjadi tahun paling mematikan kedua setelah 2018 yang merupakan tahun paling mematikan dalam catatan, demikian The New Arab melaporkan.
ACLED mengatakan, 11.900 orang terbunuh tahun ini, dibandingkan dengan 30.800 jiwa pada 2018.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Kelompok itu mengatakan, Koalisi Arab bertanggung jawab atas lebih dari 8.000 dari sekitar 11.700 kematian akibat penargetan langsung warga sipil, sementara Houthi dan sekutu mereka bertanggung jawab atas sisanya.
Kelompok itu mengatakan, mereka mencatat lebih dari 18.400 tewas di provinsi barat daya Taiz sejak 2015, menempatkan Taiz sebagai provinsi paling kejam di Yaman, sebagian besar karena pengepungan empat tahun oleh Houthi. (T/RI-1/R06)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata