Betlehem, 27 Sya’ban 1438/ 24 Mei 2017 (MINA) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan pada Selasa (23/5) bahwa kebebasan dan kemerdekaan rakyat Palestina adalah kunci perdamaian dan stabilitas.
Hal itu disampaikan saat konferensi pers dalam kunjungan Presiden AS Donald Trump di Betlehem.
Menurut Abbas, Ia berkomitmen pada kesepakatan damai historis dengan Israel dan bekerja sama dengan Trump sebagai mitra dalam memerangi terorisme, demikian Wafa yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Pertemuan saya dengan Anda (Trump) di Gedung Putih awal bulan ini memberi kami (rakyat Palestina) banyak harapan dan optimisme untuk mewujudkan impian perdamaian yang ditunggu-tunggu berdasarkan keadilan,” katanya.
Baca Juga: Kaki Tentara Israel Ini Diamputasi Usai Disergap Hamas
Ia mengemukakan kebebasan rakyat Palestina merupakan kunci perdamaian sehingga dapat dinikmati oleh anak Palestina dan Israel hidup di masa depan dengan aman.
“Kebebasan rakyat Palestina adalah kunci perdamaian dan stabilitas di wilayah kita dan dunia sehingga anak-anak Palestina dan Israel menikmati masa depan yang aman, stabil dan makmur,” ujarnya.
Ia menegaskan untuk bekerjasama dalam kesepakatan untuk menciptakan perdamaian.
“Kami menegaskan kembali komitmen bekerja sama untuk menciptakan perdamaian dan mencapai kesepakatan damai bersejarah antara kita dan Israel. Kami juga menegaskan kembali kesiapan kami untuk terus bekerja sama dengan Anda sebagai mitra dalam memerangi terorisme di wilayah kami dan di dunia ini,” tambahnya.
Baca Juga: Sektor Pariwisata Israel Hancur, 90 Hotel Tutup Sejak Perang
Abbas juga memperkuat komitmennya untuk menciptakan sebuah negara Palestina yang merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Al Quds Timur sebagai ibu kotanya, dan yang hidup dalam damai dengan Israel.
“Kami menegaskan kembali posisi kami pada solusi dua negara di perbatasan tahun 1967, Negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, untuk hidup berdampingan dengan Israel dalam hubungan keamanan dan hubungan baik, dan untuk menyelesaikan masalah status tetap berdasarkan Pada hukum internasional dan resolusi internasional dan untuk menghormati perjanjian yang ditandatangani dengan cara yang memungkinkan pelaksanaan prakarsa perdamaian Arab, sebagaimana ditegaskan pada pertemuan puncak Arab baru-baru ini di Yordania, “kata Abbas.
Presiden menekankan bahwa konflik tersebut bukan antar agama tapi masalahnya terletak pada pendudukan dan permukiman, selain pengakuan Israel terhadap Negara Palestina.
“Seperti yang Anda lihat kemarin, selama kunjungan bersejarah Anda ke tempat-tempat Suci di Yerusalem Timur yang diduduki dan hari ini di Betlehem, konfliknya bukan antara agama-agama. Menghormati agama dan para nabi merupakan bagian integral dari kepercayaan kita, “katanya.
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Israel Perintahkan Netanyahu Tanggapi Petisi Pengunduran Dirinya
“Masalah sebenarnya kami adalah dengan pendudukan dan permukiman dan kegagalan Israel untuk mengenali negara Palestina, seperti yang kami ketahui, yang merongrong pencapaian solusi dua negara,” jelasnya.
Di sela itu, Abbas membahas tentang tahanan di penjara Israel yang melakukan mogok makan, dengan mengatakan tuntutan tahanan tersebut manusiawi.
“Mengenai masalah tahanan Palestina kita yang telah melakukan mogok makan selama lebih dari sebulan, beberapa meter dari sini dekat Gereja Kelahiran Tuhan dan di mana-mana di Palestina, para ibu dan keluarga para tahanan tidak dapat mengunjungi anak mereka. Tuntutan mereka memang manusiawi dan adil, dan saya meminta pemerintah Israel untuk menanggapi tuntutan kemanusiaan yang sah ini, “kata Abbas.
Abbas meyakini bahwa perdamaian akan membantu pertumbuhan ekonomi Palestina.
Baca Juga: Sejumlah Jenazah di Pemakaman Sementara Dekat RS Indonesia Hilang
Abbas menyimpulkan di akhir pernyataannya bahwa sejarah akan mencatat, Presiden Trump adalah presiden Amerika yang mencapai perdamaian antara Palestina dan Israel. Ia menambahkan akan memperluas kerja sama untuk menjadi mitra dalam tugas ini.(T/R10/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian