Adab Bergaul

Oleh Ansori, wartawan MINA

Sebagian kita mungkin senang , dengan siapa saja dan dimana saja. Namun, mungkin bisa jadi sedikit sekali di antara kita yang mau memperhatikan bagaimana dalam bergaul.

Kalau melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, tentu sudah ada contoh terbaik dalam dirinya. Bukan hanya contoh bagaimana seorang muslim harus mempunyai adab dalam bergaul, tapi juga banyak contoh kebaikan yang diperankan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ditiru umatnya.

Di antara adab bergaul yang juga sudah diabadikan Allah Ta’ala dalam firman suci-Nya di Al QUr’an surat Al A’raf ayat 199. Allah Ta’ala mengatakan yang artinya,

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang lain untuk mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Qs. al-A’raf: 199).

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala itu langsung meminta setiap hamba-Nya agar dalam pergaul selalu mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang senantiasa siap memaafkan.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Ayat di atas memuat anjuran untuk berakhlak baik kepada sesama manusia dan adab-adab yang baik dalam bermuamalah dengan sesama.”

Bliau menambahkan di antara adab baik dalam bermuamalah antara lain sebagai berikut.

Pertama, mudah memaafkan. Orang yang mudah memaafkan ini adalah orang yang ikhlas. Tidak mudah marah, rendah hati dan punya dada yang lapang.

Orang yang mudah memaafkan, tanpa beban akan memaafkan bila ada orang lain berbuat atau berakhlak yang kurang baik atau buruk. Dia tidak mudah memvonis orang lain salah. Sebab dia menyadari diri juga bukanlah manusia sempurna.

Kedua, tidak memaksakan orang lain untuk berperilaku yang tidak sesuai dengan tabiat mereka. Dia punya sifat menghormati orang lain. Tujuannya, agar terjalin suasana yang harmonis dirinya dengan orang lain.

Ketiga, selalu bersyukur atas segala yang dia terima dari orang lain, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang baik, ataupun tidak baik. Hal ini tentu saja tidak muda. Tapi agar terjalin keharmonisan dalam bergaul maka bersyukur atas segala yang diterima dari orang lain adalah sebuah keniscayaan.

Jika menerima perkataan atau perlakuan baik dari orang lain, tentu semua manusia bisa dan senang. Tapi bagaimana jika sebaliknya; menerima keburukan orang lain baikla dari lisan ataupun perbuatan? Di sinilah diperlukan hati yang selalu bersyukur.

Keempat, selalu memaafkan aib orang lain seraya menutup mata dari kekurangannya. Memaafkan aib dan menutup mata dari kekurangan saudaranya, tentu saja bukan hal mudah bagi banyak orang. Tapi, bagi mereka yang faham adab dalam bergaul, maka akan mudah memahami orang yang punya kesalahan.

Kelima, tidak merasa sombong kepada orang kecil, orang yang kurang akalnya, atau orang fakir. Sombong adalah perbuatan buruk. Orang yang sombong biasanya akan dijauhi orang lain. Tak ada yang ingin dekat dan bergaul dengan orang yang sombong.

Inilah salah satu rahasia sukses dalam sebuah pergaulan; tidak sombong. Tidak sombong kepada orang kecil, artinya jangan meremehkan keadaannya. Tidak sombong kepada mereka yang kurang akalnya, artinya jangan merasa lebih pintar dari orang lain. Dan tidak sombong kepada yang fakir tentu saja artinya tidak pernah merasa lebih kaya.

Keenam, tidak ada keindahan yang melekat pada sesuatu kecuali ia dilapisi dengan kelembutan. Bermuamalah kepada setiap lapisan masyarakat dengan lemah lembut adalah rahasia untuk membangun kebaikan dalam bergaul.

Percuma saja membangun sebuah pergaulan tapi tidak diselipkan kelemah lembutan di dalamnya. Pergaulan yang tidak dibangun atas dasar kelembutan, akan melahirkan kegersangan dan keburukan. Pada akhirnya akan terjadi pertikaian satu sama lain.

Ketujuh, bersikap kepada orang lain dengan lemah lembut. Kedelapan, bijaksana dalam bersikap kepada orang lain dengan menyesuaikan kondisi yang ada. Kesembilan, berperilaku dengan perangai yang membuat orang lain senang dan lapang dadanya.”  (Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan hlm. 313).

Jika adab-adab bergaul yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di di atas bisa diamalkan dalam keseharian seorang muslim, insya Allah hidupnya akan selamat dan bahagia, wallahua’lam.(A/RS3/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.