Yerusalem, MINA – Pasukan pendudukan disebut gagal mencapai tujuan di agresi Gaza, meski telah memasuki bulan ke empat dan mengalami kerugian ekonomi hampir 60 miliar dolar AS (sekitar Rp931 triliun).
Menurut laporan surat kabar Israel Yedioth Ahronoth yang terbit Ahad (7/1), disebutnya sebagai perang yang paling memakan biaya tapi gagal.
“Menurut angka-angka terbaru, biaya perang telah meningkat menjadi sekitar 217 miliar shekel ($59,35 miliar), dan biaya tersebut mencakup anggaran tempur tentara dan bantuan besar-besaran terhadap perekonomian di semua bidang,” tulis Ahronoth.
Laporan juga menjelaskan, bahwa biaya pertempuran tentara Israel pada bulan Oktober lalu, termasuk perekrutan 360.000 tentara cadangan pada awal perang, berjumlah satu miliar shekel ($270,35 juta).
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
“Karena demobilisasi massal puluhan ribu tentara dalam beberapa hari terakhir, biaya yang harus dikeluarkan saat ini mencapai 600 juta shekel ($164,11 juta) per hari,” tulisnya pula menurut kutipan Quds Press.
Disebutkan, Israel terus membayar sejumlah 300 shekel ($82) setiap hari hingga akhir tahun 2024 kepada setiap tentara cadangan yang direkrut, dan mencatat bahwa “pembayaran ini saja sejauh ini telah mencapai sekitar 9 miliar shekel ($2,46 miliar).
Laporan juga menunjukkan, bahwa dukungan global untuk Israel terus berkurang setiap hari seiring dengan berlanjutnya perang.
“Organisasi sayap kiri ekstrem, bersama dengan para pendukung perjuangan Palestina, yang memimpin pidato dukungan di jaringan media sosial, menyebabkan kehancuran Israel. pecahnya kebencian terhadap Israel dan Yahudi di seluruh dunia,” klaim surat kabar tersebut.
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Sejak tanggal 7 Oktober, tentara pendudukan Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza, yang pada hari Minggu menyebabkan 22.835 orang tewas, 58.416 orang terluka, kerusakan infrastruktur besar-besaran dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut otoritas Jalur Gaza dan PBB. (T/B04/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan