Nazareth, 21 Sya’ban 1436/8 Juni 2015 – Kalangan akademisi di wilayah pendudukan Israel diselimuti suasana cemas menyusul meningkatnya pemboikotan atas mereka dari beberapa perusahaan dunia.
Suarat kabar Ibrani ‘Yisrael Hume’ edisi Ahad (7/6) kemarih menuliskan, ada penurunan drastis dalam kerjasama penelitian-penelitian ilmiah dengan perusahaan-perusahaan dunia yang khawatir produk-produknya diboikot.
Tidak ada penerbitan makalah-makalah Israel di majalah-majalah, ada tekanan besar dari sisi organisasi mahasiswa terhadap para pemimpin akademik di dunia untuk memboikot akademisi Israel, demikian Pusat Info Palestina yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Surat kabar Ibrani itu menjelaskan, semua masalah tersebut hanyalah bagian dari dampak yang dipaparkan para pemimpin perguruan tinggi di depan Presiden Zionis, Reuven Rivlin dalam diskusi yang terjadi pekan lalu akibat meluasnya pemboikotan akademik di dunia.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Sementara Ketua Komite Pimpinan Kampus di Israel, Profesor Peretz Levy mengatakan, organisasi-organisasi mahasiswa yang anti Israel dulu sangat sedikit. Namun kini, Peretz melanjutkan, organisasi-organisasi mahasiswa yang anti Israel banyak terorganisir dari kampus-kampus besar.
Di pihak lain, Profesor Ruth Arnon, Rektor Academy of Sciences, mengatakan, gerakan internasional pemboikotan pendudukan Israel (BDS) memiliki banyak hubungan publik.
“Gerakan ini didanai dengan baik dan sangat giat di sebagian besar universitas yang bekerja keras untuk memarjinalkan entitas Israel, dalam praktiknya kita tidak melihat adanya pengaruh dalam pemboikotan ini, tapi dipastikan akan lebih berbahaya di masa depan,”ungkapnya.
Lebih lanjut, Profesor Menachem Ben-Sasson, Rektor Universitas Ibrani mengatakan, pemboikotan itu adalah pemboikotan diam. “Tidak diumumkan secara resmi, kami minta pak presiden, untuk memasukkan masalah ini dalam agenda pertemuan politik dengan para pemimpin dunia,” paparnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Sementara Profesor Zvi Ziegler, Ketua Forum Universitas untuk Pemboikotan Akademik di Komite Pimpinan Universitas, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar ‘Yisrael Hume’, mengatakan, isu boikot dunia akademis Israel bukan hal baru.
“Sepuluh tahun yang lalu, telah dikeluarkan resolusi pemboikotan di Inggris. Namun berkat militansi di kalangan akademisi di Israel dan secara luar biasa, bisa dihapuskan fenomena tersebut,” katanya.
“Masalah ini sudah masuk dalam keadaan yang memprihatinkan. Tapi kembali lagi dengan beragam bentuk dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Zvi Ziegler.
Di Amerika, lanjut Zvi Ziegler, pemboikotan itu memakai metode lain, menyembunyikan dirinya berada di bawah tanah. Mereka berusaha membuat keputusan secara efektif, yang merugikan para peneliti dan penelitian Israel. Namun mereka tidak menamakan diri dengan nama mereka.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
“Masalah besarnya adalah bahwa di antara mereka yang memboikot ada orang-orang kuat yang memiliki pendanaan dengan baik,” tambahnya.
Profesor Ziegler menjelaskan hal itu memang benar terjadi sampai sekarang. “Situasinya relatif masuk akal. Namun itu yang hanya tren dimulai sekarang saja, dan akan bertambah buruk bagi Israel ke depannya,” katanya. (T/P011/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant