Washington, 16 Jumadil Awwal 1436/7 Maret 2015 (MINA) – Aktivis perempuan Suriah, Majd Izzat al-Chourbaji terima penghargaan International Women of Courage Jumat (6/3) dalam sebuah upacara di Departemen Luar Negeri AS.
Chourbaji, (34) adalah salah satu dari 10 wanita terhormat untuk mempertaruhkan hidup mereka untuk melindungi orang lain.
Setelah ditangkap pada tahun 2012, ia dipenjara di Suriah selama tujuh bulan dan dipaksa untuk meninggalkan negara itu setelah dia dibebaskan.
Sejak itu, ia telah membantu perempuan Suriah di kamp-kamp pengungsi di Lebanon.
Baca Juga: Muslimah di Era Global: Menjaga Identitas Islam
“Saya di sini untuk memberikan suara perempuan Suriah yang menderita di bawah rezim Assad,” katanya kepada The Anadolu Agency setelah upacara penghargaan, dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Tahanan Suriah menderita. Mereka sama sekali tidak memiliki hak, dan saya di sini untuk membantu orang-orang itu,” tambahnya.
“Ketika Chourbaji ditangkap oleh rezim Assad di Damaskus, ia tahu persis apa yang terbentang di depan,” kata Deputi Sekretaris Negara Deplu, Heather Higginbottom.
Dia melanjutkan, pekerjaannya dari balik jeruji ia sampaikan dalam lokakarya tentang perdamaian dan kewarganegaraan. Dia juga mengorganisasi 150 dari sesama tahanan untuk mogok makan menuntut proses hukum.
Baca Juga: Muslimah Produktif: Rahasia Mengelola Waktu di Era Digital
Chourbaji bermimpi untuk kembali ke tanah airnya, guna membangun kembali negaranya setelah rezim Assad tersingkir.
“Rezim tentu sulit untuk membangun negara ini dengan mengorbankan anak-anak. Sulit memang dan saya merasa prihatin dengan kondisi mereka, namun saya tidak boleh menyerah, setidaknya untuk darah yang ditumpahkan di Suriah,” jelasnya.
Menurutnya, hal itu adalah pengkhianatan terhadap semuanya, dan itu semua harus dihentikan.
Menurut Badan Pengawas Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebanyak 2.100 orang meninggal di penjara rezim Suriah pada tahun 2014.
Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Bahagia: Kunci Kesuksesan Muslimah di Rumah
Namun kelompok hak asasi manusia yang berbasis di London itu mencatat bahwa jumlah yang sebenarnya jauh lebih banyak. Itu karena data statistik hanya menyertakan korban yang keluarganya menerima anggota keluarga mereka dan sertifikat kematian.
Selama hampir empat tahun perang saudara di Suriah, lebih dari 200.000 warga tewas, hampir setengah dari mereka adalah warga sipil. Setidaknya 10.664 anak dan 6.783 perempuan di antaranya merupakan korban. (T/P005/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga