Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Allah Ta’ala adalah satu-satunya Tuhan yang selalu menjawab setiap doa hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala itu, lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan seorang hamba dibanding hamba itu sendiri. Bahkan Allah itu lebih dekat daripada urat leher seorang hamba.
Allah Ta’ala berfirman,
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Qs. Qaaf : 16).
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala juga berfirman,
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ
“Dan Kami lebih dekat dengannya daripada kamu.” (Qs. Al-Waqi’ah : 85).
Makna kedekatan dalam dua ayat di atas tidaklah bermakna bahwa Allah menyatu dengan hamba-Nya (Al-Hulul/Wahdatul-Wujud).
Maksud kedekatan dalam dua ayat di atas adalah kedekatan malaikat terhadap manusia. Berikut ini penjelasannya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Pertama, dalam surat Qaaf ayat 16 di atas, sifat “dekat” dibatasi pengertiannya dengan penunjukkan ayat tersebut. Selengkapnya, ayat di atas lengkapnya berbunyi,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ* إِذْ يَتَلَقّى الْمُتَلَقّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشّمَالِ قَعِيدٌ * مّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya; (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan (seseorang) melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qs. Qaaf : 16-18).
Firman Allah (إِذْ يَتَلَقّى الْمُتَلَقّيَانِ), “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya” adalah dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas adalah dekatnya dua malaikat yang mencatat amal.
Kedua, pada surat Al-Waqi’ah ayat 85, kata “dekat” berkaitan dengan keadaan seseorang saat sakaratul-maut. Yang hadir dalam sakaratul-maut adalah para malaikat berdasarkan firman Allah ta’ala,
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
حَتّىَ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لاَ يُفَرّطُونَ
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami akan mewafatkannya, dan malaikat-malaikat Kami itu tidakakan melalikan kewajibannya.” (Qs. Al-An’am : 61).
Jadi, dalam ayat di atas, yang dikatakan dekat adalah dekatnya malaikat maut yang diutus Allah untuk mencabut nyawa seorang hamba.
Dalam ayat lain yang mengatakan Allah berada di atas langit dan bersemayam (istiwa’) di atas ‘Arsy, sebagaimana firman-Nya ,
أَمْ أَمِنتُمْ مّن فِي السّمَآءِ أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِباً فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang.” (Qs. Al-Mulk : 16).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Dalam ayat lan, Allah Ta’ala berfirman,
الرّحْمَـَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىَ
“Ar-Rahman (Allah) beristiwaa’ di atas ‘Arsy.” (Qs. Thaha : 5).
Dalam Shahih Al-Bukhari di Bab Firman Allah, ‘Wa kaana ‘Arsyuhu ‘alal-Maa’, Anas bin Malik ra menceritakan, “Adalah Zainab membanggakan dirinya atas istri-istri Nabi SAW, ia berkata, “Yang menikahkan kamu (dengan Nabi) adalah keluarga-keluargamu, sedangkan yang menikahkan aku adalah Allah ta’ala yang berada di atas tujuh langit.”
Dalam riwayat lain, Zainab binti Jahsy berkata, “Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku (dengan Nabi) dari atas langit.” (HR. Bukhari 8/176).
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ibnu Mas’ud ra. berkata, ‘Arsy itu di atas air dan Allah di atas ‘Arsy. Ia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Imam Thabrani dari Al-Mu’jamul-Kabiir nomor 8987, dengan sanad shahih).
Bisa disimpulkan dua ayat di atas dalam surat Qaaf 16 dan al Waqi’ah ayat 85 mengatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seorang hamba maksudnya adalah para malaikat-Nya yan g suci nan mulia.
Maka jelas salah bila ada pemahaman wihdatul wujud manunggaling gusti. Sebab, sifat mustahil bagi Allah adalah menyatu dengan hamba-Nya, wallahua’lam.(A/RS3/P2)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Mi’raj News Agency (MINA)