Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
Artinya: “Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sebab Turun Ayat
Sebab turun ayat (asbaabun nuzul) ini antara lain disebutkan oleh Imam Ahmad, meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari, ia menceritakan, “Ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam suatu peperangan, kami tidaklah mendaki tanjakan, menaiki bukit, dan menuruni lembah melainkan dengan mengumandangkan takbir dengan suara tinggi”. Kemudian beliau mendekati kami dan bersabda, “Wahai sekalian manusia, sayangilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Sesungguhnya yang kalian seru itu lebih dekat kepada seorang di antara kalian dari pada leher binatang tunggangannya. (Lanjutnya lagi) Wahai Abdullah bin Qais, maukah engkau aku ajari sebuah kalimat yang termasuk dari perbendaharaan surga? Yaitu: laa haula walaa quwwata illaa billaahi (Tiada daya dan kekuatan melainkan hanya karena pertolongan Allah).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pada riwayat lain disebutkan, ayat ini adalah jawaban dari suatu pertanyaan, ketika beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kami itu dekat hingga kami membisiki-Nya (dengan perlahan) ataukah Dia jauh hingga kami menyeru-Nya (dengan keras)?” Kemudian turunlah ayat tersebut dengan jawaban, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.”
Ya, Allah itu dekat, bahkan sangat dekat, karena sesungguhnya Allah itu Maha Mengawasi, Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan dirahasiakan manusia. Allah Maha Mengetahui segala pandangan mata yang khianat dan niat maksiat sekecil apapun yang terbersit di dalam hati.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Karena Allah sangat dekat, maka Allah pasti akan mengabulkan orang yang berdoa kepada-Nya, dalam kalimat yang artinya, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila dia memohon kepada-Ku”.
Allah Maha Mengabulkan Doa
Surat Al-Baqarah ayat 186 ini menjelaskan bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa atau permintaan hamba-Nya. Allah tidak pernah menolak dan tidak akan mengabaikan doa seseorang, yang memohon dengan segala harap kepada-Nya. Allah menyebutnya dengan:
أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”.
Ini dikuatkan di dalam Hadits Shahih Muslim, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), “Tetap dikabulkan doa seorang hamba, selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa atau pemutusan hubungan (shilaturrahmi), dan selama tidak minta dipercepat.” Ada seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan minta dipercepat itu?” Beliau pun menjawab, “(Yaitu) ia berkata, aku sudah berdoa dan terus berdoa, tetapi belum pernah aku melihat doaku dikabulkan. Maka pada saat itu ia merasa letih dan tidak mau berdoa lagi.”
Namun untuk dapat terkabulnya doa itu, ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu, ”Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Begitulah, maka barangsiapa yang berdoa kepada Tuhannya dengan hati yang hadir dan doa yang disyariatkan, lalu tidak ada suatu hal yang menghalanginya dari terkabulnya doa, seperti makanan haram dan sebagainya. Maka sesungguhnya Allah telah menjanjikan baginya doa yang terkabul, khususnya bila dia mengerjakan sebab-sebab terkabulnya doa, yaitu kepasrahan kepada Allah dengan ketaatan kepada perintah-perintah-Nya dan dalam menjauhi larangan-laranganNya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Dan memang di antara syarat diijabahinya sebuah doa adalah hendaknya seorang yang berdoa harus benar-benar dan jujur dalam doanya memohon kepada Allah, seraya ikhlas, merasa dirinya sangat membutuhkan kepada Tuhannya, merasakan bahwa Allah Maha dermawan. Namun juga dalam permintaannya itu tidaklah terburu-buru ingin segera dikabulkan, seolah memaksa Tuhannya harus segera mengabulkannya (isti’jal). Karena Allah Maha Mengetahui kapan saat yang tepat bagi pengabulan doa itu. Kadang Alla hendak mengakhirkan pengabulan permintaan hamba-Nya agar orang yang berdoa tersebut semakin tunduk dan mengulang-ulang atau memelas kepada-Nya, sehingga imannya semakin kokoh dan pahalanya semakin banyak.
Atau bisa jadi memang Allah mengabulkan doa seseorang dengan menangguhkannya atau menyimpannya sebagai tabungan pada hari kiamat nanti. Dan terkadang juga dikabulkan melalui terhindarkannya orang tersebut dari keburukan atau musibah yang lebih besar dan menggantinya dengan yang berfaidah baginya. Ini semua adalah rahasia Allah. Dan ini pula yang dikatakan bahwa semua permintaan hamba-Nya pasti dikabulkan.
Allah Begitu Dekat
Pada ayat juga disebutkan, “Bahwasanya Aku (Allah) adalah dekat.” Berkaitan dengan kalimat ini, Al-Baghawi dalam tafsirnya berkata “Di dalam ayat ini ada yang tersirat, seakan-akan Allah berkata: Maka katakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya Aku adalah dekat dengan mereka dengan ilmu, tidak ada satupun yang tersembunyi, sebagaimana firman-Nya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (Q.S. Qaf [50]: 16).
Al-Qasimi dalam tafsirnya menjelaskan makna qarib (dekat) adalah bahwa Allah dekat kepada hamba-Nya dengan cara mendengar doa hamba-Nya, dengan melihat hamba-Nya merendahkan dirinya sungguh-sungguh memohon kepada Tuhannya, dan dengan ilmu-Nya.
Maka, para ulama menyebutkan bahwa kedekatan Allah dengan hamba-hamba-Nya adalah dengan ilmunya bukan dengan dzat-Nya. Adapun Dzat Allah ada di atas ‘Arsy-Nya dan memang sifat dekat Allah tidaklah menyerupai apapun dari makhluk-Nya dan begitu pula sifat-sifat-Nya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Kaitan dengan Puasa Ramadhan
Allah menyebutkan ayat tentang berdoa setelah ayat-ayat yang berkaitan dengan puasa Ramadhan (yakni surat Al-Baqarah ayat 183 dan 185). Menunjukkan bahwa dengan ibadah puasa Ramadhan mengarahkan hamba-hamba-Nya agar bersungguh-sungguh dalam berdoa ketika menggenapkan bilangan-bilangan puasa, bahkan ketika setiap kali berbuka puasa.
Maka, para ulama menyimpulkan, bahwa puasa itu adalah tempat dikabulkannya doa. Maka seyogyanya seseorang berdoa di akhir puasanya, yaitu ketika berbuka, atau bahkan ketika ia sedang berpuasa.
Hal itu ditegaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ بِعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
Artinya: “Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya, yaitu: Imaam yang adil, dan orang yang berpuasa hingga berbuka, dan doa orang yang didzalimi. Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.” (H.R. Ibnu Majah).
Untuk itu marilah kita gunakan waktu-waktu terbaik sebaik mungkin untuk bermunajat, memohon, berdoa kepada-Nya dengan penuh harap. Waktu terbaik dalam sehari semalam ada pada sepertiga malam yang akhir, selesai shalat fardhu, dan antara adzan dan iqamah. Hari terbaik dalam sepekan adalah Jumat saatnya berdoa di hari raya Jumat di masjid. Dan bukan terbaik untuk berdoa adalah bulan Ramadhan ini. Semoga kita dapat memaksimalkannya sebaik mungkin dan semoga Allah mengab ulkan permohonan kita. Aamiin Yaa Rabb. (P4/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)