Oleh Nezatullah Assiba’i, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Membicarakan tentang ilmu pengetahuan baik umum dan Islam. Merupakan hal yang seakan-akan tidak akan pernah ada habisnya, sampai manusia itu sendiri lenyap dari permukaan bumi atau mati. Seiring terus berjalannya waktu ilmu tidak menjadi berkurang justru semakin bertambah dan bertambah.
Hal ini tentunya menjelaskan tentang bagaimana Allah selalu memerintahkan kepada umat Islam khususnya untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuan terutama untuk menjalani kehidupan diakherat kelak.
Sungguh perilaku yang sia-sia apabila apa yang kita lakukan tidak didasari dengan ilmu pegetahuan yang kuat.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Dalam hadis juga menjelaskan, didalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadis Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, ‘Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’ Dia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya’.”
Allah berfirman,
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (١) يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ (٢
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah karena kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Qs. Ash Shaff : 2-3)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Dalam firman Allah shubhanahu wa ta’ala juga menjelaskan,
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬
Artinya: “Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang-nya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semuanya itu akan ditanya” (Qs. Al-Isra’: 36).
Akibat Beramal Tanpa Ilmu
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
- Mudharat lebih banyak
Seseorang yang beribadah tanpa ilmu akan lebih banyak menemui mudharat dari pada manfaat. Manfaatnya sedikit justru mudharatnya lebih banyak. Itulah kenyataan yang akan dihadapi oleh setiap pengamal tanpa ilmu.
Maka, jangan sekali-kali mencoba-coba beramal dengan ketidaktahuan. Sama halnya dengan orang yang sakit meminum sembarang obat. Tidak cocok dengan satu obat beralih ke obat berikutnya. Hasilnya, bukan kesembuhan tapi malapetaka yang berujung maut.
Dasar dari setiap amalan adalah ikhlas dalam beramal dengan jujur dalam batinnya sehingga tidak terbesit di dalam pikirannya hal-hal yang merusak amal tersebut, karena segala saesuatu hal yang kita kerjakan harus dilandasi perkara ikhlas ini
- Tidak akan dipercaya oleh orang lain
Cukuplah kiranya untuk menjadi dalil pengharaman bohong ini ayat-ayat sebagai berikut :
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَقَالَ رَجُلٌ۬ مُّؤۡمِنٌ۬ مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَكۡتُمُ إِيمَـٰنَهُ ۥۤ أَتَقۡتُلُونَ رَجُلاً أَن يَقُولَ رَبِّىَ ٱللَّهُ وَقَدۡ جَآءَكُم بِٱلۡبَيِّنَـٰتِ مِن رَّبِّكُمۡۖ وَإِن يَكُ ڪَـٰذِبً۬ا فَعَلَيۡهِ كَذِبُهُ ۥۖ وَإِن يَكُ صَادِقً۬ا يُصِبۡكُم بَعۡضُ ٱلَّذِى يَعِدُكُمۡۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٌ۬ كَذَّابٌ۬ (٢٨
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (Qs. Grafur: 28).
فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡڪَـٰذِبِينَ (٦١
Artinya: “Kemudian marilah kita bermubahalah (bersumpah) kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Qs. 3 : 61).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berwasiat agar kaum muslimin berpegang teguh pada kejujuran dan membuang jauh-jauh sifat pembohong.
Dalam hadis berikut beliau bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (HR. Bukhari dan Muslim )
Rasulullah pernah bersabda pula yang artinya, “Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Tidak memiliki derajat sedikitpun dimata Allah
Allah juga berfirman yang artinya, “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Qs. Al-Furqan : 23)
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau amal yang dimaksudkan untuk selain Allah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatau amal untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan, derajat dan ketinggian karenanya.”
Dalam firman Allah juga menjelaskan, “Allah Subhanahu Wata’ala akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Subhanahu Wata’ala Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Mujadilah : 11).
- Tertolaknya pahala tersebut
Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Penegasan lain dari seorang ahli fikih dan tafsir dari Mesir terlahir di Iskandaria Ibnul Munir rahimahullah berkata, “Yang dimaksudkan oleh Al Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya suatu perkataan dan perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itulah, ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat. Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan.” (T/nza/R02).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat