Berilah yang Terbaik

ummat-terbaik-1-638-638x330Oleh: Ali Farkhan Tsani, Penulis, Redaktur Senior MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Di dalam Surat Ali Imran ayat 92 Allah ‘Azza wa Jalla berfirman  :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan (mempersembahkan) sesuatu yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S. Ali Imran [3]: 92).

Sudah menjadi adat kebiasaan bangsa Arab pada waktu itu, dan hal itu terus berlangsung hingga kini terutama pada bulan Ramadhan dan musim haji, yakni hobi warga bershadaqah. Menyuguhkan aneka makanan enak dan lezat untuk berbuka puasa Ramadhan sudah menjadi lazim di masjid-masjid di jazirah Arab.

Demikian pula bagi jama’ah haji, tentu sudah lazim mendengar penduduk tanah haram “Sabilillaah….. sabilillaah…..”. sambil membagi-bagikan roti, air minum zam-zam, buah-buahan segar, lauk pauk, dan sebagainya untuk rombongan haji dari berbagai penjuru dunia.

Demikan halnya pada waktu itu, di mana ada sebagian warga pada zaman Nabi yang gemar bershadaqah. Namun ada di antara warga yang bershadaqah dengan buah kurma yang jelek-jelek, yang diri dan keluarganya sendiri kurang suka memakannya. Sementara yang bagus lagi enak disimpannya untuk dirinya.

Mungkin, tapi mudah-mudahan tidak, kalau kita juga pernah memberikan pakaian bekas, sarung bekas, perkasan dapur bekas, sepeda bekas, dan serba bekas lainnya yang sudah tidak kita pakai lagi sudah tidak kita minati lagi, dan sudah tidak baik lagi untuk kita sendiri. Barulah kita shadaqahkan kepada orang lain.

Alhamdulillaah….”. Masih tergugah untuk bershadaqah walau hanya dengan barang ‘bekas’ itu yang diberi lebel ‘barang pantas pakai’ untuk orang lain, yang sudah tidak pantas kita pakai lagi untuk sendiri.

Maka demi melihat hal seperti itu saat itu, turunlah ayat untuk penduduk, untuk memberikan pelajaran juga untuk kita sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Walaupun memang untuk bershadaqah tentu tidak boleh dipaksa untuk menshadaqahkan yang paling baik, yang paling dicintai, atau hanya yang baik-baik saja.

Dalam hal ini Allah dengan Maha Bijakasana hanya mengingatkan : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan (mempersembahkan) sesuatu yang kamu cintai”.

Maka, betul saja, bagaimana tingkat tinggi kesadaran para sahabat Nabi begitu diingatkan dengan turunnya ayat tersebut. Apa yang kemudian mereka lakukan? Serta merta mereka mulai memilah dan memilih yang baik-baik, bahkan yang , untuk dishadaqahkan kepada orang lain, demi meraih kebajikan yang sempurna, demi meraih ridha Allah Sang Pemberi rezki.

Di antaranya dipelopori oleh sahabat Nabi yang bernama Abu Thalhah. Beliau segera menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah berfirman di dalam kitabnya (yang artinya), “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” Adapun sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah kebunku. Untuk itu, aku menshadaqahkan kebunku tersebut untuk jalan Allah, dengan harapan mendapatkan kebaikan dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah menurut kehendakmu, Wahai Rasulullah.”

Rasulullahpun berkomentar, “Bagus… bagus…, Itulah harta yang menguntungkan… itulah harta yang menguntungkan…. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan, dan aku memutuskan agar engkau shadaqahkan kepada kerabat-kerabatmu.” Maka, Abu Thalhah pun membagi-bagikannya kepada anak kerabatnya dan keturunan dari pamanya.” Subhanallaah.

Oleh karena itu, adanya ayat-ayat suci yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Suci, dengan maksud mensucikan niat ikhlas kita semuanya. Ya, maka marilah kita sesekali, atau boleh beberapa kali, atau seringkali untuk dapat bershadaqah dari barang yang kita cintai demi meraih kebajikan yang sempurna. Seperti telah dipelopori oleh Abu Thalhah.

Berkarya Terbaik

Demikian halnya kita dalam , , beraktivitas, beribadah, dan berkegiatan lainnya, hendaknya menghasilkan karya-karya terbaik. Karya terbaik hanya akan dihasilkan dengan usaha maksimal, kesungguhan, fokuskonsentrasi tinggi, ketelitian dan ketawakkalan kepada Allah.

Allah pun demikian menjadikan hidup dan mati manusia adalah untuk menilai siapa di antara hamba-hamba-Nya yang terbaik amal ibadahnya. Bukan amal asal-asalan, bukan ibadah semaunya, bukan penyembahan tanpa makna, bukan pula terpaksa. Namun, yang terbaik.

Allah mengingatkan kita di dalam ayat:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬‌ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ

Artinya: “(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Q.S. Al-Mulk: 2).

Apalagi kaum Muslimin diharapkan menjadi generasi terbaik, terbaik amalnya, terbaik kerjanya, terbaik ibadahnya, yang diperuntukkan untuk kemaslahatan manusia. Kelak manusia banyak pun akan melihat hal-hal terbaik yang kita lakukan sebagai prestasi hidup ini.

Betapa kaum Muslimin mengetahui hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, karena jasa karya terbaik dari usaha Imam Bukhari, Imam Muslim dan periwayat hadits lainnya, dengan izin Allah tentunya. Al-Aqsha dapat dibebaskan pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi, bukanlah gratis serta merta, tetapi melalui usaha-usaha luar biasa, bukan pekerjaan biasa oleh orang biasa.

Kalau kita ingin kembali menduduki posisi sebagai umat terbaik, maka layaklah kita melakukan hal-hal luar biasa, amal-amal luar baisa, ibadah, kerja, karya yang luar biasa, dalam arti semaksimal mungkin, seoptimal mungkin.

Allah mengingatkan generasi umat terbaik di dlam ayat:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ‌ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُم‌ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

Artinya: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110).

Karena itu, apa-apa yang kita lakukan dengan menghasilkan karya-karya terbaik, akan dilihat (diberi pahala) oleh Allah, dilihat oleh Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Karena Rasul dan orang-orang beriman pun bekerja, beramal, beribadah dengan melakukan yang terbaik.

Firman Allah:

قُلۡ يَـٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِڪُمۡ إِنِّى عَـٰمِلٌ۬‌ۖ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ

Artinya: Katakanlah: “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja [pula], maka kelak kamu akan mengetahui”. (Q.S. Az-Zumar [39]: 39).

Semoga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita untuk dapat bersama, bekerja, dan beraktivitas, yang dapat menghasilkan karya-karya terbaik untuk keridhaan Allah dan untuk kemaslahatan manusia seluas-luasnya. Aamiin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.