Al-Muhajirun, MINA – Dalam mencapai kesejahteraan hidup, manusia perlu kembali pada hukum-hukum Allah. Demikian Waliyul Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Amin Nuroni di hadapan ribuan peserta Taklim Markaz II pada Ahad (1/1) di Masjid An-Nubuwwah, Dusun Al-Muhajirun, Negara Ratu, Natar Lampung Selatan, Lampung.
Mengutip tafsir dari Sayyid Qutub, Amin menjelaskan maksud dari jawaban mukmin dari terjemah surah An-Nur ayat 51 “Kami dengar dan Kami Taat” adalah wujud kepatuhan dan kepasrahan mutlak kepada hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bersumber dari keimanan kepada Allah.
“Maka kenapa kita disuruh shalat, berjama’ah, taklim, harus sami’na wa Ato’na dengan dasar Iman kepada Allah, memang lah kenapa Iman itu mahal, karena inilah yang akan kita jadikan bekal menghadap Allah dengan iman yang dibenarkan dengan amal,” katanya.
Di mana mereka (orang beriman) adalah orang yang beruntung sebab Allah yang Maha Adil dan Bijaksana mengatur urusan-urusan mereka dengan syari’atnya dan mengatur hubungan-hubungan mereka.
“Jadi kalau kita mendapat hidayah iman dari Allah, maka kita masuk dalam golongan orang yang beruntung, karena berhukum kepada Allah yang Maha Adil dengan itu syariatnya menjadi kebaikan dan keselamatan bagi kita di dunia dan akhirat,” tambahnya.
Selain itu, menurut Amin, mukmin juga adalah orang-orang yang dapat berpegang lurus kepada manhaj yang satu, yang tidak ada kebengkokan dan penyimpangan di dalamnya.
Maka dalam hal ini, dalam mencapai kesejahteraan hidup, perlunya penekanan adab. Ketaatan kepada Allah harus menjadi poin utama, dengan menumbuhkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya orang-orang yang menjalankan ini akan mendapat kemenangan.
Amin merincikan perilaku taat dengan didasari rasa takut kepada Allah, sebagai bukti hati yang patuh kepada Allah.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Dalam aspek ini ketakwaan juga termasuk ke dalam artian yang lebih umum dari rasa takut, juga bermakna merasa selalu dalam pengawasan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena hanya DIA-lah yang berhak ditaati sebagai bentuk hati yang Takarub kepada Allah.
“Orang yang taat menjalankan perintah Allah, tanda hatinya dekat dengan Allah, di mana ibadah itu sendiri berfungsi mendekatkan diri kepada Allah,” tuturnya.
Rasa takut dan Takwa kepada Allah juga sebagai pengawas orang-orang mukmin yang menjamin ke-Istiqomahan dalam kebenaran, dan mampu mengacuhkan dari berbagai tipu daya dan godaan yang dapat menggelincirkan dirinya dalam kesesatan.
“Maka salah satu dorongan keistiqomahan dalam beramal ini, adalah rasa pengawasan yang dihadirkan pada diri orang yang beriman itulah yang membuatnya tahan dan kuat dalam menjalankan perintah Allah,” tegasnya.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
“Dengan media taklim ini mudah-mudahan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah, nafas kita, pengorbanan waktu, dan langkah-langkah kita dihitung sebagai pahala, masalah kita mencari ilmu itu amal sholeh kita, ibadah kita, dan pasti berganjar dan berpahala. Masalah dapat ilmunya itu nasib dan jatah dari Allah yang tentu memiliki porsi yang berbeda-beda,” ujarnya. (T/ara/B03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.