New York, MINA – Kelompok HAM Amnesty International mendesak Dewan Keamanan PBB untuk melakukan penyelidikan kejahatan perang terhadap militer Myanmar.
Dalam sebuah laporan baru pada hari Rabu (8/7), Amnesty mengatakan, pihaknya mengumpulkan bukti baru yang menunjukkan militer Myanmar – juga dikenal dengan nama Tatmadaw – mengebom beberapa desa di Negara Bagian Chin pada Maret dan April, menewaskan lebih dari selusin orang, demikian dikutip dari Al Jazeera.
Seorang saksi yang diwawancarai dari jarak jauh mengatakan kepada kelompok itu bahwa serangan udara di Kota Paletwa pada 14 dan 15 Maret membunuh pamannya, saudara laki-lakinya dan teman saudaranya yang berusia 16 tahun.
Dua orang dari keluarga lain di desa yang sama mengatakan, sembilan orang, termasuk seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun, juga tewas dalam pengeboman itu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Keluarga kami hancur,” kata ayah bocah itu kepada Amnesty.
Pada waktu lain, serangan udara di Paletwa pada 7 April memewaskan tujuh orang dan delapan lainnya luka-luka, kata laporan itu, mengutip kesaksian dari seorang petani.
Serangan sembarangan, yang menurut Amnesty merupakan kejahatan perang akibat kematian warga sipil, terjadi di tengah gelombang pertempuran antara Tatmadaw dan Tentara Arakan (AA), sebuah kelompok bersenjata yang menginginkan otonomi lebih besar bagi orang-orang Buddha Rakhine yang merupakan sebagian besar dari penduduk Myanmar.
Rakhine juga temoat tinggal bagi etnis Rohingya yang sebagian besar Muslim, dan berbatasan dengan Negara Bagian Chin, yang warganya kebanyakan beragama Kristen.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Konflik meningkat pada Januari tahun lalu setelah serangan AA pada pos polisi dan memburuk pada Maret setelah pemerintah Myanmar secara resmi menyebut kelompok itu sebagai organisasi teroris. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai