Kashmir, MINA – Aksi protes anti-India besar-besaran semakin berkobar di wilayah bagian selatan Kashmir setelah dibunuhnya sedikitnya 12 pejuang bersenjata kemerdekaan.
Pada Ahad, 1 April 2018, polisi mengatakan, para “pemberontak” tewas dalam tiga pertempuran senjata terpisah di desa Dialgam, Dragad dan Kachdora.
Kepala Polisi Kashmir Swayam Prakash Pani mengatakan kepada Al Jazeera, delapan pejuang tewas dalam dua pertempuran senjata di Dialgam dan Dragad. Lima lainnya tewas di Kachdora selama kebuntuan yang berlangsung hingga malam.
“Pertempuran selesai,” kata pejabat itu dalam sebuah posting di Twitter, menambahkan bahwa tiga tentara juga tewas, serta empat warga sipil.
Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza
Salah satu warga sipil adalah pemilik rumah di desa Dragad tempat para pejuang terperangkap.
Polisi mengatakan bahwa di antara para pejuang yang tewas adalah beberapa komandan utama.
Setidaknya 25 warga sipil menderita luka peluru pelet, sementara enam lainnya dirawat karena cedera peluru tajam, menurut polisi. Penduduk setempat, bagaimanapun, mengatakan bahwa jumlah mereka yang terluka lebih banyak.
Untuk mencegah demonstrasi, pihak berwenang telah membatasi akses terhadap internet seluler di wilayah tersebut.
Baca Juga: AS Sanksi Organisasi dan Perusahaan Israel Pendukung Kolonialisme
Shesh Paul Vaid, kepala polisi negara bagian, mengatakan kepada wartawan bahwa pertempuran senjata meletus di Kashmir selatan Sabtu malam, 31 Maret 2018, berlanjut hingga Ahad pagi, setelah pasukan pemerintah menyerbu dua desa berdasarkan sebuah petunjuk tentang kehadiran pejuang.
Bentrokan berkelanjutan
Penduduk setempat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sejumlah besar orang dari desa terdekat turun ke jalan dan berbondong menuju pertempuran. Mereka membantu para pejuang melarikan diri yang kemudian memicu bentrokan.
“Pasukan itu menembakkan peluru tajam ke warga sipil. Beberapa pemuda menderita luka pelet di mata mereka, dua orang terkena peluru di depan mata saya,” kata seorang penduduk desa bernama Manzoor Ahmad dari distrik Shopian melalui telepon.
“Banyak rumah sipil juga rusak. Berapa lama pertumpahan darah ini akan berlanjut? Kami lelah,” katanya.
Baca Juga: Turkiye Konfirmasi Tolak Akses Wilayah Udara untuk Presiden Israel
Protes telah menyebar ke beberapa distrik di Kashmir selatan. Menurut pejabat rumah sakit, setidaknya 36 warga sipil terluka dalam bentrokan yang berlangsung antara para pemuda yang melempar batu dan pasukan bersenjata India.
Para pemimpin pergerakan menyerukan mogok massal dua hari untuk memprotes pembunuhan di wilayah tersebut.
Ratusan pasukan paramiliter segera dikirim ke daerah-daerah yang bergejolak di kawasan tersebut, termasuk kota utama Srinagar, untuk menjaga jalan-jalan dan mencegah warga mengambil bagian dalam protes.
Perusahaan bisnis juga mengamati penutupan spontan di banyak bagian kota.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Desa-desa di Kashmir selatan, terutama di distrik Shopian, Pulwama dan Anantnag telah menjadi basis pejuang sejak Juli 2016, setelah pembunuhan komandan pejuang muda Burhan Wani.
Pembunuhan Wani dalam baku tembak menyebabkan protes meluas di wilayah itu selama lima bulan yang panjang. Lebih dari 100 penduduk sipil tewas oleh pasukan India dan ratusan orang kehilangan matanya karena senjata pelet yang ditembakkan oleh pasukan.
Awal tahun ini telah penuh kekerasan dengan tembak-menembak intermiten dan pembunuhan sipil di perbatasan internasional.
Penembakan lintas batas antara India dan Pakistan telah meningkat sejak Januari, memaksa ratusan penduduk desa di sepanjang Garis Kontrol (LoC), perbatasan de facto antara Kashmir India dan Pakistan, pergi menyelamatkan diri dari kemungkinan terkena tembakan atau bom lintas perbatasan.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Kedua negara saling menuduh menargetkan penduduk sipil.
Ketegangan baru-baru ini mengancam akan membawa gelombang protes lain di wilayah tersebut.
India dan Pakistan telah berperang tiga kali di wilayah Himalaya, wilayah yang keduanya mereka klaim secara keseluruhan.
Kelompok militan sebagian besar telah ditindas oleh pasukan keamanan India dalam beberapa tahun terakhir. Perlawanan publik terhadap kekuasaan India diekspresikan melalui protes jalanan.
Baca Juga: Presiden Brazil: Tak Ada Perdamaian di Dunia tanpa Perdamaian di Gaza
Sentimen anti-India semakin disuarakan di antara mayoritas penduduk Muslim Kashmir. Mereka mendukung perjuangan pejuang melawan kekuasaan India.
Kashmir adalah salah satu wilayah yang paling termiliterisasi di dunia, karena India telah menempatkan sekitar setengah juta tentara di wilayah yang disengketakan itu.
Puluhan ribu orang tewas dalam konflik puluhan tahun itu. (AT/RI-1/RS2)
Sumber: tulisan Refat Fareed di Al Jazeera
Baca Juga: Anak-Anak Gaza yang Sakit Dirujuk ke Yordania
Mi’raj News Agency (MINA)