Purwakarta, MINA – Ar-Rahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center menyambut HUT RI ke-77 tahunan dengan khataman Qur’an di AQL Islamic School, Purwakarta, Jawa Barat, diikuti seluruh jamaah AQL beserta unit-unit AQL.
Pimpinan AQL Islamic Center, Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan, program khataman sudah dimulai sejak Selasa (16/8). Setiap unit menghatamkan 30 juz sebelum berangkat ke lokasi, pengibaran bendera Merah Putih. Misal Spirit of Aqsa (SoA) yang menyemarakkan khataman Qur’an di tengah perjalanan.
Sekitar 30 relawan SoA dalam satu bus bergantian membaca satu juz. Berangkat sekira pukul 03.00 WIB, relawan tiba pas adzan berkumandang di langit-langit AQLIS. Khataman lalu dilanjutkan bersama Ustaz Bachtiar Nasir saat mengisi Kuliah Semangat Pagi (KSP), dalam rangkaian upacara kemerdekaan HUT RI di AQL Islamic School, Purwakarta, Rabu (17/8).
UBN menilai, khataman Qur’an merupakan salah satu cara meraih keberkahan untuk bangsa Indonesia. Program itu sekaligus cara anak-anak bangsa menghormati jasa-jasa para pahlawan.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Kemerdekaan tidak bisa lepas dari jasa-jasa para ulama dan santri. Selain jadi guru ngaji, para ulama merangkap jadi pemimpin perlawanan terhadap kolonialisme, terutama Belanda yang menjajah Nusantara 300 tahun lebih.
Sejarah mencatat Kyai Ageng Muhammad Besar pendiri Pondok Pesantren Tegalsari yang melahirkan banyak ulama sekaligus geriliyawan. Di tangan ulama besar ini lahir tokoh-tokoh kenamaan seperti Pangeran Diponegoro hingga HOS Tjokroaminoto.
Diponegoro memiliki darah biru, namun turun memimpin kaum santri melawan penjajah. Dia ditemani rekan penasihat Kyai Langgeng. Jiwa raga Kyai Langgeng setia menemani Diponegoro melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda sampai ke Magelang. Sang kyai menetap di kota itu sampai meninggal pada 1829.
Perjuangan abad ke-19 memang lebih banyak diwarnai aktivitas militer dalam melawan Belanda. Memasuki abad ke-20, para ulama mulai membuat gerakan terstruktur dengan mendirikan organisasi.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Sejarah mencatat HOS Tjokroaminoto, guru Ir Soekarno, mendirikan Sarekat Islam, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, kaum pesantren mendirikan Nahdlatul Ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari, hingga A Hassan mendirikan Persis.
“Mari sama-sama kita menikmati kemerdekaan hari ini dengan cara sama-sama mengheningkan cipta, mengirimkan doa, berterimakasih dengan cara sesungguhnya. Semoga Allah berkahi negeri ini, dan berkahi bangsa ini,” kata UBN.
Menurut UBN, anak-anak bangsa saat ini bisa bernafas lega tak lepas dari perjuangan para pahlawan. Para pahlawan yang tak pernah mengenal lelah. Mereka rela mengorbankan harta bahkan nyawa demi kemerdekaan Indonesia.
“Rahmat Allah yang Maha Kuasa, pada hari ini, kita anak-anak bangsa ini, merasakan sekali lagi, sangat merasakan nikmat kemerdekaan yang telah Allah berikan lewat para pejuang bangsa ini dengan mengorbankan hartanya, keluarganya, darahnya, bahkan nyawanya, bahkan nyawa anak dan keluarganya,” tutur UBN.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
Bagi UBN, merayakan kemerdekaan tak sepatutnya hanya seremonial semata. Harus ada langka konkrit untuk mengisi kemerdekaan. Itu merupakan amanah yang dieembankan pahlawan kepada anak-anak bangsa.
“Pejuang yang telah memberikan yang terbaik, semoga kita bisa menjadi penerus yang setia. Pejuang bangsa ini, kita tidak akan menjual pikiran kita, agar bangsa ini tidak dijajah, kita tidak akan menjual sikap kita, supaya bangsa ini tidak terjajah, dan kita tidak akan menjual keyakinan kita agar bangsa ini tetap Merdeka, kita tidak akan menjual Tanah Air atas nama investasi kepada penjajah,” ujar UBN. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta