Asosiasi Mahasiswa Muslim di AS Didik Masyarakat dengan Pekan Pengetahuan Islam

(Dok. The Daily Nebraskan)
(Dok. The Daily Nebraskan)

Nebraska, AS, 16 Jumadil Awwal 1437/24 Februari 2016 (MINA) – Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA) Universitas Nebraska-Lincoln (UNL), (AS), akan menjadi tuan rumah acara “Islam 101” pekan ini untuk mendidik mahasiswa dan memerangi Islamophobia di masyarakat.

MSA telah mulai mempersiapkan acara ini musim gugur yang lalu dan bekerja dengan penasihat fakultas Hany Makkawy, serta mendengarkan masukan dari mahasiswa nonanggota.

Acara pendidikan tersebut akan dihelat di Union City dari tanggal 23 hingga 25 Februari, The Daily Nebraskan melaporkan, Selasa (23/2) waktu setempat, yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

“Kami sudah melakukan sejumlah pertemuan dan meminta masukan kalangan non-Muslim tentang topik yang mereka ingin ketahui. Dan dari situ kita membuat sebuah daftar fokus-fokus yang akan bermanfaat bagi kampus UNL dan masyarakat,” ungkap Sekretaris MSA Karez Hassan.

Dalam memilih topik untuk diangkat dalam ‘kursus kilat’ tersebut, MSA mengidentifikasi sejumlah seluk beluk yang paling penting tentang Islam. Mereka memutuskan untuk menyampaikan soal pilar-pilar Islam, keyakinan dan moral Islam, Kekristenan dalam Islam, stereotip Islam, wanita dalam Islam, dan seni dan arsitektur Islam.

Presiden MSA Sara El Alaoui mengatakan, organisasi yang dipimpinnya melihat kebutuhan untuk menyelenggarakan Pekan Pengetahuan Islam setelah seorang mahasiswa Muslim UNL jadi sasaran tindakan rasisme.

“Universitas dan masyarakat segera mengecam rasisme ini, dan kami diminta untuk menyelenggarakan acara untuk melawan tindakan tersebut dan menciptakan lingkungan yang damai,” tegas El Alaoui.

El Alaoui berharap ajang tersebut akan mendidik para peserta dan menawarkan pengalaman belajar informal yang berkontribusi bagi toleransi masyarakat.

Sementara Hassan menambahkan, Pekan Pengetahuan Islam akan memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk bertanya tentang Islam dari sumber terpercaya. Ia menekankan pentingnya diskusi antara berbagai budaya dan agama untuk memutus mata rantai kesalahpahaman tentang Islam.

“Saya tidak melakukan serangan balik (terhadap yang menyudutkan Islam) dengan kebodohan. Sebaliknya, kita harus membangun dialog antaragama dan menggunakan pendidikan sebagai senjata untuk membimbing mereka yang memiliki pandangan sesat tentang Islam,” ujar Hassan.

“Pekan Pengetahuan Islam akan mewakili iman saya dalam bentuk damai yang sesungguhnya, dan saya ingin non-Muslim untuk mengetahui Islam yang sesungguhnya, bukan seperti yang digambarkan media,” tegasnya.

Pada tanggal 25 Februari, dari pukul 12:30 hingga 15:00 di Jackie Gaughan Multicultural Center, serangakain acara mendidik akan disajikan untuk para peserta dan mahasiswa, seperti seni dan arsitektur Islam, Masa Keemasan Islam, nutrisi dalam Islam, dan topik terkait Islam lainnya.

Pada topik terkait perempuan, Pekan Pengetahuan Islam akan memberikan kesempatan kepada kaum hawa untuk mencoba mengenakan jilbab, membagi pengalaman mereka, dan mendapat syal gratis.

“Melalui acara ini, kami berharap bisa menjernihkan stereotip tentang Islam yang telah beredar lewat media, mereka yang tidak mendapatkan informasi secara utuh atau bahkan orang-orang yang memiliki sejumlah agenda politik (dengan menyudutkan Islam),” kata El Alaoui. (T/P022/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)