Oleh: Zaenal Muttaqin, wartawan dan redaktur di Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Awan Kumulonimbus disebut-sebut sebagai penyebab celakanya pesawat AirAsia QZ8501, Ahad 28 Desember 2014, saat terbang dari Surabaya dengan tujuan Singapura. Pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh awak itu itu diduga jatuh karena terjebak awan Kumulonimbus.
Awan Kumulonimbus kerap disebut sebagai “musuh” utama dalam dunia penerbangan. Masuk ke dalam awan ini berarti akan merasakan guncangan hebat dan diterpa hujan terburuk berupa butiran es deras.
Efek bagi pesawat yang masuk ke dalam Kumulonimbus adalah gangguan terhadap instrumen hingga mesin mati. Gagal melewati Kumulonimbus merupakan salah satu dugaan awal atas hilangnya pesawat AirAsia berkode penerbangan QZ8501 itu.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Kumulonimbus memang dikenal sebagai awan yang paling ditakuti para penerbang. Awan ini cukup berbahaya, karena bisa menyebabkan pesawat mengalami turbulensi dahsyat.
Kumulonimbus seperti disebutkan di Wikipedia, adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya.
Kumulonimbus berasal dari bahasa Latin, “cumulus” berarti terakumulasi dan “nimbus” berarti hujan. Awan itu terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Bisa terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall, awan ini menciptakan petir melalui jantung awan.
Kumulonimbus terbentuk dari awan kumulus (terutama dari kumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Ternyata kedahsyatan awan Kumulonimbus sudah diungkapkan dalam Alquran, dalam Surat An-Nur [24] ayat ke 43. Maha Besar Allah, Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 1400 tahun silam telah mengungkapkannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزۡجِى سَحَابً۬ا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيۡنَهُ ۥ ثُمَّ يَجۡعَلُهُ ۥ رُكَامً۬ا فَتَرَى ٱلۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلَـٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٍ۬ فِيہَا مِنۢ بَرَدٍ۬ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصۡرِفُهُ ۥ عَن مَّن يَشَآءُۖ يَكَادُ سَنَا بَرۡقِهِۦ يَذۡهَبُ بِٱلۡأَبۡصَـٰرِ
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan“.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Saat ayat tersebut turun tentu belum ada pesawat terbang, belum ada satelit dan juga teropong. Tapi tanpa teknologi maju seperti sekarang ini, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasalam dengan pentunjuk Al-Quran dapat menjelaskan jenis awan Kumulonimbus yang dituliskan dalam Surat An-Nur tersebut.
Seperti disebutkan pada ayat tersebut, dalam awan Kumulonimbus juga terdapat butiran es yang menyebar dan badai petir yang mengkilat. Para ahli penerbangan menyebutkan kalau butiran es itu masuk ke mesin pesawat maka dapat menyebabkan mesin mati. Wallahu a’lam bis shawaab. (R11/R01 )
(Dari berbagai sumber)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh