Depok, MINA – Setiap tanggal 25-26 Februari, Pemerintah Azerbaijan memperingati peristiwa Tragedi Pembantaian Khojaly yang menewaskan hampir 613 warga sipil termasuk anak-anak, wanita dan 1.275 pengungsi.
Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Ruslan Nasibov pada Senin (25/2) menghadiri Seminar Humanity: In Search of Justice for Peaceful Coexsitence memperingati 27 tahun Tragedi Khojaly di Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
“Peristiwa ini sangat penting, sehingga setiap tahun diperingati sebagai penghormatan terhadap para korban,” kata Ruslan.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan UI, Dr. Fuad Gani menanggapi positif peringatan tahunan ini dan berharap bisa menjadi pelajaran bagi generasi sekarang.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
“Saya kira itu adalah hal yang baik untuk mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi langsung didengar dari sumbernya, dan diharapkan peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi kita agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi,” jelas Fuad.
Ruslan menceritakan, peristiwa itu terjadi ketika Pasukan Armenia yang dibantu oleh pasukan ke-366 Rusia menghantam Kota Khojaly di Daerah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan pada tanggal 26 Februari 1992.
Hanya dalam dua jam, dengan senjata berat dan tank serta dibantu oleh prajurit darat, pasukan Armenia berhasil menghancurkan kota tersebut.
Ruslan mengatakan, invasi pasukan Armenia menyebabkan kepunahan dan hancurnya warisan budaya di Azerbaijan.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Dan hingga hari ini, masih ada sekitar satu juta pengungsi Khojaly yang tersebar di daerah-daerah Azerbaijan.
Menurut Ruslan, pemerintah Azerbaijan telah menyediakan kamp-kamp bagi para pengungsi dan terus berusaha membantu mereka kembali ke tanah airnya.
Sejak tahun 1994 delegasi Armenia dan Azerbaijan sudah mengadakan pembicaraan mengenai status Nagorno-Karabakh, namun tidak ada hasil.
Saat ini, Nagorno-Karabakh dan 7 distrik yang berdekatan, yang mencakup lebih dari 20 persen wilayah Azerbaijan, masih di bawah pendudukan Armenia.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Sementara pada tahun 1996 PBB telah mengeluarkan empat resolusi terkait pendudukan tentara Armenia di Distrik Khojaly.
Ruslan pun berharap agar peristiwa itu tidak terjadi lagi dan agar pelaku pembantaian dibawa ke pengadilan internasional dan mendapat hukuman yang setimpal. (L/Sj/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza