Oleh: Ir. Heri Budianto,M.T., Anggota Tim Riset Sekolah Tinggi Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud (SQABM)
Landasan
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
إِنَّ فِى خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِى تَجۡرِى فِى ٱلۡبَحۡرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ۬ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا وَبَثَّ فِيہَا مِن ڪُلِّ دَآبَّةٍ۬ وَتَصۡرِيفِ ٱلرِّيَـٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَيۡنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَعۡقِلُونَ (١٦٤)
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS Al-Baqarah [2]:164).
ٱلَّذِى خَلَقَ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬ طِبَاقً۬اۖ مَّا تَرَىٰ فِى خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ مِن تَفَـٰوُتٍ۬ۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ۬ (٣)
Artinya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS Al-Mulk [67]: 3).
Volume Air
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Bencana banjir dan longsor yang berulang-ulang terjadi di negeri ini, pada umumnya penyebabnya utamanya dikaitkan dengan tingginya intensitas curah hujan. Ini menyebabkan volume air membesar sehingga sungai dan saluran penampung lainnya tidak mampu lagi menampung banyaknya volume air.
Namun, sebelum kita membahas lebih jauh ada baiknya kita mengamati bagaimana proses terjadinya hujan itu.
Hujan terjadi karena adanya mekanisme siklus yang secara terus-menerus tiada henti siang maupun malam. Melalui siklus yang sangat tertata rapi ini, ketersediaan air di daratan bumi tetap terjaga dan mahluk hidup tetap eksis serta tidak punah.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Ini adalah gambaran sederhana terjadinya sirkulasi air di bumi, dimulai dari terjadinya penguapan, air yang berasal dari laut, sungai, danau, dan tempat terbuka lainnya (evaporasi).
Penguapan berasal dari jaringan mahluk hidup, tumbuh tumbuhan, hewan atau disebut dengan transpirasi. Penguapan juga berasal dari kutub dan puncak puncak gunung atau sublimasi.
Penguapan air tersebut bergabung menjadi satu yang dikenal dengan istilah evapotranpirasi. Semakin terik matahari dan berlangsung lama, maka akan semakin banyak uap air yang akan naik ke atas menuju atmosfer.
Pada ketinggian tertentu uap air akan berubah menjadi partikel es karena suhu yang sangat rendah (kondensasi). Partikel-partikel es tersebut saling mendekati yang akan membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan akan semakin tebal dan hitam.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Selanjutnya awan akan berpindah pindah dari satu titik ke titik lain dalam lintasan horisontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara (adveksi). Adanya adveksi ini menyebabkab awan yang berada di atmosfer lautan berpindah ke atmosfer daratan. Mengingat suhu udara atmosfer di daratan yang lebih tinggi menyebabkan awan mencair (presipitasi), dan butiran-butiran air pun jatuh membasahi permukaan bumi. Proses inilah yang kemudian dikenal dengan nama hujan.
Bagaimana Proses distribusi air setelah di bumi dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah tersebut sekitar 96,5% merupakan air yang berada di laut, 2,5% berupa air tawar, 0,93 % adalah air tanah asin, 0,07 % air danau yang asin.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Dari volume air tawar yang hanya 2,5 %, persen itu tak semuanya berhubungan dengan masalah banjir . karena :
- 68,6 % adalah glaciers and ice caps (gletser dan es).
- 30,1 % adalah groundwater (air dalam tanah).
- 1,3 % adalah surface water and other freshwater (air permukaan dan air segar lain).
Gletser dan es merupakan air dalam bentuk padat (es). Gletser dan es banyak terdapat di greenland (kutub utara), kutub selatan, dan puncak-puncak pegunungan yang menyimpan salju abadi.
Bila diprosentase, air di permukaan tanah sangat kecil, total air yang ada sebanyak 1,3 persen yang terdapat di permukaan tanah juga terbagi bagi lagi berada di danau (freshwater lakes) yakni sebesar 67,4%.
Sisanya berupa kelembaban tanah atau soil moisture (12,8%), atmosfer (9,5%), lahan basah lainnya (8,7%). Itu terdapat pada tumbuhan dan hewan (0,8%). Dan sungai atau saluran penyebab banjir lainnya (1,6%). Dari total air yang ada di permukaan bumi ini hanya 0,04 % air tawar yang ada dipermukaan yang disebut sebut penyebab banjir.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan? Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) , sebagian lagi akan mengalir di permukaan ke daerah yang lebih rendah. Kemudian akan berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Sebagian lagi akan mengalami penguapan kembali ke atmosfer.
Bila curah hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir dari permukaan tinggi (gunung/bukit) menuju ke dataran rendah danau atau sungai.
Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Air yang meresap ke dalam tanah juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan kembali menguap melalui daunnya kembali ke atmosfer. Proses ini disebut transpirasi.
Prosentase air yang terinfiltrasi ke dalam bumi menjadi air tanah sebanyak 20 %, air limpasan permukaan 30% dan yang mengalami penguapan lagi ke udara baik itu dengan evaporasi atau transpirasi jumlahnya 50%.
Volume air tetap sejak adanya bumi ini dan tidak mengalami perubahan sampai sekarang, selama matahari masih bersinar. Ini karena adanya siklus tetap di bumi, yang ini merupakan pancaran sistem energi matahari, di mana atmosfer merupakan rantai yang menghubungkan lautan dan daratan.
Air dari laut, secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan mengangkut uap air ini. Karena disebabkan adanya sinar matahari, terjadilah siklus daur ulang air di bumi yang tiada henti dan tetap.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Begitu indah dan kompaknya kerjasama antara matahari, bumi (dataran rendah), gunung gunung, sungai, danau, laut, tumbuh tumbuhan dan angin. Kerjasama yang tiada lelah untuk menjaga keseimbangan siklus hydrologi agar manusia nyaman hidup di bumi.
Ini sangat sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 22:
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَشً۬ا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً۬ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ رِزۡقً۬ا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادً۬ا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ (٢٢)
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 22).
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Timbul Pertanyaan, kalau volume air tetap, mengapa terjadi banjir dan berbagai bencana longsor lainnya?
Penyebabnya adalah beralih fungsinya sebagian komponen siklus hydrologi yang alami tadi.
Permukaan bumi yang datar, gunung gunung, sungai, danau, tumbuh-tumbuhan mengalami kerusakan dan berubah fungsi akibat sikap manusia merasa lebih superior dari mahkluk lain. Tindakan tindakan diambil sepihak tanpa memperhitungkan faktor keseimbangan alam secara keseluruhan.
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud
Dalam perencanaan pembangunan, faktor studi tentang keserasian rumah tangga makhluk hidup yaitu interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya, termasuk benda mati yang ada disekitarnya (ekologi) sering diabaikan.
Padahal keberadaan makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari makhluk hidup lainnya dan alam sekitarnya. Interaksi dalam pengertian saling membutuhkan dan memahami karakter masing masing, harus dihargai sebagai dasar berkembangnya perilaku baik mahluk agar eksistensi makhluk hidup mempunyai makna dalam kehidupan dan selalu bernilai positif.
Lalu apa yang harus diperhatikan ilmuwan muslim khususnya dan ilmuwan umumnya dalam melakukan perencanaan dalam pembangunan untuk memenuhi hajat manusia khususnya bidang pengairan?
Pertama, manusia sebagai khalifah di muka bumi ini hendaklah berkrakter sebagaimana dikehendaki Al-Quran, yaitu perencanaan dan pelaksanaan pekerjaannya selalu kepada kebajikan dan taqwa.
Di dalam ajaran Islam tidak dikenal efek/dampak negatif akibat kebijakan kita. Karena Allah hanya menerima dan memberi pahala atas amal kebaikan. Dan Islam memang identik dengan kebaikan (amal shalih). Sebaliknya, akan menghukum amal yang berakibat pada keburukan/kerusakan, sekecil apapun.
Kedua, tentu saja memahami perilaku-perilaku mahluk lain untuk memperlakukan mereka secara adil dan bijaksana, agar tidak ada yang merasa dirugikan apalagi dikorbankan.
Sebagai contoh, bagaimana perilaku air akan diserap maksimal ke dalam tanah bila terdapat vegetasi di permukaan bumi. Semakin banyak vegetasi semakin tinggi tingkat penyerapan air ke dalam tanah atau yang dikenal dengan istilah infiltrasi.
Vegetasi tersebut bisa berbentuk tumbuhan apa saja, terutama pohon-pohon yang rapat dengan cakupan areal yang luas. Suatu tempat yang ditumbuhi pepohonan dan mempunyai iklim mikro yang berbeda dengan di lingkungan sekitarnya, sering didefinisikan dengan “hutan”.
Apabila hutan terjaga dengan baik, akan mencegah terjadinya banjir, karena dengan kerapatan pohon pada areal yang cukup luas, penyerapan air ke dalam tanah dapat lebih baik dan disimpan di selah-selah perakaran pohon.
Hutan sebagai pengatur tata air atau hidro-orologis dapat berfungsi dengan baik. Air hujan yang jatuh tidak serta merta mengalir ke laut lewat aliran permukaan atau perkolasi. Akan tetapi lebih lama dapat disimpan di dalam tanah.
Debit air pada sungai tidak terlalu meningkat dengan drastis ketika hujan datang, tetapi dapat dikontrol pelepasannya secara perlahan oleh paket kerjasama akar dan tanah.
Ketika musim panas datang walaupun hujan tidak turun berbulan-bulan, air yang tersimpan di dalam tanah masih dapat dipergunakan. Inilah manfaat hutan yang memberi jaminan pada saat musim panas sehingga tidak terjadi kekeringan.
Namun apa yang terjadi sekarang ini sangat berbeda. Ketika hujan datang dengan curah hujan yang tinggi, daerah dilanda banjir berulang ulang. Bahkan sampai terjadi bencana banjir bandang.
Bencana ini memakan korban harta bahkan sampai korban jiwa. Pada area berbukit-bukit ketika hujan datang terjadi longsor.
Sementara pada saat musim panas, daerah kita dilanda kekeringan. Hal ini tidak ada kaitannya dengan curah hujan tinggi, karena curah hujan dari adanya bumi tetap dan tidak berubah. Penyebabnya adalah dikarenakan kerjasama yang erat dan harmonis antara sungai, danau, tanah, batu batu dan akar-akar pepohonan yang diharapkan mampu untuk menampung air limpasan pada saat musim hujan dan mengeluarkan air pada musim kemarau tidak berjalan harmonis lagi.
Bukannya keberkahan atau rezki hujan yang didapat. Namun sebaliknya, musibah-musibah akibat ulah manusia yang tidak bijak dalam memperlakukan alam. Wallahu’alam bisshawwab. (bdy/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)