Baghdad, MINA – Kelompok bersenjata Perlawanan Islam di Irak mengumumkan saat fajar pada Jumat (3/11), pekan depan mereka akan memulai fase baru dalam menghadapi musuh, mendukung Palestina, dan membalas dendam para syuhada.
Perlawanan Islam Irak menekankan bahwa mereka akan “lebih keras dan lebih luas melawan basis musuh di wilayah tersebut.”
Dikutip dari Al Mayadeen, Perlawanan Islam Irak terus menargetkan pangkalan militer Amerika Serikat di Irak dan Suriah sehubungan dengan Operasi Banjir Al-Aqsa dan agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Sebelumnya pada hari Kamis (2/11), Perlawanan Islam di Irak mengumumkan bahwa mereka menyerang sasaran penting pendudukan Israel di pantai Laut Mati.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Dalam sebuah pernyataan mereka mengatakan, serangan itu terjadi sebagai tanggapan atas pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua.
Mereka menegaskan akan terus “menyerang benteng musuh.” Itu tidak lama setelah sumber Al Mayadeen melaporkan bahwa Perlawanan Islam di Irak menargetkan pasukan Amerika di Erbil dengan dua drone kamikaze.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kataib Hizbullah Sheikh Akram al-Kaabi mengatakan pada hari Rabu (1/11) bahwa faksi tersebut telah memutuskan untuk membebaskan Irak, dengan menggunakan cara-cara militer. “Ini sudah diselesaikan,” katanya tegas.
Al-Kaabi berjanji bahwa gerakan tersebut akan melanjutkan perjuangan bersenjatanya sampai tujuan mengusir pasukan militer Amerika Serikat dari Irak tercapai.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
“Kami tidak akan berhenti, kami tidak akan menetap, kami tidak akan mundur,” tegas pemimpin tersebut. Dia menjanjikan tindakan yang lebih besar dalam beberapa hari mendatang.
Sebelumnya pada tanggal 30 Oktober, Sekretaris Jenderal Organisasi Badr di Irak, Hadi Al-Amiri menyatakan bahwa “Sudah waktunya bagi pasukan koalisi internasional (pimpinan AS) untuk meninggalkan Irak, karena tidak ada lagi kebutuhan atau pembenaran atas kehadira mereka.”
Al-Amiri menambahkan bahwa selama mereka hadir “tidak ada yang mengharapkan untuk membangun kemampuan militer tentara Irak dan lembaga keamanan lainnya.”
Dia menyatakan keyakinannya bahwa “memalukan” bagi sebagian orang untuk menyarankan agar pasukan AS tetap berada di negara tersebut dengan dalih membantu pasukan keamanan Irak, terutama setelah pencapaian besar militer dan perlawanan Irak dalam pertempuran melawan ISIS.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Sekretaris Jenderal menyatakan bahwa pemerintah Irak harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencapai jadwal keluarnya pasukan koalisi internasional di Irak secara spesifik dan jangka pendek, tanpa penundaan. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu