Jambi, 8 Dzulq’dah 1435/3 September 2014 (MINA) – Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin, menyatakan, sistem pendidikan di pesantren tidak lapuk oleh gerusan zaman, terbukti mampu melahirkan tokoh-tokoh nasional, bahkan sejak sebelum Indonesia Merdeka.
Menag menyampaikan hal itu saat membuka Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) tingkat Nasional ke-V Tahun 2014, di Ponpes As’ad, Olak Kemang, Danau Teluk, Kota Jambi, Rabu (03/09).
“Tercatat, KH Hasyim Asy’ari, KH Zainal Mustapha, Gus Dur, bahkan SBY adalah hasil didikan pesantren. Termasuk gubernur (Jambi-Red) kita, Bapak Hasan Basri Agus, merupakan alumni Pondok Pesantren As’ad, di provinsi mana kita menyelenggarakan MQK ini,” ungkap Menag, seperti dilaporkan di laman Pinmas dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Menurut Menag, banyak bukti yang tak terbantahkan, bahwa pesantren mampu melahirkan sosok-sosok yang mampu dan berjasa membangun Bangsa.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Pada kesempatan itu Menag menyampaikan kabar gembira tentang momentum pesantren. Momentum yang dimaksud, bermula dari masuknya pesantren dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang disusul dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.
Kementerian Agama kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam dan PMA No 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada pesantren.
“Saat ini, pesantren memasuki fase yang sangat menggembirakan. Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren menemukan momentum untuk mendapatkan penghargaan dan kesetaraan dengan nomenklatur pendidikan lainnya, baik dalam aspek regulasi, program maupun kesetaraan anggran,” terang Menag serius.
Menteri juga mengurai, perubahan dan perkembangan pesantren dalam tiga hingga empat dasawarsa terakhir. Perubahan pertama, lanjut Menag, terkait peningkatan kualitas infrastruktur/fisik yang semakin baik dan dilengkapi peralatan penunjang seperti laboratorium, komputer, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Perubahan kedua menyangkut pengelolaan dan kepengasuhan teknis pesantren dari kepemimpinan personal kiai, menjadi pengelolaan kolektif dan profesional oleh yayasan. Perubahan ketiga, adanya peningkatan kuantitas program pendidikan yang diselenggarakan pesantren. “Selain mempertahankan nilai-nilai Salafiyyah, pesantren juga menyelenggarakan pendidikan formal,” kata Menag.
Perubahan-perubahan tersebut, bukti pesantren mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, tanpa kehilangan jati dirinya.Ia melihat, perkembangan pesantren selama ini selaras dengan kaidah: al-muhaafadhatu ‘alal qadiimis-shalih, wal-akhdzu bil-jadiidil ashlah. “Dalam kerangka kaidah inilah, Kemenag menyelenggarakan MQK ke V ini,” tegas Menag.
Hadir dalam pembukaan ini, Gubernur Jambi Hasan Hasri Agus, Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar, Wamenag Nasaruddin Umar, Sekjen Kemenag Nur Syam, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ace Saefuddin, Kakanwil Kemenag Provinsi se-Indonesia, Bupati/Walikota se Jambi, serta para alim ulama se-Jambi dan masyarakat umum. (T/R11/P2 )
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain