Bedah Buku Prof. Dr. M. Quraish Shihab tentang Toleransi

(Foto: Laila/MINA)

Jakarta, MINA – Islamic Book Fair (IBF) ke-20 tahun 2022 di JCC Senayan, Jakarta turut dimeriahkan dengan terbaru karya intelektual muslim Indonesia Prof. Dr. M. yang berjudul “: Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keberagamaan”.

Bedah buku berlangsung pada Sabtu (6/8) sore di stan pameran Majelis Hukama Muslimin (MHM), hall A JCC Senayan, Jakarta.

Hadir sebagai narasumber, Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Phil Kamaruddin Amin dan Gubernur NTB (2008 – 2018) TGB Dr Zainul Majdi, MA. Serta moderator Dr. Muchlis M Hanafi, MA.

Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati bekerja sama dengan Majelis Hukama Muslimin (MHM) kantor cabang Indonesia. Sinergi dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, serta mengkonsolidasikan nilai-nilai dialog dan toleransi.

Buku ini menjelaskan bahwa perbedaan dalam hal apa pun adalah rahmat. Karenanya diperlukan toleransi. Prof Quraish mendefinisikan toleransi sebagai pengakuan eksistensi terhadap pihak lain menyangkut diri, keyakinan, dan pandangannya tanpa harus membenarkan.

Penjelasan Al-Quran yang diikuti dengan teladan-teladan yang telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw. membuktikan bahwa toleransi telah menjadi keniscayaan sejak masa sebelum globalisasi.

Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin menilai buku Toleransi ini, meskipun kecil, padat dengan rujukan Al-Qur’an, Hadis, bahkan sejarah. Misalnya disebutkan bahwa Khalifah Umar r.a. ketika dipersilakan untuk salat di dalam gereja, beliau memilih untuk salat di tangga.

“Saya khawatir, jika saya salat di dalam, nanti umat Islam akan mengklaim gereja itu milik kita, lalu mereka ubah jadi masjid,” kata Umar beralasan.

Dr. TGB. Zainul Majdi, MA, yang juga hadir sebagai pembahas melihat Prof Dr Quraish Shihab dalam buku terbarunya yang bertajuk “Toleransi” ini ingin meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Menurut TGB, panggilan akrabnya, kemampuan untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya itu sangat penting, di dalam berislam, bersosialisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebab, itulah ajaran Islam.

“Rasulullah, ketika bicara tentang akidah dan ritual ibadah dengan ketika berbicara tentang muamalah itu berbeda. Kalau bicara tentang akidah itu singkat dan sederhana, tidak ada improvisasi dalam akidah,” ujarnya.

“Terkait ritual ibadah, juga sama dengan akidah, prinsipnya mengikut saja. Misalnya, salatlah sebagaimana Salat Rasulullah,” sambungnya. Hal itu, berbeda dengan saat bicara tentang muamalah.

Prof Quraish menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang disampaikan oleh pembahas. Namun, penulis Tafsir Al-Misbah ini juga menyayangkan tidak ada kritik yang disampaikan pembahas terhadap bukunya.

Menurutnya, tidak ada suatu karya yang tidak ada kekurangannya. “Mestinya ada kritik, yang kita harapkan untuk perbaikan cetakan yang akan datang,” harapnya. (L/R11/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.