BELAJAR DARI PEMUDA KAHFI

kahfioleh Bahron Ansori*

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Allah Ta’ala mereka dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Qs. Al-Kahfi : 13).

Sepanjang jaman, selama manusia masih ada di muka bumi ini, maka tak bisa dipungkiri para pemuda adalah pelopor, garda terdepan dalam setiap perubahan. Para pemuda adalah motor penggerak kehidupan sosial. Ibarat matahari, maka para pemuda senantiasa menyinari setiap situasi.

Berbagai bakat, potensi dan kecenderungan; baik pada kebaikan atau keburukan keduanya sama-sama kuat. Itulah kenapa, kegagalan dan kesuksesan seseorang, kematangan emosional manusia pada masa tua sangat ditentukan bagaimana seseorang mengisi masa mudanya.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam sebuah hadis, di antara tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah Ta’ala pada hari ketika tiada naungan selain naunganNya, adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah Ta’ala.

Dalam lembaran sejarah, kita bisa lihat bagaimana para pemuda berperan dan mengukir tinta emas perjuangan. Mereka ini pantas menjadi teladan bagi pemuda jaman sekarang. Sebut saja misalnya para pemuda Al-Kahfi; sebutan bagi para pemuda yang rela berdiam di dalam gua yang pengap.

Mereka lebih memilih jalan Allah Ta’ala yang memberikan kesuksesan hakiki daripada hidup dan bermasyarakat dengan masyarakat yang menjadikan gemerlap kehidupan sebagai tujuan. Mereka adalah para pemuda yang sibuk mempersiapkan bekal akhirat ketimbang bekal perut dan tawaran dunia. Kesimpulannya, mereka sepakat menyelamatkan iman mereka dibanding ikut sibuk tenggelam dalam gemerlap dunia fana.

Di antara hikmah spektakuler yang bisa kita petik sebagai pelajaran (ibroh) agar kita pun menjadi pemuda sukses dari kisah pemuda Kahfi tersebut antara lain sebagai berikut.

Pertama, Memiliki Keberanian (Syaja’ah)

Para pemuda Kahfi itu mempunyai keberanian (syajaj’ah) dalam mengatakan yang haq (benar) adalah benar dan yang bathil (salah) itu bathil. Dari keberanian inilah lahir rasa siap untuk bertanggung jawab dan menanggung setiap resiko untuk mempertahankan keimanannya.

Para pemuda beriman itu berani bukan karena manusia, tapi keberanian itu muncul dan melekat karena Allah Ta’ala sudah menanamkannya di dalam lubuk hati mereka. Bukan musuh yang mereka takuti, tapi Allah Ta’ala.

Karena itu, seorang pemuda yang shalih wajib menanamkan rasa takut yang tinggi kepada Allah Ta’ala. Ketika seorang hamba sudah takut hanya kepada Allah Ta’ala, maka Allah akan menjadikannya tidak takut kepada apa dan siapa pun.

Kedua, Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Rasa ingin tahu yang tinggi ini tidak lain untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan (bukan taklid buta). Pemuda Muslim, tak kenal berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. Makin banyak ilmu yang dimilikinya, akan menghantarkannya pada sebuah kesadaran betapa banyak ilmu yang belum ia ketahui.

Memiliki rasa ingintahu yang tinggi sangat berbanding lurus dengan semangat untuk senantiasa mencari bekal diri, bekal hidup. Hanya orang-orang yang mempunyai daya juang tinggi saja bisa meraih dan mewujudkan apa yang sudah menjadi mimpi hidupnya.

Sebaliknya, para pemuda yang tak memiliki rasa ingin tahu bahasa gampangnya rasa penasaran yang tinggi terhadap suatu ilmu pengetahuan, jangan pernah bermimpi mendapat kesuksesan. Sudah menjadi rahasia umum, siapa yang bersungguh-sungguh ingin mengetahui sesuatu, maka Allah Ta’ala akan memberinya ilmu untuk meraih sesuatu itu.

Ketiga, Selalu Berusaha untuk Berkelompok

Kekuatan tim dan jaringan hanya akan terjadi jika kekuatan kelompok sudah terbangun dan dibangun sejak awal. Tak ada di dunia ini bahkan dalam bidang apa pun untuk bisa sukses dibangun seorang diri. Mesti ada kekuatan tim disana yang melandasi terealisasinya sebuah kesuksesan.

Mereka berkelompok untuk membingkai keyakinan bersama tentang sebuah kebenaran. Bukan sebaliknya mengelompok untuk merencanakan sebuah makar. Mereka berkelompok layaknya para pemuda Kahfi untuk merencanakan, merumuskan dan membagi tugas dalam kebaikan dan saling mengokohkan ukhuwah satu dengan lainnya. Sekali lagi! Para pemuda Muslim itu berkelompok bukan untuk merencanakan sebuah keburukan atau aksi teroris.

Keempat, Berusaha Menjaga Akhlak dan Kepribadian

Menjaga akhlak dan kepribadian agar tidak terjerumus pada perbuatan maksiat adalah hal utama untuk meraih sukes. Sebab sukses itu sangat berkeinginan dimiliki oleh mereka yang senatiasa menjaga akhlak; akhlak kepada Allah Ta’ala maupun kepada sesama. Dalam situasi sekarang, hal ini menjadi sesuatu yang sangat berat. Keburukan akhlak mendera masyarakat khususnya para pemuda.

Dalam kondisi sekarang, yang terjadi justseru sebaliknya, dekadensi moral mendera masyarakat khususnya para pemuda. Belum lagi dominasi budaya Barat yang kian menggila dan menggurita di tengah masyarakat. Pergaulan Islami menjadi sesuatu yang sangat langka dan mahal. Kisah kepribadian Nabi Yusuf as juga sangat layak dijadikan teladan bagi para pemuda.

Kala itu pemuda Yusuf digoda oleh Zulaikha di dalam ruangan tertutup. Tak ada seorang pun yang tahu perbuatan mereka selain mereka berdua saja. Namun dengan akhlak yang terjaga serta pertolongan Allah tentunya, akhirnya sang pemuda tampan itu bisa lolos dari ranjau bujuk rayu Zulaikha yang dibisikkan oleh setan laknatullah (Qs. Yusuf: 22-24).

Kelima, Punya Ghirah (Semangat) Sukses yang Tinggi

Jati diri pemuda Muslim terlihat pada sikap tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Ia memandang berbagai kesulitan hidup adalah sebuah peluang untuk mengukir prestasi dan menjadikannya sarana kematangan jiwa.

Kekurangan materi yang melilit kehidupan sehari-hari, kesusahan hidup yang terus melekat erat tak jarang menjadikan seseorang kehilangan semangat hidup. Jangankan berpikir positif untuk orang lain, seringkali orang seperti ini hanya bisa berpikir pragmatis saja.

Sebaliknya, orang yang punya ‘ghirah’ semangat kerja tinggi tentu akan berusaha terus. Meski duka lebih sering menyapa, lara lebih sering mendera, tapi hal itu tak menyurutkan ghirah hidupnya. Ia tetap memiliki visi yang tajam serta ‘himmah aliyah’ tekad yang tinggi untuk meraih apa yang menjadi mimpi dan cita-citanya.

Teladan luar biasa telah dicontohkan pula oleh pemuda Ibrahim as pada masa Raja Namrudz, penguasa tirani kala itu. Dengan gagah berani Ibrahim menghancurkan sekumpulan berhala kecil, lalu menggantung kapaknya ke leher berhala yang paling besar.

Ibrahim ingin memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat. Kisah heroik ini diabadikan secara bertutur dalam surah Al-Anbiya: 56-70.

Jadi, para pemuda Muslim itu berkelompok bukan untuk hura-hura, foya-foya atau kongkow-kongkow apalagi nyabu dan miras. Tujuan para pemuda Muslim jelas; berkumpul dan berkelompok untuk merangkai ta’awanu ala al-birri wa at taqa‘ saling menguatkan dalam kebaikan dan , bukan dalam perbuatan dosa dan kejahatan.(T/R02/P3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Bahron Ansori (mirajnews.com)
Bahron Ansori (mirajnews.com)

*Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA). Ia dapat dihubungi via email: [email protected] 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0