Brussel, MINA – Menteri Luar Negeri Belgia Maxime Prevot mengatakan, apa yang terjadi di Jalur Gaza dalam hal pemindahan paksa dan pelanggaran telah melampaui semua batas yang dapat diterima.
“Saya tidak tahu apa lagi yang perlu kita saksikan, pemindahan dan pelanggaran, untuk membunyikan alarm tentang apa yang terjadi di Gaza,” ujarnya. MEMO melaporkan, Senin (2/6).
Dalam pernyataan yang dilaporkan oleh Euronews, Prevot menyatakan bahwa Belgia telah memutuskan untuk bersikap lebih keras terhadap Israel, menuduhnya menyebabkan kelaparan di dalam Jalur Gaza.
“Operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza tidak dapat dibenarkan dengan label ‘pembelaan diri yang sah’,” tambahnya. Ia juga mengkritik penggunaan tuduhan anti-Semitisme yang menyesatkan untuk membela kebijakan Israel.
Baca Juga: Lembaga Advokasi: Ada 10.800 Tahanan Palestina di Penjara Israel, 450 di Bawah 18 Tahun
Prevot juga menegaskan Belgia telah mendesak Uni Eropa untuk mengambil langkah-langkah serius terkait perjanjian kemitraannya dengan Israel. Ia menambahkan bahwa Belgia telah memutuskan untuk menerima sejumlah warga Palestina dan anak-anak yang terluka untuk dirawat di rumah sakitnya.
Situasi kemanusiaan di Gaza sangat buruk, imbuhnya, seraya menekankan perlunya memobilisasi semua upaya yang memungkinkan untuk mendukung penduduk dalam mengatasi krisis ini.
Israel melanjutkan serangannya dan memperketat blokade di Jalur Gaza pada dini hari tanggal 18 Maret 2025, menyusul gencatan senjata selama dua bulan yang dimulai pada tanggal 19 Januari. Namun, Israel telah melanggar ketentuan perjanjian tersebut selama masa gencatan senjata. []
Baca Juga: Enam Warga Gaza Syahid Ditembak Pasukan Israel Saat Tunggu Makanan
Mi’raj News Agency (MINA)