Yerusalem, MINA – Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir oada Ahad (11/8) menyebut, setiap gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas adalah “kesalahan besar.”
Israel akan mengirim tim negosiasinya ke Mesir Kamis (15/8) mendatang untuk melanjutkan pembicaraan gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan dengan Hamas.
“Kita menghancurkan Hamas,” kata Ben-Gvir. “Saya tidak hanya mendengarkan pendapat pejabat di kabinet keamanan, tetapi juga komandan lapangan.”
“Apakah kita sekarang akan memperkuat Hamas dengan menghadiri pembicaraan di Kairo? Itu adalah kesalahan besar Perdana Menteri.”
Baca Juga: Israel Akui 66 Tentaranya Cedera dalam 24 Jam
Menteri ekstremis itu mengeklaim bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan orang Israel yang ditawan oleh Hamas adalah melalui “meningkatkan tekanan militer.”
“Jika kita hentikan pasokan bahan bakar mereka, dalam waktu sepekan mereka akan bertekuk lutut. Dan jika kita hentikan truk bantuan, dalam waktu dua pekan mereka akan bertekuk lutut. Jadi, mengapa kita akan membuat kesepakatan, terutama kesepakatan yang tidak bertanggung jawab seperti itu?” katanya.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengatakan Ahad pagi bahwa Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menghadapi tekanan yang meningkat dari AS untuk melanjutkan kesepakatan dengan Hamas, bahkan jika itu berarti “jatuhnya pemerintahannya.”
Menurut harian itu, putaran pembicaraan mendatang di Kairo dipandang sebagai “kesempatan mutlak terakhir” untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan secara regional.
Baca Juga: Menteri Keuangan Israel Serukan Pendudukan Penuh di Gaza Utara
Selama berbulan-bulan, Mesir, Qatar, dan AS telah memimpin negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas, tetapi tidak ada kesepakatan yang dicapai karena penolakan Israel memenuhi tuntutan Hamas untuk mengakhiri perang, menarik pasukan dari Gaza, dan mengizinkan warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke Gaza utara.
Israel terus melancarkan serangan militer yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Hampir 39.800 warga Palestina telah tewas sejak saat itu, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 92.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei. []
Baca Juga: Citra Satelit Tunjukkan Penghancuran Sistematis Area Pemukiman Gaza Utara
Mi’raj News Agency (MINA)