Oleh Brooke Anderson, koresponden The New Arab di Washington, DC
Saat upacara wisuda Universitas Michigan pada Sabtu, 4 Mei 2024, sebuah pesawat membawa spanduk bertuliskan “Divestasi dari Israel Sekarang! Bebaskan Palestina!” terbang di atas stadion yang penuh sesak, sementara ratusan mahasiswa yang mengenakan topi dan gaun mengibarkan bendera Palestina.
Pada suatu hari yang hangat di bulan Mei, Menteri Angkatan Laut AS Carlos Del Toro yang menyampaikan pidatonya di Stadion Michigan di Ann Arbor, harus berhenti bicara setidaknya dua kali demi mengakui hak para pengunjuk rasa untuk berbicara.
“Pemuda-pemuda inilah yang akan melindungi kebebasan yang kita hargai sebagai orang Amerika dalam Konstitusi Amerika Serikat, yang mencakup hak untuk melakukan protes secara damai,” kata Del Toro pada upacara yang dihadiri oleh dukungan kuat dari warga Palestina, serta sekelompok kecil pencela yang vokal.
Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan
“Itu adalah hari yang mulia,” kata Khalid Turaani, seorang warga Amerika keturunan Palestina dari wilayah Detroit kepada The New Arab. Dia menghadiri wisuda keponakannya di Ann Arbor dan baru-baru ini menghadiri wisuda keponakannya yang lain di Wayne State.
“Apa yang saya perhatikan dalam kedua upacara tersebut adalah ada begitu banyak orang, Arab dan non-Arab, Muslim dan non-Muslim, yang mengenakan keffiyeh sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia hanya melihat sedikit sekali bendera Israel.
Dalam upacara tersebut, sebuah pesawat terbang di atasnya sambil membawa slogan mendukung Israel. Tak lama setelah itu, pesawat lain terbang dengan membawa tanda yang menunjukkan dukungan bagi warga Palestina. Kerumunan orang pun bersorak sorai.
“Hal ini, dan semua hal lainnya, menunjukkan bahwa kita berada di era yang berbeda,” katanya. “Fakta bahwa mahasiswa menunjukkan solidaritasnya kepada warga Palestina di menit-menit terakhir mereka di kampus menunjukkan komitmen mereka sebagai mahasiswa.”
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Michigan Tenggara, tempat Universitas Michigan yang bergengsi berada, juga merupakan tempat berkumpulnya orang Arab dan Muslim terbesar di AS.
Universitas ini merupakan pilihan populer bagi penduduk sekitar Dearborn, termasuk Walikota Abdullah Hammoud, yang memperoleh gelar sarjana dan dua gelar pascasarjana di Universitas Michigan. Universitas ini juga memiliki daftar panjang aktivis sebagai alumni, termasuk aktivis Palestina dan mantan kandidat Kongres AS Huwaida Arraf.
Seperti banyak universitas di AS, Michigan telah menyaksikan protes mahasiswa sejak Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut pejabat Israel.
Israel telah menanggapi serangan Hamas dengan operasi militer tanpa pandang bulu dan tanpa henti di Gaza, yang menewaskan lebih dari 34.600 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Berbagai kelompok hak asasi manusia menggambarkan tindakan Israel sebagai genosida.
Baca Juga: Palestina Memanggilmu, Mari Bersatu Hapuskan Penjajahan
Bulan lalu, mereka bergabung dengan universitas-universitas di seluruh negeri dalam mendirikan perkemahan pengunjuk rasa pro-Palestina, yang banyak di antaranya telah dibongkar untuk persiapan musim kelulusan.
Universitas Michigan memperkirakan akan terjadi protes pada hari pembukaan, dan menyatakan di situs webnya bahwa mereka akan melakukan pemeriksaan keamanan, melarang spanduk dan bendera, dan gangguan apa pun akan ditanggapi dengan peringatan.
“UM berkomitmen terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi. Para dekan dan direktur pada umumnya akan bersabar jika terjadi gangguan yang sah. Jika protes secara signifikan menghambat program tersebut, pimpinan akan mengambil langkah-langkah untuk meredakan dan mengatasi gangguan tersebut,” demikian bunyi situs web universitas tersebut.
Koalisi TAHRIR, sekelompok organisasi mahasiswa pro-Palestina, mendesak tindakan pada hari upacara tersebut, menurut sebuah unggahan di media sosial.
Baca Juga: Korupsi, Virus Mematikan yang Hancurkan Masyarakat, Ini Pandangan Islam dan Dalilnya!
“Tidak ada kelulusan yang normal ketika uang sekolah kami telah mendanai pembunuhan lebih dari 35.000 warga Palestina di Gaza dan setiap universitas kini menjadi puing-puing,” kata unggahan tersebut.
“Kami memprotes bukan hanya genosida, tapi juga sisi skolastik sementara universitas kami menolak mengakui rekan-rekan Palestina kami,” tambahnya.
Akhir pekan ini membawa lebih banyak aksi di kampus-kampus Amerika dimana pandangan yang berbeda mengenai perang Israel di Gaza telah muncul, terkadang dengan kekerasan, selama beberapa pekan terakhir.
Banyak sekolah, termasuk Universitas Columbia di New York City, telah memanggil polisi untuk meredam protes tersebut.
Baca Juga: Inilah Tanda Orang Baik, Inspirasi dari Kisah Nabi Musa Belajar kepada Khidir
Ketegangan sempat kembali berkobar pada hari Sabtu di Universitas Virginia di Charlottesville. Petugas polisi yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara terlihat dalam sebuah video bergerak di perkemahan pengunjuk rasa pro-Palestina, memborgol beberapa demonstran dengan tali pengikat dan menyeret mereka melintasi halaman.
Polisi sejauh ini telah menangkap lebih dari 2.000 pengunjuk rasa di perguruan tinggi di seluruh AS. []
Sumber: The New Arab
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Begini Cara Mengucapkan Aamiin yang Benar dalam Shalat Berjamaah Menurut Hadits