Bentrokan Antarsuku di Darfur Sudan Tewaskan 24 Orang

Komunitas suku Masalit di Darfur, barat Sudan. (Foto: dok. Journal of India)

, MINA – Bentrokan antara kelompok Arab dan non-Arab di wilayah Darfur Sudan telah membunuh sedikitnya 24 orang, puluhan rumah terbakar, dan ribuan orang mengungsi, kata seorang pejabat setempat, Rabu (12/4).

Kekerasan terbaru di wilayah paling barat Sudan, dekat Chad, meletus antara anggota suku Arab dan kelompok non-Arab Masalit di kota Foro Baranga, sekitar 185 kilometer (115 mil) dari Geneina, ibu kota negara bagian Darfur Barat.

“Korban tewas telah mencapai sekitar 24 orang di kedua belah pihak,” menurut Mohammed Hussein Teeman, dari dewan komunitas Foro Baranga.

Dia mengatakan pertempuran pecah pada Sabtu (7/4). The New Arab melaporkan.

Kekerasan tersebut mendorong pihak berwenang Sudan untuk mengumumkan jam malam dan keadaan darurat selama sebulan di Darfur Barat.

Baca Juga:  Peneliti Wabah Mpox di Kongo: Akan Ada Penularan Diam-Diam

Pasukan keamanan telah dikirim selama beberapa hari terakhir dan situasi telah tenang pada hari Rabu, katanya.

Sekitar 50 rumah dibakar di daerah Foro Baranga, “menyebabkan pemindahan sekitar 4.000 keluarga (sekitar 20.000 orang),” menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Bentrokan etnis sering pecah di Darfur, wilayah luas seukuran Prancis yang dirusak oleh perang saudara yang meletus pada tahun 2003.

Konflik itu mengadu pemberontak etnis minoritas melawan pemerintahan presiden Omar al-Bashir yang didominasi etnis Arab. Pemerintah Khartoum menanggapi dengan melepaskan milisi Janjaweed yang terkenal kejam, yang direkrut dari antara orang-orang nomaden Arab di kawasan itu.

Sekitar 300.000 orang telah tewas dan 2,5 juta mengungsi, menurut PBB.

Baca Juga:  Kongo Masih Berjuang Bendung Wabah Cacar Monyet

Kelompok hak asasi mengatakan banyak anggota Janjaweed diintegrasikan ke dalam Pasukan Dukungan Cepat paramiliter yang ditakuti, dipimpin oleh Mohamed Hamdan Daglo, sekarang wakil pemimpin de facto Sudan.

Para ahli mengatakan, konflik suku meningkat di Sudan setelah berakhirnya misi penjaga perdamaian PBB-Uni Afrika tahun 2020, dan dalam kekosongan keamanan setelah kudeta tahun 2021 yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan.

Sepanjang tahun lalu, konflik semacam itu menewaskan sekitar 900 orang dan membuat hampir 300.000 orang mengungsi, kata OCHA.

April lalu, pemimpin senior milisi Janjaweed Ali Muhammad Ali Abd al-Rahman, juga dikenal dengan nama samaran Ali Kushayb, menghadapi Pengadilan Kriminal Internasional yang bermarkas di Den Haag dalam persidangan pertamanya atas kejahatan perang di Darfur.

Baca Juga:  Peneliti Wabah Mpox di Kongo: Akan Ada Penularan Diam-Diam

Bashir, yang ditahan di Khartoum sejak pemecatannya pada 2019, telah diincar oleh ICC selama lebih dari satu dekade atas tuduhan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Darfur. (T/RI-1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.