Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Islam sangat menganjurkan kebersihan dan wudhu menjadi contoh nyata praktik kesehatan bagi manusia. Itulah yang membuat takjub seorang warga Amerika Serikat bernama Matthew Braun.
Perkara yang seringkali dianggap remeh dan sekedar syarat sah untuk shalat itu justru membuat pria kelahiran kota Brodhead, negara bagian Wisconsin itu jatuh hati pada Islam.
Braun memang seorang yang sangat peduli kesehatan. Minat pendidikannya pun pada segala ilmu kesehatan, terlihat dari gelar master yang ia dapatkan sebagai tenaga kesehatan dari Universitas Ohio.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Islam memiliki praktik kesehatan yang baik seperti mencuci tangan, kaki dan wajah sebelum shalat lima kali sehari,” ujarnya.
Ketertarikan Braun pada Islam dimulai saat ia mengenyam pendidikan sarjana di Beloit College, Wisconsin. Di sana, ia aktif berorganisasi hingga kemudian bertemu dengan seorang gadis asal Kuwait.
Pertemuan itu merupakan kontak pertama Braun dengan seorang Muslim. Ia pun kemudian mempelajari apa itu Islam. Saat mempelajarinya, ia terkejut.
“Saya terkejut teryata Islam adalah salah satu dari tiga agama samawi selain Yahudi dan Kristen,” ujarnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Braun pun makin tertarik pada Islam, namun belum memutuskan menjadi seorang muslim. Hingga kemudian ia tahu bagaimana Islam sangat menganjurkan kebersihan. Hal itu diketahuinya ketika menempuh pendidikan master studi kesehatan di University of Miami di Ohio. Tak lama, Braun pun kemudian memantapkan hati pada Islam. Ia pun resmi menjadi mualaf pada tahun 1995 di Ohio.
“Banyak alasan saya memeluk Islam. Namun minat awal saya bersyahadat adalah karena tertarik bagaimana Islam memiliki praktik kesehatan yang sangat baik,” tuturnya yang dikutip dari Beloit Daily News.
Braun melihat praktik wudhu sebagai upaya kebersihan yang sangat brilian. Menurutnya, itu merupakan bagian dari praktik menjaga kesehatan. Mencuci tangan kaki dan membasuh wajah lima kali sehari merupakan praktik kesehatan yang sangat baik. Terpesona dengan ajaran wudhu itulah Braun melabuhkan hati pada Islam.
Demikianlah Braun menjadi sampel dari sekian banyak non-Muslim yang mendapat hidayah ketika merenungi hakekat di balik ibadah wudhu.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Profesor Austria Terkejut oleh Wudhu
Namun berbeda ketika Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels yang jatuh cinta pada cahaya Allah melalui ibadah wudhu kaum Muslimin.
Ehrenfels adalah seorang psikiater sekaligus neurology berkebangsaan Austria, termasuk seorang agamawan Kristen.
Keilmuwannya membuat dia meneliti wudhu dan tentang keharusan mandi setelah berhubungan badan antara suami dan isterinya. Dalam agama Kristen tidak ada aturan bersuci seperti ini.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Prof. Ehrenfels mengatakan, orang Kristen walau dalam keadaan junub (habis bersetubuh dengan istri tanpa mandi) langsung pergi ke gereja untuk menyembah Tuhan.
Dalam penelitiannya, Profesor menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu. Ia mengemukakan sebuah fakta yang sangat mengejutkan.
Pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemukan hikmah dibalik wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut.
Ia bahkan merekomendasikan agar wudhu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan. Pada akhirnya Profesor memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Ahli syaraf/neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.
Berakupuntur dengan Wudhu
Anda tentu pernah mendengar akupunktur? Coba cari tahu dimana saja letak titik-titik sensitif yang sering digunakan dalam ilmu akupunktur? Lalu kemudian amati pola wudhu. In shaa Allah Anda akan segera menemukan benang merah diantara keduanya.
Pada anggota badan yang terkena perlakuan wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan sifat wudhu yang disyariatkan 15 abad yang lalu.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Setelah dihitung-hitung, ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu.
Anggota wudhu (rukun dan sunat), jumlah titik akupunktur di antaranya: wajah 84 titik, tangan 95, kepala 64, telinga 125, kaki 125, maka jumlahnya 493 titik.
Subhanallah, bayangkan jika Anda melakukan itu setiap hari paling sedikit 5 kali sehari.
Ternyata ada fakta menarik yang tidak boleh luput. Satu diantaranya adalah ketika melakukan usapan, di antara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan dan Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Berdasarkan riset pakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna membangun homeostasis (keseimbangan internal tubuh). Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak, dan jari jemari kaku.
Lain lagi tentang telinga, ternyata ada 30 hadist yang mendukung ini. Prof. Ehrenfels pernah coba sebuah produk akupunktur yang menggunakan tenaga listrik. Alat ini disimpan di daun telinga. Dan ketika dialiri listrik, rasanya seperti telinga ditusuk-tusuk.
“Saya semakin paham bahwa daun telinga, selain sebagai aksesoris, ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf,” katanya.
Makanya, saat menyapu telinga dalam wudhu, jangan cuma membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Cahaya Wudhu
Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani.
Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian, apabila dibersihkan dengan air, bahan kimia itu akan larut. Selain itu, jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda.
Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Sebab, penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu.
“Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu,” sabda Rasulullah.
Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud
Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena dalam redaksi hadist dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai tetesan terakhir dari air wudlu itu.
Yang paling penting dari wudhu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang “bersih” dan sewaktu-waktu dapat menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti mendirikan shalat, menyentuh atau membaca mushaf Al-Quran.
Wudhu sendiri akan memproteksi diri untuk menghindari apa yang secara spiritual merusak citra wudhu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi dengan wudhu. (T/P001/R02)
Ref: dari berbagai sumber.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)