BERLOMBA DALAM KEBAIKAN MENYAMBUT RAMADHAN

(Gambar: id-elra)
(Gambar: id-elra)

Oleh: Rendy Setiawan, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Seorang muslim seharusnya tidak lalai terhadap momen-momen untuk beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba dan bersaing untuk mendapatkan kebaikan didalamnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

Artinya: “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.” (QS. Al-Muthaffifiin:26)

Maka bersemangatlah wahai saudara-saudara muslim dalam menyambut dengan cara-cara yang benar. Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, di buka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka. Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan ingin meraih ridha-Nya.

Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini,  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat Ridwanullah Ta’ala ‘Anhum Ajma’in akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini.

Sahabat yang mulia, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung).” (H.R. Bukhari).

Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”.

Dulu, para ulama salaf jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar mereka mencapai bulan yang mulia ini, karena mencapai bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Alah Ta’ala.

Mu’alla bin Al-Fadhl berkata, “Dulunya para salaf berdoa kepada Allah Ta’ala selama enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya selama enam bulan berikutnya agar Dia menerima amal-amal shaleh yang mereka kerjakan.”

Maka hendaknya seorang muslim mengambil teladan dari para ulama salaf dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Ta’ala, agar di akhirat kelak mereka akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah Ta’ala dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan besar: kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah.”

Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Ta’ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.

Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Hal ini diisyaratkan dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Sungguh seorang hamba benar-benar melaksanakan shalat, tapi tidak dituliskan baginya dari pahala kebaikan shalat tersebut kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau seperduanya”.

Juga dalam hadits lain tentang puasa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terkadang orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja.” (H.R. Ibnu Maajah)

Meraih gelar Takwa 

Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai takwa kepada Allah Ta’ala, yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah:183).

Imam Ibnu Katsir ketika menfsirkan ayat ini berkata, dalam ayat ini Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman dan memerintahkan mereka untuk melaksanakan ibadah puasa, yang berarti menahan diri dari makan, minum dan hubungan suami-istri dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala semata, karena puasa merupakan sebab untuk mencapai kebersihan dan kesucian jiwa, serta menghilangkan noda-noda buruk yang mengotori hati dan semua tingkah laku yang tercela”.

Lebih lanjut, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di menjelaskan unsur-unsur takwa yang terkandung dalam ibadah puasa, sebagai berikut, Pertama, orang yang berpuasa berarti meninggalkan semua yang diharamkan Allah ketika berpuasa, berupa makan, minum, berhubungan suami-istri dan sebagainya, yang semua itu diinginkan oleh nafsu manusia, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan meninggalkan semua itu, ini adalah termasuk takwa kepada-Nya.

Kedua, orang yang berpuasa berarti melatih dirinya untuk merasakan muraqabatullah selalu merasakan pengawasan Allah Ta’ala, maka dia meninggalkan apa yang diinginkan hawa nafsunya padahal dia mampu melakukannya, karena dia mengetahui Allah maha mengawasi perbuatannya.

Ketiga, sesungguhnya puasa akan mempersempit jalur-jalur yang dilalui setan dalam diri manusia, karena sesungguhnya setan beredar dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya darah, maka dengan berpuasa akan lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan maksiat dari orang tersebut.

Keempat, orang yang berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan amal-amal ketaatan merupakan bagian dari takwa. Kelima, orang yang kaya jika merasakan beratnya rasa lapar dengan berpuasa maka akan menimbulkan dalam dirinya perasaan iba dan selalu menolong orang-orang miskin dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari takwa.

Bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan untuk melatih dan membiasakan diri memiliki sifat-sifat mulia dalam agama Islam, di antaranya sifat sabar. Sifat ini sangat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tanpa adanya sifat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar. Imam Ibnul Qayyim menggambarkan hal ini dalam ucapan beliau, “Sesungguhnya kedudukan sifat sabar dalam keimanan seorang hamba adalah seperti kedudukan kepala manusia pada tubuhnya, kalau kepala manusia hilang maka tidak ada kehidupan bagi tubuhnya”.

Sifat yang agung ini, sangat erat kaitannya dengan puasa, bahkan puasa itu sendiri adalah termasuk kesabaran. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits yang shahih menamakan bulan puasa dengan syahrush shabr (bulan kesabaran).

Bahkan Allah menjadikan ganjaran pahala puasa berlipat-lipat ganda tanpa batas, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Semua amal (shaleh yang dikerjakan) manusia dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan diberi ganjaran sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa ganjarannya tidak terbatas, karena sesungguhnya puasa itu khusus untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran kebaikan baginya”.

Demikian pula sifat sabar, ganjaran pahalanya tidak terbatas, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka tanpa batas” (Q.S. Az-Zumar:10).

Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan eratnya hubungan puasa dengan sifat sabar dalam ucapan beliau,“Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, sabar dalam meninggalkan hal-hal yang diharamkan-Nya, dan sabar dalam menghadapi ketentuan-ketentuan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan manusia. Ketiga macam sabar ini seluruhnya terkumpul dalam ibadah puasa, karena dengan berpuasa kita harus bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, dan bersabar dari semua keinginan syahwat yang diharamkan-Nya bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam menghadapi beratnya rasa lapar, haus, dan lemahnya badan yang dialami orang yang berpuasa”.

Demikianlah nasehat ringkas tentang keutamaan bulan Ramadhan, semoga bermanfaat bagi semua orang muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala dan mengharapkan ridha-Nya, serta memberi motivasi bagi mereka untuk bersemangat menyambut bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan mempersiapkan diri dalam perlombaan untuk meraih pengampunan dan kemuliaan dari-Nya, dengan bersungguh-sungguh mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah-ibadah agung yang disyariatkan-Nya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Pada setiap malam di bulan Ramadhan ada penyeru malaikat yang menyerukan: Wahai orang yang menghendaki kebaikan hadapkanlah dirimu, dan wahai orang yang menghendaki keburukan kurangilah keburukanmu!”. (P011/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0