Oleh: Isnaeni Widowati S, Wartawan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Dunia teknologi saat ini semakin berkembang dengan pesat. Sejak dahulu teknologi tak pernah pudar, dan satu lagi membuktikan adanya seseorang ilmuan Muslim terkemuka yang mapu menemukan sebuah teknologi yang membuat dunia tercengang ketika mengetahuinya. Di adalah Prof. Dr. Ing, H. Bacharuddin Jusuf Habibie,FREng (79 tahun) atau dikenal dengan BJ Habibie.
Siapa yang tak mengenal dengan B.J Habibie, ilmuan Muslim dari Indonesia pada abad modern ini, sebagai sosok cerdas dan genius. Ia didata memiliki skor IQ 200 alias sangat genius.
Skala penilaian IQ antara lain menyebutkan, rentang nilai 91-110 tergolong IQ Rata-Rata, 111-120 IQ Tinggi, 120-130 IQ Superior dan 131 ke atas IQ Sangat Superior atau Sangat Jenius. Termasuk IQ 200 milik Habibie jauh di atas Sangat Jenius.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Jika dibandingkan tokoh-tokoh terkemuka dunia lainnya, Presiden Indonesia era 1998-1999 ini mampu melampaui ilmuwan matematika Blaise Pascal (IQ 195), pecatur Garry Kasparov (IQ 190), ahli fisika Sir Isaac Newton (IQ 190), filosif Plato (IQ 170), penemu Microsoft Bill Gates (IQ 160), Albert Einstein (IQ 160), penguasa Perancis Bonaparte Napoleon (IQ 145) dan lainnya.
Kecerdasaannya dapat membuat umat Muslim bangga dengan hasil karyanya, dengan konsep sayap pesawat dengan kekuatan yang tidak menyebabkan keretakan (crack). Sehingga dalam dunia industri pesawat terbang, ia dikenal dengan Mr Crack. Teori lainnya yang banyak digunakan dalam dunia pesawat terbang adalah “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
Perjalanan Habibie
B.J Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan tanggal 25 Juni 1936 dengan nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie, putra Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo. Habibie merupakan anak ke-4 dari delapan bersaudara.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Jenjang pendidikan singkat yang ia tempuh, mulai dari SMAK Dago, Bandung, Teknik Mesin ITB Bandung tahun 1954, Teknik Penerbangan Spesialisasi Konstruksi Pesawat Terbang 1955-1965 di RWTH Aachen, Jerman. Ia menerima gelar Diplom Ingenieur (Magister) tahun 1960 dan gelar Doktor Engenieur tahun 1965 dengan predikat Summa Cumlaude.
Dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya.
Habibie selalin menangani IPTN, juga dipercaya menangani industri-industri strategis di Indonesia seperti PT PINDAD dan PT PAL. Semua kegiatan itu pada akhirnya memberikan hasil-hasil spektakuler dalam dunia teknologi, seperti pesawat terbang, helikopter, senjata, kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih banyak lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang mengantarkannya untuk mendapatkan gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain dari Cranfield Institute of Technology London, Inggris, dan Chungbuk University Korea Selatan.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Jabatan Organisasi dan Politis
Aiunun sepanjang masa hidupnya setia menemani keseharian sang suami Habibie sampai akhir hayatnya 22 Mei 2010, karena serangan kanker ovarium, di Jerman. Ia disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Habibie jenius, kehilangan belahan jiwanya, yang mendampinginya sepanjang karier hidupnya. Kesedihannya tiada tara. Namun, ia bukan tipe orang yang mudah putus asa dengan apa yang ia alami. Kisah juang dan romantisme mereka berdua difilmkan dalam Habibie & Ainun Desember 2012. Film yang membuat semua penonton bergetar ketika melihat film tersebut.
Memang, sejak dahulu Prof. B.J. Habibie mempunyai karakter tangguh dan tekad yang kuat untuk membangun dan memberikan nama harum Indonesia.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Ketekunannya tampak sekali dengan hasil karya terbaiknya untuk bangsa. Yaitu ketika 10 Agustus 1995 dunia dikejutkan dengan terbang perdananya Pesawat N-250 Gatot Kaca. Penerbangan perdana di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, dihadiri langsung oleh Presiden Soeharto dan jajaran kabinetnya. Penemuannya dinilai sebagai pesawat terbang dengan kualitas terbaik.
Kembali Kembangkan Pesawat
Habibie memang telah ditinggalkan isteri tercintanya, membuatnya seolah terdiam dari geliat teknologi. Namun tidak samnpai dua tahun, ia pun bangkit kembali dengan karakter ketegarannya di usia senjanya, dengan mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI). PT ini didirikan dua perusahaan swasta, PT Ilhabi (milik Ilham Akbar Habibie) dengan memegang 51 persen saham dan PT Eagle Capital (milik Erry Firmansyah) dengan 49 persen saham. Ia menjabat Ketua Dewan Komisaris dengan pemanfaatkan network (jaringan) yang ia miliki.
“Projeknya mengembalikan N-250. Nanti saya akan mengembangkan desain lebih dulu dan mesinnya akan disesuaikan dengan mesin yang sekarang,” kata Habibie saat menggelar konferensi pers usai Upacara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat, 10 Agustus 2012 lalu.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Sayap pesawat yang ia namakan dengan Regio Pro 80 (R80), dirancang Habibie masih sama dengan N250 sebelumnya. Namun ada beberapa perubahan dalam teknologi yang nantinya serba digital. Dia berharap dalam lima tahun mendatang, N250 sudah mendapat sertifikat Federal Aviation Administration (FAA).
“Kita buat lebih hebat. It`s a surprise, you`ll see it, ok (Ini adalah kejutan, kamu akan melihatnya, ok),” kata Habibie usai berpidato di Rakornas Riset dan Teknologi (Rakornas Ristek) di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2013 lalu.
Menurut Habibie, pesawat R80 yang akan dibuat berdaya tampung 80 kursi dan ditargetkan terbang 2018 ini akan memanfaatkan pengalaman membuat pesawat N250. Menurut Komisaris PT RAI Ilham A Habibie, R80 merupakan The Next N250 yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara Indonesia.
Ia mengatakan bahwa saat ini pembuatan R80 masih dalam tahap pembuatan awal atau 10 persen. Kemampuan, desain, dan teknologi pesawat ini mirip N250, meski dari segi ukuran akan lebih besar dan panjang.
Pesawat R80, menurut dia, tetap menggunakan baling-baling di bagian atas badan pesawat sebagai penggerak pesawat seperti N250. Dengan menggunakan baling-baling maka konsumsi bahan bakar akan jauh lebih irit.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
R80 didesain untuk jarak tempuh kurang dari 600 km, Oleh karena itu, dapat dipastikan akan semakin irit bahan bakar. Sedangkan untuk produksi tahap awal, menurut dia, diperlukan dana 400 juta dolar AS.
Maskapai penerbangan baru NAM Air dikabarkan berencana memesan 100 pesawat jenis R80 ini, yang akan dikirim mulai tahun 2018.
Kini prestasi Habibie bukan untuk menjadi sejarah saja tetapi catatan terpenting untuk dunia khususnya Indonesia, dan ia masih terus mencatatkan sejarahnya sendiri.
Prof. Dr. Bacharuddin Habibie, tokoh ilmuwan Muslim Indonesia yang berhasil mencetak sebuah gambaran ketekunan dan kataatan kepada pekerjaannya. Kerja keras dan ketakwaan yang berada di pundak seorang Habibie, ilmuwan Muslim dengan IQ 200.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Benarlah apa yang pernah dikatakan Rajab Arab Saudi terdahulu, Pangeran Sultan Abdul Aziz yang mengundang Habibie sebagai tamu kehormatan negara pada musim haji tahun 1982, katanya, “Habibie, dunia ini tidak tuli dan buta. Bahwa, di dunia ini terdapat ilmuwan muslim yang mengangkat nama Islam di mata dunia dengan prestasi dan progresifitasnya.”
Sosok itu bukan khayalan, dan tokoh ini masih ada di depan mata kita, bangsa Indonesia dan umat Muslim dunia. Eksplorasi IQ 200-nya tentu masih banyak lagi yang akan dapat dimunculkan, dan itu semua diperlukan bagi perkembangan teknologi dunia saat ini dan mendatang. (A/Wido/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan