New York, MINA – Meroketnya harga energi telah merugikan Eropa hampir $1 triliun, menurut laporan yang baru-baru ini diterbitkan yang menyatakan bahwa situasi saat ini adalah akibat dari perang di Ukraina dan hanyalah awal dari krisis yang lebih buruk lagi.
Mengutip perhitungan berdasarkan data pasar, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Bloomberg mengatakan, $1 triliun adalah penghitungan luas energi yang lebih mahal bagi konsumen dan perusahaan di negara-negara Eropa, Press TV melaporkan.
Rumah tangga dan industri Eropa sudah menderita karena tagihan energi yang melonjak, dengan beberapa bisnis terpaksa ditutup.
Namun, itu baru permulaan, menurut Bloomberg.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Setelah musim dingin ini, wilayah tersebut harus mengisi ulang cadangan gas dengan sedikit atau tanpa pengiriman dari Rusia yang mengintensifkan persaingan untuk pasokan LNG yang tersedia.
Meskipun lebih banyak fasilitas untuk mengimpor gas alam cair mulai beroperasi, pasar diperkirakan akan tetap ketat hingga tahun 2026.
Laporan itu juga merujuk pada lebih dari $700 miliar yang dijanjikan oleh pemerintah Uni Eropa untuk melindungi konsumen dan perusahaan dari harga yang melonjak, mencatat bahwa itu menjadi semakin tidak terjangkau karena suku bunga meningkat dan ekonomi sudah dalam resesi di tengah perang di Ukraina.
Sejak awal perang di Ukraina, negara-negara Eropa telah memusatkan perhatian mereka untuk memberikan dukungan kepada Kiev, baik secara finansial maupun militer.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Kapasitas fiskal pemerintah sudah melebar karena sekitar setengah dari negara anggota Uni Eropa memiliki utang melebihi batas blok 60% dari produk domestik bruto. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas