Bandar Seri Begawan, 27 Jumadil Akhir 1436/16 April 2015 (MINA) – Brunei Darussalam tengah menargetkan menjadi pusat bisnis di sektor makanan, farmasi dan bioteknologi sebagai upaya negara itu untuk memposisikan diri menjadi pusat industri produk halal.
Negara yang terletak di pantai utara Pulau Kalimantan itu sedang membangun konsentrasi terbesar perusahaan yang memproduksi produk halal di dunia melalui Brunei BioInnovation Corridor (BIC).
BIC telah dibentuk untuk mempromosikan pengembangan industri halal bersertifikat di Brunei dan berfokus pada produk makanan, kosmetik, farmasi, bioteknologi dan logistik halal, Birmingham Post melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (16/4).
Sebuah investasi besar pada produk halal merupakan bagian dari upaya negara Asia kaya minyak itu untuk mendiversifikasi ekonominya jauh dari ketergantungan pada minyak dan gas.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
Pemerintah Brunei ingin menempatkan dirinya di pusat industri produk halal yang berkembang pesat, yang saat ini diperkirakan bernilai lebih dari 1 triliun dolar AS, menurut data pengeluaran perawatan kesehatan Amerika Serikat, pada tahun ini.
BioInnovation Corridor (BIC), dibangun di Distrik Brunei muara, adalah prakarsa yang dipimpin oleh Kementerian Industri dan Sumber Daya Primer (MPR) Brunei Darussalam, dibangun dalam tiga tahap dan pada akhirnya akan mencakup area seluas 6 km persegi.
Lokasi BIC hanya beberapa menit dari Bandara Internasional Brunei dan sekitar satu setengah jam dari Muara Petikemas.
BIC juga bersinergi dengan Pusat Inovasi Industri Halal (HIIC), divisi yang fokus menangani berbagai produk halal, didirikan untuk mendukung promosi pengembangan berbagai Industri Bersertifikat Halal di Brunei Darussalam.
Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku
Diversifikasi Perekonomian
Untuk mempromosikan upaya itu, delegasi dari Brunei baru-baru ini telah mengunjungi Birmingham Inggris dalam upaya untuk menyoroti peluang yang ditawarkan.
Kunjungan bertepatan dengan pertemuan dengan Universitas Midland dan perusahaan yang tertarik proyek di Brunei.
Normah Jamil, sekretaris tetap di Kementerian Industri dan Sumber Daya Primer (MPR) Brunei Darussalam, yang merupakan delegasi kunjungan ke Birmingham, mengatakan pembangunan pusat industri produk halal sebagai alat untuk diversifikasi perekonomian di negaranya.
Baca Juga: UMK Wajib Sertifikasi Halal 17 Oktober 2026: Bagaimana dengan Produk Luar Negeri?
“Inisiatif ini ditujukan untuk industri halal, yang belum terlayani. Ada sekitar 1,8 miliar Muslim di dunia dan jumlahnya terus meningkat. Industri makanan halal saja bernilai sekitar $ 634 miliar [belanja Tahunan AS, 2008]”, ujarnya.
Namun, lanjutnya, halal bukan hanya pada makanan tetapi pada farmasi, kosmetika, dan sektor bioteknologi bernilai tinggi.
Ia menambajkan, hal itu menawarkan potensi yang sangat baik untuk perusahaan, terutama jika mereka tertarik dalam memperluas bisnis mereka ke produk yang bernilai triliunan dolar AS tersebut.
“Ini merupakan produk yang paling cepat berkembang di dunia,” paparnya.
Baca Juga: BPJPH, MUI, dan Komite Fatwa Sepakati Solusi Masalah Nama Produk Halal
Menjadi anggota ASEAN, Brunei juga memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Australia, Selandia Baru, Cina, Jepang dan Korea.
“Ada tarif bebas cukai untuk kapal keluar termasuk Cina. Bagi perusahaan yang ingin memperluas ke wilayah Brunei akan menjadi pilihan yang sangat baik. Kami dapat menawarkan baik lingkungan operasional yang baik dan lingkungan diplomatik yang ramah,” ujarnya.
Pelaksanaan prakarsa BioInnovation Corridor (BIC) Kesultanan Brunei juga ditandai dengan Konferensi Investasi Industri Makanan dan Bioteknologi Internasionalselama dua hari pada Mei 2015 mendatang di negara itu, sebagai rangkaian untuk menarik minat perusahaan-perusahaan dalam mendirikan operasi di BIC. (T/R05/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BPJPH, MUI Tuntaskan Nama Produk Bersertifikat Halal